Masuk mediastinum
Pneumothorak
Ketidakefektifan pola
Thorak drains bergeser Kerusakan integritas
napas
kulit
Nyeri akut
F. Komplikasi
Pneumotoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien Pneumotoraks),
dapat mengakibatkan kegagalan respirasi akut. Pro-pneumotoraks,
hidropneumotorakas, hidro pneumotoraks/hemo-pneumotoraks, henti
jantung paru dan kematian (sangat jarang terjadi) ; pneumodiastinum dan
emfisima subkutan sebagai akibat komplikasi pneumotorak spontan,
biasanya karena pecahnya esophagus atau bronkus, sehingga kelainan tsb
harus ditegakkan (insidennya sekitar 1%), pneumotoraks simultan
bilateral, insidennya sekitar 2% ; pneumotoraks kronik, bila tetap ada
selama waktu lebih dari 3 bulan , insidennya sekitar 5%.
G. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
a) Inspeksi
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta
penggunaan otot bantu pernapasan. Gerakan pernapasan
ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada tertinggal pada
sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (lebih
cembung disisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif
dengan sputum yang purulen. Trakhea dan jantung terdorong ke
sisi yang sehat.
b) Palpasi
Taktil fremitus menurun disisi yang sakit. Disamping itu,
pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang
tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit, ruang antar
iga bisa saja normal atau melebar.
c) Perkusi
Suara ketuk pada sisi yang sakit hipersonor sampai timpani.
Batas jantung terdorong ke arah thoraks yang sehat apabila
tekanan intrapleura tinggi.
d) Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang pada sisi yang
sakit.
2) B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak pneumothoraks pada status
kardiovaskular yang meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi,
tekanan darah dan pengisian kapiler/CRT.
3) B3 (Brain)
Pada inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Selain itu,
diperlukan juga pemeriksaan GCS, apakah compos mentis, samnolen
atau koma.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguri yang merupakan
tanda awal dari syok.
5) B5 (Bowel)
Akibat sesak napas, klien biasanya mengalami mual dan
muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
6) B6 (Bone)
Pada trauma di rusuk dada, sering didapatkan adanya kerusakan
otot dan jaringan lunak dada sehingga meningkatkan risiko infeksi.
Klien sering dijumpai mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari disebabkan adanya sesak napas, kelemahan
dan keletihan fisik secara umum.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis pneumotorak akan tampak hitam, rata dan paru
yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-
kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, tetapi berbentuk lobuler
yang sesuai dengan lobus paru. Adakalanya paru yang mengalami kolaps
tersebut, hanya tampak seperti masa yang berada di daerah hilus.
Keadaan ini menunjukkan kolpas paru yang luas sekali. Besarnya kolaps
paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang
dikeluhkan.
Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila ada pendorongan
jantung atau trakhea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah
terjadi pneumotorak ventildengan tekanan intrapleura yang tinggi
I. Penatalaksanaan
Tindakan pengobatan pneumotorak tergantung beratnya, jika pasien
dengan pneumotorak ukurannya kecil dan stabil, biasanya hanya observasi
dalam beberapa hari (minggu) dengan foto dada steril tanpa harus di rawat
inap di RS. Pasien pneumotoraks dengan klinis tidak sesak dan luas
pneumotoraks < 15% cup di lakukan observasi. Namun demikian bila di
dapatkan penyakit paru yang mendasarinya perlu dipasang WSD (tindakan
dekompresi). Apabila ada batuk dan nyeri dada, diobati secara simtomatis.
Pasien dengan luas pneumotoraks kecil unilateral dan stabil, tanpa gejala
diperbolehkan berobat jalan dan dalam 2-3 hari pasien harus control lagi.
Menurut asal penatalaksanaan pneumotorak spontan dibagi dalam:
1) PSP, yang terjadi pada usia muda dan fungsi paru normal, akan sembuh
sendiri. Evaluasi selanjutnya perlu berhati-hati sampai pengembangan
paru sempurna, PSP ukuran besar, bila ada aspirasi pipa kecil tidak
mengembang dalam 24-48 jam, perlu di pasang pipa interkostal besar,
dengan water sealed drainage (WSD) atau pengisapan secara perlahan-
lahan memakai katup flutter (continous suction). Bila perlu sudah
mengembang, biarkan pipa rongga pleura di tempatnya dengan klem
alirannya dan di evaluasi selama 24 jam.
2) PSS, sebelum melakukan pemasangan pipa rongga pleura, perlu di
yakini lagi adanya pneumotoraks pada pasien-pasien emfisema, karena
tindakan tsb dapat berakibat fatal. Pada pasien dengan tanda-tanda
pneumotoraks berat yang nyata atau pneumotoraks ukuran besar,
pemasangan pipa dada (tube thorakostomy) harus dikerjakan dan
dilakukan pula penyedotan hingga paru-paru berkembang.
2. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama,
umur , jenis kelamin, alamt rumah, agama tau kepercayaan, suku
bangsa, bangsa yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan klien/
asuransi keseahtan. Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas
terasa berat pada dada, dan keluhan susah untuk melakukan
pernapasan
2) Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin
lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa
berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.
Selanjutnya dikaji apakah ada riwayat trauma yang mengenai rongga
dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang
menyebabkan peningkatan tekanan udara dan terjadi tekanan di dada
yang mendadak menyebabkan tekanan dalam paru meningkat,
kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul di dada
atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
3) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti
Tb paru di mana sering terjadi pada pneumotorak spontan.
Keterangan :
1) Keluhan ekstrem
2) Keluhan berat
3) Keluhan sedang
4) Keluhan ringan
5) Tidak ada keluhan
3. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan (... x ... Pressure Management
integritas kulit menit) diharapkan kerusakan integritas 1) Anjurkan pasien
berhubungan berhubungan dengan diskontinuitas untuk menggunakan
dengan jaringan dapat teratasi dengan pakaian yang longgar
diskontinuitas Kriteria hasil : 2) Hindari kerutan pada
jaringan Indikator IR ER tempat tidur
1) Integritas kulit yang 3) Jaga kebersihan kulit
baik bisa agar tetap bersih dan
dipertahankan kering
(sensasi, elastisitas, 4) Mobilisasi pasien
temperatur, hidrasi, (ubah posisi pasien)
pigmentasi) setiap dua jam sekali
2) Tidak ada luka/ lesi 5) Monitor kulit akan
pada kulit adanya kemerahan
3) Menunjukkan 6) Oleskan lotion atau
pemahaman dalam minyak atau baby oil
proses perbaikan pada daerah yang
kulit dan mencegah tertekan
terjadinya cedera 7) Monitor aktivitas dan
berulang mobilisasi pasien
4) Mampu melindungi 8) Memandikan pasien
kulit dan dengan sabun dan air
mempertahankan hangat
kelembaban kulit
dan perawatan alami Insision Site Care
1) Membersihkan,
Keterangan : memantau dan
1) Keluhan ekstrem meningkatkan proses
2) Keluhan berat penyembuhan pada
3) Keluhan sedang luka yang ditutup
4) Keluhan ringan dengan jahitan, klip
5) Tidak ada keluhan atau straples
2) Monitor proses
kesembuhan area
insisi
3) Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
4) Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples
menggunakan lidi
kapas steril
5) Gunakan preparat
antiseptik, sesuai
program
6) Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
DAFTAR PUSTAKA