Anda di halaman 1dari 19

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi jagung tahun 2012 di Indonesia sebesar 19.39 juta ton pipilan

kering atau mengalami peningkatan sebesar 1.74 juta ton dari tahun 2011.

Produksi 2013 menurun 18.84 juta ton atau mengalami penurunan 0.55 juta ton

dibanding tahun 2012. Penurunan ini terjadi karena penurunan luas lahan seluas

66.62 ribu hektar (1.68%) dan penurunan produktivitas sebesar 0.57 kuintal/hektar

(1.16%) (Sitorus et al., 2015).

Jagung (Zea maysL.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis

rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat

kemungkinan munculnya cabang anakn pada beberapa genotipe dan lingkungan

terntenu.Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga

lazim terjadi penyerbukan silang.Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah

daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan dan dikendalikan oleh

genotipe, lama penyinaran dan suhu (Akil dan Dahlan, 2009).

Jagung merupakan tanaman penting di Indonesia menduduki tempat kedua

setelah padi dan pada beberapa daerah di Indonesia dan Maluku khususnya

menjadikan jagung sebagai makanan pokok.Produksi ekonomi jagung adalah

berupa biji jagung merupakan sumber karbohidrat potensial untuk memenuhi

kebutuhan pangan maupun non pangan.Perbedaan kandungan gizi jagung warna

biji kuning dan jagung warna biji putih yaitu pada nutrisi vitamin A, jagung warna

biji putih umumnya tidak mengandung vitamin A (Polnaya dan Patty, 2012).

Mengingat begitu besarnya kepentingan tumbuhan bagi kelangsungan

hidup manusia, maka berbagai usaha dilakukan dengan tujuan untuk


2

meningkatkan, mempertahankan dan memperoleh sifat-sifat tumbuhan yang baik

sehingga hasil maksimal akan diperoleh. Usaha ini sering dikenal sebagai

pemuliaan tanaman.Dalam pemuliaan tanaman, usaha untuk memperoleh suatu

varietas unggul memerlukan pengetahuan mengenai sifat-sifat tanaman yang

hendak dimuliakan dan hubungan antar sifat-sifat tersebut (Mustofa et al., 2013).

Karakter – karakter tanaman dapat berupa karakter kualitatif atau

kuantitatif. Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe

yang saling berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan

masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini

dikendalikan oleh sedikit gen. Sementara itu karakter kuantitatif dikendalikan oleh

banyak gen. Karakter ini biasanya banyak dipengaruhi lingkungan (Alif, 2008).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui Karakter

Kualitatif Dan Kuantitatif Tanaman Jagung (Zea Mays L.)Varietas Bonanza F1

Yang Ditanam Pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di

Laboratorium Genetika Populasi dan Kuantitatif Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan

informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Klasifikasi tanaman jagung (Zea maysL.) adalah sebagai berikut

:Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class:

Monocotyledoneae, Ordo: Graminae, Familia: Graminaceae Genus: Zea,

Spesies: Zea maysL.

Sistem perakaran jagung adalah akar serabut.Akar yang tumbuh relatif

dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat yang

memberi hara pada tanaman.Akar layang penyokong memberikan tambahan

topangan untuk tumbuh tegak, dan membantu penyerapan hara.Akar layang ini

yang tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan

tidak bercabang sebelum masuk ke dalam tanah (Rubatzky et al., 1998).

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk

silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat

tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi

tongkol yang produktif (Subekti et al., 2000).

Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat panjang

batang utama, sering melingkupi hingga buku berikutnya.Pada lidah daun, setiap

pelepah daun kemudian membengkok menjauhi batang sebagai daun yang

panjang, luas dan melengkung.Tulang daunnya terlihat jelas dengan banyak tulang

daun kecil sejajar dengan panjang daun (Rubatzky et al., 1998).

Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovary atau perikarp menyatu dengan

kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian

utama, yaitu pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio
4

dari organism pengganggu dan kehilangan air; endosperm, sebagai cadangan

makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10%

protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan embrio (lembaga), sebagai miniature

tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil

(Subekti et al., 2000).

Tanaman jagung adalah tanaman berumah satu, dengan bunga jantan

tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai)

dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai perbungaan samping (tongkol) yang

berkembang pada ketiak daun. Kadang-kadang bunga jantan juga tumbuh pada

ujung tongkol dan bunga betina pada tassel (Rubatzky et al., 1998).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kegiatan budidaya jagung di Indonesia hingga kini masih bergantung pada

air hujan. Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air yang

sedang, berkisar antara 400-500 mm. Pengelolaan air perlu disesuaikan dengan

sumber daya fisik alam (tanah, iklim, sumber air) dan biologi dengan

memanfaatkan berbagai disiplin ilmu untuk membawa air ke perakaran tanaman

sehingga mampu meningkatkan produksi (Aqil et al., 2001).

Tepung sari dari bunga jantan menyebar dan dipengaruhi oleh suhu,

pergerakan udara (angin), dan kultivar, dan dapat berakhir dalam 3-10 hari.

Persebaran tepung sari terjadi melalui angina tau gaya gravitasi. Penanaman di

lapangan harus memanfaatkan pola angin yang dapat meningkatkan persebaran

tepung sari (Rubatzky et al., 1998).


5

Secara umum tanaman jagung selama pertumbuhannya harus mendapatkan

sinar matahari yang cukup karena sangat mempengaruhi pertumbuhannya.Jumlah

radiasi surya yang diterima tanaman selama fase pertumbuhan merupakan factor

yang penting dalam pertumbuhan tanaman jagung. Bila kekurangan cahaya,

batangnya akan kurus, lemah, dan tongkol kecil serta hasil yang didapatkan

rendah (Rinaldi et al., 2013).

Tanah

Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman jagung yang baik, harus

ditanam pada tanah yang mengandung hara fosfat relative banyak.Kekahatan

unsur ini dapat menurunkan sintesis fosfolipida sehingga mengurangi

kesempurnaan membran sel tnaman, yang selanjutnya dapat merugikan terhadap

proses-prose fotosintesis, respirasi, penyatuan ion dan pengambilan energy

(Minardi, 2002).

Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah.Tanah liat lebih disukai

karena mampu menahan lengas yang tinggi.Tanaman ini peka terhadap tanah

masam, dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6.0 dan 6.8, dan agak toleran

terhadap kondisi basa (Rubatzky et al., 1998).

Tanah yang tepat untuk menanam jagung adalah tanah yang gembur, memiliki

drainase yang baik, dan tidak ada atau sedikit bibit penyakit.Secara keseluruhan,

tanaman agak tahan terhadap kekeringan, tetapi peka terhadap drainase tanah yang

jelek, dan tidak tahan genangan (Adisarwanto et al., 2001).

Keragaman Genetik

Ragam genetik adalah dengan mempelajari ragam fenotipnya.Variasi

tersebut merupakan variasi berdasarkan karakter fenotip sehingga hasil yang


6

diperoleh juga merupakan gambaran hasil dari keadaan fenotip di

lapangan.keanekaragaman antara varietas tanaman jagung yang diperoleh dari

hasil pengamatan dan pengukuran terhadap karakter morfologi tanaman (Mustofa

et al., 2013).

Keragaman sifat juga dibedakan atas sifat kualitatif dan sifat kuantitatif.

Sifat kualitatif yaitu variasi yang langsung dapat diamati, misalnya: perbedaan

warna bunga (merah, hijau, kuning, putih, oranya, ungu), dan perbedaan bentuk

bunga, buah, biji (bulat, oval, lonjong, bergerigi dan lain-lain). Sifat kuantitatif

yaitu variasi yang memerlukan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tinggi

tanaman (cm), produksi (kg), jumlah anakan (batang), luas daun dan lain-lain

(Putri, 2016).

Untuk menentukan apakah ragam pada karakter tersebut disebabkan oleh

faktor genetik atau faktor lingkungan dilakukan pendugaan nilai

heritabilitas.Heritabilitas sering juga dipakai sebagai tolok ukur kemajuan genetik

yang dapat diharapkan dalam suatu program seleksi.Heritabilitas adalah proporsi

keragaman teramati yang disebabkan oleh sifat menurun.Heritabilitas dapat juga

diartikan rasio ragam genotipe terhadap ragam fenotipe (Alif, 2008).

Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk

merakit varietas unggul baru.Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan

dengan memanfaatkan plasma nutfah yang tersedia di alam dan dapat pula dengan

melakukan persilangan. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada sumber

gen yang ada sehingga teknologi lainnya perlu diterapkan (Hutami, et al., 2006).

Dalam suatu populasi tanaman, penampilan karakter antar individu

dapatberbeda.Adanya perbedaan karakterdiantara individu dalam populasi disebut


7

dengankeragaman.Keragaman tersebut dapat disebabkan oleh penampakan

fenotipeyang dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan interaksi antara

genetik danlingkungan.Berdasarkan pengaruh faktor lingkungan dan genetik

tersebutmenimbulkan keragaman fenotipe yang dapat dibedakan menjadi

keragamankuantitatif dan kualitatif(Putri, 2016).

Karakter Kuantitatif

Karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen. Karakter ini biasanya

banyak dipengaruhi lingkungan.Pola pewarisan masing-masing karakter

diperlukan dalam menentukan strategi pemuliaan tanaman (Alif, 2008).

Sifat kuantitatif adalah sifat yang tampak dan tidak dapat diamati dengan

mata telanjang, tetapi dapat diukur dengan satuan tertentu, dikenal pula sebagai

sifat rumit (complex trait) dan dibatasi sebagai sifat pada organisme yang tidak

dapat dipisahkan secara jelas variasinya.Perbedaan itu hanya bisa dilihat melalui

pengukuran (karena itu disebut "kuantitatif"). Karakter kuantitatif ini bersifat

“kontinum” (urut bersambung menurut deret matematis) (Suryati, 2008).

Pengamatan kuantitatif meliputi : tinggi tanaman, diameter batang, jumlah

daun, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, ukuran buah, rata – rata

bobot per buah, jumlah bobot buah per tanaman, derajat (0 ) Brix, jumlah buah per

tanaman, umur berbunga pertama (HST), umur panen buah pertama (HST), umur

buah, diameter biji dan bobot 100 butir biji (Putri, 2016).

Karakter Kualitatif

Karakter kualitatif merupakan wujud fenotip yang saling berbeda tajam

antara satu dengan yang lain dan masing – masing dapat dikelompokkan dalam

bentuk kategori, misalnya warna hijau, putih dan merah. Karakter fenotifik suatu
8

tanaman adalah semua karakter yang dapat dilihat dan diukur salah satunya adalah

karakter tongkol pada tanaman jagung (Mustofa, et al., 2013).

Karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam

antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat

dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen

(Alif, 2008).

Pengamatan kualitatif meliputi lekukan tepi daun, sudut ujung daun, warna

helai daun, warna tangkai daun, warna mahkota bunga, posisi bunga, warna

tangkai bunga, lekukan buah, rasio panjang/diameter buah, bentuk ujung buah,

warna daging buah, duri pada kelopak buah, warna buah muda, warna buah tua,

warna biji dan ketahanan terhadap penyakit (Putri, 2016).

Ciri yang dapat digunakan untuk membedakan karakter kualitatif adalah

pada karakter kualitatif terdapat ragam terputus pada kurva sebaran frekuensi

dengan munculnya kembali ragam tetua di dalam generasi bersegregasi (F2, BC,

F3), dan munculnya kembali salah satu ragam tetua bila terdapat pengaruh

dominansi penuh dalam generasi F1 (Alif, 2008).


9

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Adapun percobaan dilaksanakan di lahan Laboratorium Genetika Populasi

dan Kuantitatif Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan mulai dari September 2019 sampai dengan

November 2019.

Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan adalah cangkul, untuk pengolahan lahan; spanduk,

sebagai pagar lahan; meteran, untuk mengukur petakan lahan dan mengukur

parameter pengamatan; karung goni, untuk mengangkut tanah dari dalam lahan;

gembor, untuk menyiram lahan, alat tulis, untuk menulis semua hasil pengamatan;

Bahan yang di gunakan adalah benih jagung (Zea mays L.) varietas

bonanza F1, sebagai benih yang akan di tanam; pupuk urea, sebagai parameter

perlakuan; pupuk KCl dan TSP, sebagai pupuk dasar; kompos, sebagai pelapis

awal media tanam; plank, sebagai penanda lahan; buku data, untuk penulisan data

harian; tali pita, sebagai tanda sampel tanaman; air, untuk mengusahakan agar

kondisi tanah media tanam tetap lembab.

Prosedur Percobaan

- Diukur lahan seluas 2 x 1.5 m2

- Dibuka lahan dengan cara dibersihkan lahan dari gulma.

- Dicangkul dan digemburkan lahan sebagai media tanam

- Dibuat bedengan lahan sebanyak 4 unit

- Dibuat lubang tanam sebanyak 18 lubang dengan kedalaman 2-3 cm, dengan

jarak tanam 50 cm x 35 cm
10

- Ditanam benih jagung dengan 2 biji per lubang tanam dan ditutup dengan

pupuk kompos

- Diberi pupuk urea, KCL, dan TSP disekitar lubang tanam sesuai dengan

perlakuan yang telah ditentukan

- Dilakukan pengukuran tinggi tanaman dengan jumlah daun setiap 7 hari sekali.

- Dilakukan penyiraman setiap hari (kecuali hujan).


11

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Lahan percobaan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan kotoran

lainnya.Kemudian diolah dengan menggemburkan tanah menggunakan cangkul.

Pembuatan Plot

Diukur lahan sebesar 2 m x 1,5 m menggunakan meteran , lalu ditandai

menggunakan pacak dan diberi batas menggunakan tali plastik. Kemudian tanah

pada plot ditinggikan dan dibuat parit tempat jalannya air.

Persiapan Benih

Dilakukan pemilihan benih yang akan ditanam dengan cara melakukan

perendam benih. Benih yang terapung dibuang dan benih yang tenggelam dan

bernas digunakan.

Penanaman

Penanaman benih dimulai dengan membuat lubang tanam dengan jarak

tanam 50 cm x 35 cm sebanyak 18 lubang tanam.Penanaman dilakukan dengan

menanam 2 benih per lubang tanam.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiramana dilakukan setiap hari yaitu setiap padi dan sore hari

tergantung kondisi dan keadaan lingkungan.Penyiraman dilakukan dengan

menggunakan gembor.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam. Penyulaman dilakukan

dengan mengganti tanaman yang mati, tanaman yang tumbuhnya abnormal,


12

tanaman yang terserang hama dan penyakit dan tanaman yang tidak berkecambah.

Pemupukan Dasar dan Aplikasi Pupuk Urea

Pemupukan dasar dilakukansatu minggu setelah tanam. Pemupukan

dilakukan dengan pembuatan lubang disebelah kiri tanaman dengan pupuk TSP

dan kanan tanaman dengan pupuk KCL. Aplikasi pupuk urea yang digunakan

adalah dengan pelakuan N0, N1, N2, N3 dan N4.

Peyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang

ada di plot dan sekitar plot. Penyiangan dilakuan agar tidak terjadi persaingan

antara gulma dan tanaman jagung.

Pembumbunan

Dilakukan pembumbunan dengan menimbun tanah disekitar pangkal

jagung.Pembumbunan dilakukan dengan tujuan untuk memperkokoh batang

tanaman dan menutupi rimpang yang muncul di permukaan tanah.

Panen

Panen dilakukan apabila buah jagung sudah matang. Panen dilakuka

dengan cara memutar tongkol jagung atau dengan mematahkan tangkai buah

jagung.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai bagian daun

jagung yang terpanjang menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman

dimulai dari 2 mst sampai 6 mst dan data diambil setiap minggu.
13

Jumlah Daun (Helai)

Jumlah daun dihitung mulai dari bagian daun yang terbawah sampai daun

yang yang atas dengan upih daun yang sudah jatuh. Penghitungan jumlah daun

dimulai dari 2 mst sampai 6 mst dan data diambil setiap daun.

Bobot Tongkol per Tanaman (gr)

Bobot tongkol per tanaman ditimbang menggunakan timbangan.Tongkol

yang dihitung hanya tongkol yang ada pada setiap tongkol per sampel tanaman

jagung.

Bobot Tongkol per Plot (gr)

Bobot tongkol per plot ditimbang menggunakan timbangan. Tongkol yang

ditimbang adalah seluruh tongkol pada semua tanaman pada plot dan dihitung

rata-ratanya.
14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Persentase Perkecambahan

Komoditi : Jagung (Zea mays L.)


Kelompok :1
Persentase Perkecambahan : Jlh benih yang tumbuh x 100%
Jlh benih yang ditanam
=10 x 100%
10
=100 %

Parameter : Tinggi Tanaman


Tinggi Tanaman
Tanggal Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
26 Sep
21 23 25 19 21 24 50,5 25,08
2019
03 Okt
47 43,5 49 45,5 40 43 268 44,67
2019
10 Okt
64 62 71 69 69 66 401 66,83
2019
17 Okt
85 83,5 89 86,5 85 87 516 86
2019
24 Okt 124, 13
120 127 130 132 768,5 128,08
2019 5 5
31 Okt _ _ _
- - - - - - - - -
2019

Parameter : Jumlah Daun


Jumlah Daun
Tanggal Total Rataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
26 Sep 2019 3 3 3 3 3 3 24 4
03 Okt 2019 5 5 5 5 5 5 30 5
10 Okt 2019 6 6 6 6 6 6 38 6
17 Okt 2019 7 7 7 7 7 7 42 7
24 Okt 2019 8 8 8 8 8 8 48 8
31 Okt 2019 - - - - - - - - - - - -

Parameter : Umur Berbunga


15

Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan pengamatan karakter kuantitatif pada

tanaman jagung, yaitu tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun (helai).Karakter

kuantitatif ini dikendalikan oleh banyak gen. Karakter ini biasanya banyak

dipengaruhi lingkungan.Hal ini sesuai dengan literatur Putri (2016) yang

menyatakan bahwa Pengamatan kuantitatif meliputi : tinggi tanaman, diameter

batang, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, ukuran

buah, rata – rata bobot per buah, jumlah bobot buah per tanaman, derajat (0 ) Brix,

jumlah buah per tanaman, umur berbunga pertama (HST), umur panen buah

pertama (HST), umur buah, diameter biji dan bobot 100 butir biji.

Sifat kuantitatif adalah sifat yang banyak dipengaruhi oleh gen, tidak dapat

diamati langsung dengan kasat mata, namun dapat diukur karena memiliki

satuan.Sifat kuantitatif ini sedikit dipengaruhi oleh interaksi genetik dengan

lingkungan.Hal ini sesuai dengan literatur Suryati (2008) yang menyatakan bahwa

Sifat kuantitatif adalah sifat yang tampak dan tidak dapat diamati dengan mata

telanjang, tetapi dapat diukur dengan satuan tertentu, dikenal pula sebagai sifat

rumit (complex trait) dan dibatasi sebagai sifat pada organisme yang tidak dapat

dipisahkan secara jelas variasinya. Perbedaan itu hanya bisa dilihat melalui

pengukuran.

Sifat kualitatif adalah sifat yang sedikit dipengaruhi oleh gen dan tidak

dapat diukur maupun tidak memiliki satuan tetapi dapat langsung diamati

perbedaannya, seperti bentuk bunga, warna bunga, bentuk daun. Secara umum,

sifat kualitatif tanaman jagung dipengaruhi oleh salah satu tetua dan interaksi

dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur Mustofa et al (2013) yang
16

menyatakan bahwa Karakter kualitatif merupakan wujud fenotip yang saling

berbeda tajam antara satu dengan yang lain dan masing – masing dapat

dikelompokkan dalam bentuk kategori, misalnya warna hijau, putih dan merah.

Perbedaan karakter kualitatif dengan kuantitatif adalah karakter kualitatif

itu dapat langsung diamati oleh kasat mata seperti perbedaan warna bunga, bentuk

bunga, dan bentuk daun, sedangkan sifat kuantitatif tidak dapat diamati secara

langsung namun dapat diukur dengan satuan tertentu. Hal ini sesuai dengan

literatur Putri (2016) yang menyatakan bahwa Sifat kualitatif yaitu variasi yang

langsung dapat diamati, misalnya: perbedaan warna bunga (merah, hijau, kuning,

putih, oranya, ungu), dan perbedaan bentuk bunga, buah, biji (bulat, oval, lonjong,

bergerigi dan lain-lain). Sifat kuantitatif yaitu variasi yang memerlukan

pengamatan dengan pengukuran, misalnya tinggi tanaman (cm), produksi (kg),

jumlah anakan (batang), luas daun dan lain-lain.

Sifat kualitatif dan kuantitatif muncul pada tanaman karena adanya

pengaruh faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor interaksi antara genetik

dengan lingkungan. Karakter atau sifat kualitatif sedikit dipengaruhi oleh gen,

sedangkan sifat kuantitatif banyak dipengaruhi oleh gen. Hal ini sesuai dengan

literatur Putri (2016) yang menyatakan bahwa Adanya perbedaan karakterdiantara

individu dalam populasi disebut dengankeragaman. Keragaman tersebut dapat

disebabkan oleh penampakan fenotipeyang dipengaruhi oleh faktor genetik,

lingkungan dan interaksi antara genetik danlingkungan.Berdasarkan pengaruh

faktor lingkungan dan genetik tersebutmenimbulkan keragaman fenotipe yang

dapat dibedakan menjadi keragamankuantitatif dan kualitatif.


17

KESIMPULAN

1. Pada percobaan ini dilakukan pengamatan karakter kuantitatif pada tanaman

jagung, yaitu tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun (helai).

2. Sifat kuantitatif adalah sifat yang banyak dipengaruhi oleh gen, tidak dapat

diamati langsung dengan kasat mata, namun dapat diukur karena memiliki

satuan.

3. Sifat kualitatif adalah sifat yang sedikit dipengaruhi oleh gen dan tidak dapat

diukur maupun tidak memiliki satuan tetapi dapat langsung diamati

perbedaannya, seperti bentuk bunga, warna bunga, bentuk daun.

4. Perbedaan karakter kualitatif dengan kuantitatif adalah karakter kualitatif itu

dapat langsung diamati oleh kasat mata seperti perbedaan warna bunga,

bentuk bunga, dan bentuk daun, sedangkan sifat kuantitatif tidak dapat

diamati secara langsung namun dapat diukur dengan satuan tertentu.

5. Sifat kualitatif dan kuantitatif muncul pada tanaman karena adanya pengaruh

faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor interaksi antara genetik dengan

lingkungan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T; Yustina, E.W. 2001. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan


Kering, Sawah, dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Akil,M. dan H.A Dahlan. 2009. Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi.
Balai Penelitian Tanaman Serelia Maros

Alif, M. 2008. Pola Pewarisan Beberapa Karakter Kualitatif Dan Kuantitatif Pada
Cabai (Capsicum Annuum L.).IPB Press. Bogor.
Aqil, M; Firmansyah; Akil, M. 2001.Pengelolaan Air Tanaman Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serelia, Maros.

Hutami, S; I. Mariska; dan Y. Supriati.2006. Peningkatan Keragaman Genetik


Tanaman melalui Keragaman Somaklonal.Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.Bogor.

Minardi, S. 2002. Kajian Terhadap Pengaturan Pemberian Air dan Dosis TSP
dalam mempengaruhi Keragaman Tanaman Jagung di Tanah Andisol.

Mustofa, Z., M. Budiarsa dan Gamar. 2013. Variasi Genetik Jagung (Zea
mays L.)Berdasarkan Karakter Fenotipik Tongkol Jagung yang
Dibudidaya di Desa Jono Oge. . Universitas Tadulako. Palu.

Polnaya dan Patty.2012. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung.


Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.

Putri, D. 2016. Identifikasi Karakter Kualitatif Dan Kuantitatif Beberapa Varietas


Terung (Solanum melongena L.). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rinaldi; Milda, E; Yunis, M. 2013.Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung


(Zea mays L.) yang ditumpangsarikan dengan Kedelai (Glycine max L.
Merill). Universitas Brawijaya. Malang.

Rubatzky, V.E; mas, Y. 1998.Sayuran Dunia 1 Prinsip, Produksi, dan


Gizi.Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sitorus, M.P., E. Purba, N. Rahmawati. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi


Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan
Aplikasi Pupuk NPK . Universitas Sumatera Utara. Medan.

Subekti, N.A; Syafruddin; Roy, E; Bri, S. 2000.Morfologi Tanaman dan Fase


Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia, Maros.

Suryati, D. 2008. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Lab. Agronomi Universitas


Bengkulu.Bengkulu.
19

Suryo.2004. Genetika Strata 1 Cet. 10.Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai