Anda di halaman 1dari 20

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN

GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh:

LIA AYU KUSUMA DEWI

J210.140.047

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang bertujuan untuk

menggambarkan dan menganalisis setiap karakteristik responden dan dukungan

keluarga pada pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr.Moewardi Surakarta. Penelitian ini dilakukan terhadap 42 pasien gagal

jantung kongestif. Hasil penelitian ini meliputi karaktristik responden dan

analisis univariat yang ditampilkan sebagai berikut.

1. Karakteristik reponden

a. Usia responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden

NO Usia Responden Frekuensi Persentase (%)


N= 42
1 Dewasa awal (26-35) 4 9,5
2 Dewasa akhir (36-45) 4 9,5
3 Lansia awal (46-55) 15 35,7
4 Lansia akhir (56-70) 19 45,2
Total 42 100,0
Pada tabel 4.1 menunjukkan bawah dari 42 responden Data

tersebut menunjukkan sebagian besar lansia akhir (56-70) yaitu 45.2%.


b. Jenis kelamin

Tabel 4.2 distribusi frekuensi jenis kelamin responden

No Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)


N= 42
1 Laki-Laki 19 45,2
2 Perempuan 23 54,8
Total 42 100,0
Pada tabel 4.2 menunjukkan bawah dari 42 responden Data

tersebut menunjukkan sebagian besar perempuan yaitu 54,8%.

c. Pendidikan

Tabel 4.3 distribusi frekuensi pedidikan responden

No Pendidikan Frekuensi Presentase (%)


N= 42
1 Tidak Sekolah 3 7,1
2 SD 8 19,0
3 SMP 7 16,7
4 SMA 12 28,6
5 PT/Akademik 12 28,6
Total 42 100,0
Pada tabel 4.3 menunjukkan bawah dari 42 responden Data tersebut

menunjukkan sebagian besar pendidikan SMA dan PT (28,6%).

d. Pekerjaan

Tabel 4.4 distribusi frekuensi pekerjaan responden

No Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)


1 Swasta 8 19,0
2 PNS 6 14,3
3 IRT 10 23,8
4 Tidak bekerja 12 28,6
5 Dll ( Buruh, Petani ) 6 14,3
Total 42 100,0
Pada tabel 4.4 menunjukkan bawah dari 42 responden Data tersebut

menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden adalah tidak bekerja

(28,6%).
e. Status Tinggal

Tabel 4.5 distribusi frekuensi tinggal bersama

No Status Tinggal Frekuensi Presentase (%)


1 Suami/istri 22 52,4
3 Anak 11 26,2
4 Dll ( Saudara ) 9 21,4
Total 42 100,0
Pada tabel 4.5 menunjukkan bawah dari 42 responden Data tersebut

menunjukkan sebagian besar responden tinggal bersama suami/istri

(52,4%).

f. Lama menderita

Tabel 4.6 distribusi frekuensi lama menderita penyakit

gagal jantung kongestif pada responden

No Lama menderita Frekuensi Presentase (%)


(tahun) N= 42
1 1-5 tahun 34 81,0
2 6- 10 tahu 7 16,7
3 >10 tahun 1 2,4
Total 42 100,0

Pada tabel 4.6 menunjukkan bawah dari 42 responden data tersebut

menunjukkan sebagian besar responden menderita penyakit gagal

jantung kongestif antara 1- 5 tahun (81,0%).


g. Analisis Univariat

Gambaran dukungan keluarga pada pasien gagal jantung

kongestif di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

Tabel 4.7 gambaran dukungan keluarga pada pasien gagal jantung

kongestif di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

No Dukungan Frekuensi Presentase (%)


N= 42
1 Baik 25 59,5
2 Cukup 15 35,7
3 Kurang 2 4,8
Total 42 100,0
Pada tabel 4.7 menunjukkan dukungan keluarga penderita gagal

jantung kongestif yaitu memiliki dukungan baik sebanyak 25

responden (59,5%), keluarga penderita gagal jantung kongestif yang

dukungan cukup sebanyak 15 responden (35,7%), sedangkan keluarga

yang dukungannya kurang sebanyak 2 responden (4,8%). Keluarga

penderita gagal jantung kongestif di RSUD Dr.Moewardi Surakarta

mayoritas responden memiliki dukungan yang baik dari keluarga.

Dalam hasil penelitian ini terdapat empat jenis dukungan keluarga

sebagai berikut :
Tabel 4.8

No Dukungan Frekuensi Presentase (%)


Emosional N= 42
1 Baik 40 95,2
2 Cukup 2 4,8
3 Kurang 0 0,00
Total 42 100,0

No Dukungan Frekuensi Presentase (%)


Instrumental N= 42
1 Baik 34 81,0
2 Cukup 8 19,0
3 Kurang 0 0,00
Total 42 100,0

No Dukungan Frekuensi
Presentase (%)
Informasional N= 42
1 Baik 21 50,0
2 Cukup 18 42,9
3 Kurang 3 7,1
Total 42 100,0

No Dukungan Frekuensi
Presentase (%)
Penghargaan N= 42
1 Baik 40 95,2
2 Cukup 2 4,8
3 Kurang 0 0,00
Total 42 100,0
Dari keempat jenis dukungan keluarga yakni dukungan emosional,

dukungan informasional, dukungan instrumental, dan dukungan

penghargaan didapatkan hasil bahwa rata – rata dukungan keluarga paling

banyak diberikan pada pasien gagal jantung kongestif adalah dukungan

emosional dan dukungan penghargaan sebesar (95,2%). Sedangkan

dukungan keluarga pada pasien gagal jantung kongestif terendah adalah

dukungan informasional yakni sebesar (50,0 %) .


B. Pembahasan

1. Karateristik Responden

a. Usia Responden

Karakteristik usia responden menunjukkan sebagian besar

adalah lansia akhir yang berusia 56-70 tahun (45.2%). Setiap

peningkatan usia disertai dengan peningkatan jumlah penderita gagal

jantung (Llyod-Jones et al, 2010) dan angka kematian akibat penyakit

kardiovaskuler meningkat seiring dengan meningkatnya usia

(Smeltzer et al, 2010). Steinhagen- Thiessen, et al (2008) orang yang

berumur lanjut antara 61 – 70 tahun cenderung akan mengalami

peningkatan penyakit gagal jantung dikarenakan terjadinya perubahan

pada sistem kardiovaskuler. Menurut hasil penelitian Livia Baran

syah (2014) pasien dengan gagal jantung pada umumnya berusia

56,78 + 10,78 tahun dimana pada usia ini akan mengalami

peningkatan hipertensi atrial menentukan perkembangan gagal

jantung.

Di Amerika hampir 75 % pasien gagal jantung yang di rawat

inap berusia lebih dari 65 tahun (Donal, et.al.2014). Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian dari Ewika (2007) menjelaskan bahwa

penyakit gagal jantung kongestif paling banyak terjadi pada usia

diatas 60 tahun dengan presentase 55,55%. Menurut Padila (2012)

factor –faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah Faktor

Internal, Tahap Perkembangan artinya dukungan dapat ditentukan


oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan,

dengan demikian setiap rentang usia (bayi -lansia) memiliki

pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda

- beda.

b. Jenis kelamin Responden

Karakteristik jenis kelamin responden sebagian besar adalah

perempuan dengan jumlah 23 (54,8%). Berbeda dengan penelitian

Ewika (2007) menjelaskan bahwa sebagian besr penderita gagal

jantung kongestif berjenis kelamin laki – laki dengan presentase

54,16%.

Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan teori yang

menyatakan bahwa laki - laki memiliki resiko gagal jantung 2x lebih

besar daripada perempuan pada usia 55 - 64 tahun (Pugsley, 2006).

Sebelum menopause, peluang perempuan untuk terkena gagal jantung

lebih kecil daripada laki - laki karena pembuluh darah perempuan

dilindungi oleh hormon estrogen. Hormon estrogen meningkatkan

rasio high density lipoprotein (HDL) yang merupakan faktor

pelindung dalam mencegah terjadinya proses atherosclerosis

(Soeharto, 2006).

Wood (2010) mengatakan wanita lebih cenderung terjadi

hipertensi setelah menopause karena pengaruh hormon estrogen.

Hormon estrogen dalam tubuh perempuan menjadi faktor pelindung

dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis pada perempuan


(Sumiati.2010). Perempuan yang sudah mengalami menopause

cenderung hormon estrogen di dalam tubuhnya akan berkurang, saat

itulah perempuan akan mudah terkena gangguan pada sistem

kardiovaskuler (Karson.2011).

Hasil penelitian untuk karakteristik berdasarkan jenis kelamin ini

tidak proposional karena pada waktu pengambilan sampel

menggunakan teknik accidental sampling sehingga sampel yang

diadapat kurang proposional karena waktu penelitian yang adatang

sebagaian besar berjenis kelamin perempuan.

c. Pendidikan Responden

Karakteristik pendidikan respoden sebagian besar adalah SMA

dan Perguruan Tinggi dengan jumlah 12 responden (28,6%). Latar

belakang pendidikan seseorang erat kaitanya dengan tingkat

pengetahuan seseorang tersebut (Smeltzer et al, 2010). Menurut Potter

& Perry (2008) orang yang berpendidikan tingi akan mampu berfikir

tenang dalam menghadapi masalah. Menurut Notoatmodjo (2010)

mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam menerima informasi dan mengolahnya

sebelum menjadi perilaku yang baik atau buruk sehingga berdampak

terhadap status kesehatannya.

Hasil penelitian oleh Cekti (2008) mengatakan bahwa

pengetahuan individu mempengaruhi kesadaran terhadap perilaku

pencegahan penyakit jantung, dengan kata lain makin tinggi


pengetahuan individu mengenai penyebab penyakit jantung, faktor

pemicu, tanda gejala, dan tekanan darah normal dan tidak normal

maka individu akan cenderung menghindari hal hal yang dapat

memicu terjadinya penyakit jantung, seperti perilaku merokok,

minum kopi, dan obesitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Exa Puspita (2012) yang menyebutkan

bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan

minum obat pada pasien hipertensi. Hal ini terjadi karena masyarakat

yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki

pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah

menyerap dan menerima informasi, serta dapat berperan aktif dalam

mengatasi masalah kesehatan dirinya maupun anggota keluarga

lainnya. Tingkat pendidikan keluarga akan mempengaruhi perilaku

keluarga dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan keluarga

(Potter dan Perry. 2011).

d. Pekerjaan Responden

Karakteristik pendidikan respoden sebagian besar adalah tidak

bekerja dengan jumlah 12 responden (28,6%). Aktivitas fisik yang

kurang biasanya terjadi pada orang yang tidak bekerja. Orang yang

menderita gagal jantung kongestif akan mudah mengalami sesak

nafas, dan mudah lelah sehingga cenderung akan membatasi aktivitas

fisiknya tergantung tingkat gejala yang diarasakan, aktivitas yang

cukup dapat meringankan gejala gagal jantung dan sebaliknya jika


aktivitas yang berat dapat memperburuk penyakit gagal jantung

(Vani.2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wibowo & Ponco

(2015) tentang hubungan aktivitas fisik dengan kejadian gagal jantung

di Rumah Sakit Muhammadiyah Babat Lamongan yang menjelaskan

bahwa orang yang beraktivitas fisik cukup tidak beresiko terkena

gagal jantung dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisiknya

kurang. Orang yang sakit akan terganggu fungsi dan perannya di

dalam keluarga semisal dalam perannya sebagai kepala rumah tangga

tentunya orang yang sakit jantung akan mengalami perubahan fungsi

dalam keluarga untuk mencari nafkah digantikan oleh istri atau anak

– anaknya hal ini diakrenakan pasien dengan gagal jantung akan

mudah mengalami sesak nafas, mudah lelah sehingga aktivitas

fisiknya harus dikurangi. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor

kurangnya dukungan keluarga kepada pasien gagal jantung karena

salah satunya adalah keluarga harus bekerja untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi dan untuk pemenuhan biaya pengobatan pada

pasien gagal jantung .

e. Status Tinggal

Karakteristik status tinggal responden sebagian besar tinggal

dengan suami/istri (45,3%). Karakteristik status tinggal responden

menunjukkan bahwa sebagaian besar responden masih memiliki

pasangan hidup yang bearti mereka masih mendapat dukungan dari


pasangan hidup. Dukungan keluarga dan pasangan hidup dapat

membantu pasien dalam menghadapi masalah serta dukungan yang

diberikan dari pasangan hidup akan menumbuhkan motivasi pasien

untuk sembuh dan rasa percaya diri pasien dalam menghadapi

penyakitnya (Tamher & Nokosiani.2012).

f. Lama Menderita

Karakteristik responden dengan lama menderita penyakit gagal

jantung kongestif sebagian besar adalah 1 – 5 tahun (81,0%). Menurut

Yancy, et.al (2013) berdasarkan studi yang telah dilakukan kasus

kematian rawat inap untuk gagal jantung sebesar 10,4%, 22%, dan

42,3 dalam jangka waktu 30 hari , 1 tahun, 5 tahun. Lama sakit

responden berhubungan dengan peningkatan pengetahuan pasien

dalam proses pengobatan. Menurut Purnama (2016), menjelaskan

bahwa orang yang terlalu lama menderita penyakit akan mengalami

penurunan kepatuhan dalam melakukan pengobatan. Semakain lama

seseorang menderita penyakit dan semakin lama menjalani

pengobatan akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pada pasien

gagal jantung. Pada dasarnya keterlibatan pasien dan keluarga dalam

proses pengobatan menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan

dalam proses penyembuhan pasien gagal jantung (Brunner &

Sudart,2009).
g. Gambaran Dukungan Keluarga pada pasien Gagal Jantung

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

dukungan keluarga pada pasien gagal jantung kongestif yaitu

memiliki dukungan keluarga baik sebanyak 26 responden (61,9%),

dukungan keluarga cukup sebanyak 14 responden (33,3%), sedangkan

keluarga yang dukungannya kurang sebanyak 2 responden (4,8%).

Dukungan keluarga pada pasien gagal jantung kongestif di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar

memiliki dukungan keluarga yang baik terhadap pasien dengan gagal

jantung kongestif.

Dukungan keluarga dapat memberikan pengaruh yang positif

terhadap kesehatan. Bentuk dukungan ini dapat diberikan melalui dua

cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung

dukungan ini akan memberikan dorongan kepada anggotanya untuk

berperilaku sehat, sedangkan secara tidak langsung dukungan yang

diterima dari orang lain akan mengurangi ketegangan atau depresi

sehingga tidak menimbulkan gangguan (Kaplan, 2014).

Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi seorang

pasien dimana dukungan yang diberikan sangat berpengaruh terhadap

peningkatan kualitas hidup. Dukungan keluarga adalah suatu proses

yang terjadi sepanjang masa kehidupan, dimana jenis dan sifat

dukungannya berbeda dalam berbagai tahap siklus kehidupan.

Dukungan keluarga dapat berupa dukungan informasional, dukungan


penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan emosional

(Friedman, 2010).

Dukungan Emosional, dari hasil penelitian ini kebanyakan

responden mendapat dukungan emosional baik yaitu sebanyak

(95,2%), dukungan emosional ini mencangkup kepedulian, rasa

empati, perhatian dan memberikan rasa nyaman serta aman pada

pasien gagal jantung kongestif. Menurut Siahaan (2011) Sebanyak

80% pasien mendapat dukungan emosional berupa rasa empati dan

kepedulian pada pasien . Seseorang yang secara umum terlihat sangat

tenang mungkin mempunyai respons emosional yang kecil selama ia

sakit. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap

perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda

sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa

penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seorang individu

yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap

ancaman penyakit mungkin akan menolak adanya gejala penyakit

pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan (Notoadmojo,

2010).

Menurut Manfredi & Picket dalam Primaldhi (2006), strategi

yang digunakan oleh kebanyakan orang Indonesia untuk mengatasi

masalah yang terjadi agar lebih tenang adalah dengan menenangkan

diri lewat sholat.


Dukungan Penghargaan , dalam hasil penelitian ini dukungan

penghargaan yang diterima pasien pasien dengan gagal jantung

kongestif baik yaitu sebanyak (81,0%) , dukungan ini meliputi

membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi pasien gagal

jantung kongestif. Menurut Marrunbeny (2013) ,menjelaskan pasien

mendapat dukungan penghargaan sebanyak 59% , dukungan

penghargaan bisa berupa membandingkan dengan orang lain bahwa

masih ada orang yang menderita penyakit yang sama namun masih

semangat menajalani hidup.

Dukungan informasional, dalam hasil penelitian ini dukungan

informasional kurang diberikan pada pasien gagal jantung kongestif

yaiti sebesar (50,0%) . Dukungan berupa tindakan yang diberikan

oleh keluarga lewat saran, nasehat agar pasien gagal jantung kongestif

dapat mengungkapkan masalah yang diarsakan. Menurut

Muarrubenny (2013) sebanyak 82,7% keluarga memberikan

dukungan informasional lewat mencarikan informasi tentang penyakit

pasien pada tenaga kesehatan atau sumber – sumber yang lainnya.

Dalam penelitian ini hasil dari dukungan informasional dikatakan

kurang hal ini salah satunya dikarenakan kesibukan keluarga dalam

bekerja sehingga tidak bisa mengantar kontrol pasien gagal jantung

untuk terapi , dari kebanyakan responden dalam penelitian datang

sendiri untuk kontrol , sehingga kebanyakan informasi yang didapat

mengenai perkembangan penyakit hanya tersampaikan lewat pasien


saja tidak keluraga sehingga dukungan keluarga ini sangat kurang.

Untuk hal ini perlu ada upaya dalam peningkatan dukungan

informasional yaitu lewat peningkatan pelayan dan pemberian

edukasi baik bagi pasien gagal jantung kongestif maupun keluarga

mengenai pentingnya dukungan yang baik untu proses penyembuhan

keluarga , karena semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan

maka akan semakin tinggi semnagat dan motivasi pasien untuk

menjalani pengobatan dan menjalani hidupnya.

Dukungan instrumental , dari hasil penelitian ini kebanyakan

pasien gagal jantung mendapat dukungan instrumental baik yaitu

sebsar (95,2%). Dukungan instrumental yaitu dukungan yang

diberikan keluarga dengan mencarikan solusi yang dapat membantu

individu dalam melakukan kegiatan. Sebanyak 72,4% pasien

mendapat dukungan instrumental lewat bantuan yang diberikan secara

langsung dengan merawat, menyiapkan obat, mengantar kontrol,

penyediaaan biaya untuk pengobatan (Muarrubenny.2013).

Seperti yang mereka ketahui bahwa penyakit Gagal Jantung

adalah penyakit yang sangat mudah kambuh. Apabila mereka tidak

membantu atau mendukung keluarga yang menderita Gagal Jantung

yang tinggal serumah dengan mereka, maka responden akan sering

kambuh sehingga dapat menimbulkan masalah tidak hanya bagi

pasien tetapi juga bagi anggota keluarga yang lain karena harus

mengurus pasien. Dukungan keluarga pada pasien gagal jantung


merupakan salah satu wujud perilaku keluarga dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan, termasuk juga tindakan-tindakan untuk

mencegah kekambuhan penyakit Gagal Jantung. Dukungan keluarga

juga merupakan hal yang sangat penting untuk pengobatan gagal

jantung karena banyak pantangan atau larangan-larangan yang harus

dihindari oleh pasien Gagal Jantung.

Berdasarkan penelitian dari Sandra, et al (2008) menunjukkan

dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman kepatuhan pasien

dalam kepatuhan meminum obat, sedangkan kurangnya dukungan

emosional dan hidup sendiri terkait dengan penderitaan psikososial

pada pasien gagal jantung. Studi kelompok fokus persepsi pasien

gagal jantung memiliki kepatuhan pengobatan yang diukur dari

dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman serta kepercayaan dan

komunikasi dengan penyedia dan memfasilitasi perilaku dan

pengetahuan pengobatan di sebuah rumah sakit. Peningkatan

dukungan keluarga dapat membantu pasien untuk mempertahankan

kondisinya. Kondisi yang baik akan mencegah stres akibat penyakit

yang diderita pasien (Massi.2016).


C. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada

responden tentang dukungan keluarga. Hasil penelitian akan lebih dapat

menggambarkan jik disertai wawancara kepada responden sehingga

dapat diketahui lebih mendalam tentang dukungan keluarga yang

diberikan pada pasien gagal jantung kongestif.

2. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan

accidental sampling sehingga sampel yang didapatkan tidak proposional.

Karena waktu pengambilan sampel kebanyakan yang datang adalah

wanita bukan laki-laki.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Data karakteristik responden gagal jantung kongestif berdasarkan usia

responden terbanyak adalah lansia akhir (56-70 tahun), jenis kelamin

responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan, pendidikan

terakhir responden terbanyak adalah SMA dan Perguran Tinggi, pekerjaan

responden terbanyak adalah tidak bekerja, rata-rata lama menderita

responden selama 1-5 tahun serta status tinggal responden adalah dengan

suami/istri.

2. Gambaran dukungan keluarga pada pasien gagal jantung kongestif di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta sebagian besar

mendapat dukungan keluarga yang baik.

3. Dari keempat jenis dukungan keluarga , dukungan emosional dan

dukungan intrumental paling tinggi diberikan pada pasien gagal jantung

kongestif, sedangkan dukungan terendah adalah dukungan informasional.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Hendaknya dapat memberikan informasi bagi masyarakat khusunya

pasien dan keluarga terutama yang tinggal serumah agar lebih

meningkatkan dukungan dan perhatian pada pasien gagal jantung

kongestif untuk mempercepat kesembuhan dari penyakitnya serta keluarga

dapat memberikan bantuan secara langsung kepada pasien gagal jantung


kongestif dalam mendapatkan pengobatan serta aktivitas sehari – hari dan

aktivitas di masyarakat.

2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

Rumah sakit hendaknya melakukan upaya dalam peningkatan pelayanan

pada pasien gagal jantung kongestif .

3. Bagi Peneliti

Perlu dilakukan penelitian lanjutan, dengan dilihat dari aspek- aspek yang

belum diteliti untuk melengkapi penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai