NIM : 201170023
JAWABAN :
Melalui langkah regionalisasi yang disesuaikan dengan tujuan tertentu, mahasiswa akan
dapat lebih mudah menalar kondisi, potensi maupun permasalahan suatu region
sehingga akan lebih mudah memberikan sumbangan pemikiran untuk pembangunan
daerah dan nasional.
Sumber : https://elisa.ugm.ac.id/community/show/gri-estuning-tyas-wulan-mei/
2. ”Andai laut tak memisahkan kita”. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia,
dengan lebih dari 17.500 pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai 80.000 km.
Selama ini, banyak orang memandang laut sebagai pemisah daratan. Perspektif dari
kacamata transportasi berbasis daratan telah membuat kita terasing dan kurang
memanfaatkan kekuatan dan kelebihan laut. Padahal, sedikit menggeser cara pandang
ini membuat kita dapat melihat Indonesia sebagai satu kesatuan, bukan sekadar pulau-
pulau terpisah.
d. Infrastruktur Transportasi
Transportasi sangat penting peranannya terutama dalam meningkatkan
keterjangkauan/ aksesibilitas suatu wilayah. Dengan adanya transportasi akan
memudahkan suatu wilayah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Pembangunan
transportasi Indonesia saat ini terfokus pada pembangunan di darat. Hal itu wajar karena
kondisi jalan di darat pun tergolong cukup memprihatinkan. Indonesia mempunyai
panjang jalan 300.000 km tetapi kondisi jalan yang layak hanya 60% saja, sedangkan
yang lain dalam kondisi rusak ringan dan berat (Susantono, 2004). Masalah tersebut
bukan menjadi suatu alasan bagi pemerintah untuk memfokuskan pembangunan
transportasi di darat saja karena wilayah Indoensia sebagian besar adalah wilayah
lautan.
Juga banyaknya kecelakaan yang terjadi di Indonesia pada dua tahun terakhir ini
menunjukkan bahwa masalah transportasi adalah suatu masalah yang serius.
Transportasi berhubungan erat dengan manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa
dan konsumen. Merupakan suatu hal yang sangat ironis ketika alat transportasi yang
layak telah menjadi suatu kebutuhan primer bagi penggunanya akan tetapi, pada
kenyataannya alat transportasi yang layak tidak tersedia di masyarakat. Saat ini
transportasi yang layak dan efektif sudah menjadi bagian yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan orang untuk berpindah tempat dan memindahkan
barang secara cepat dari satu lokasi ke lokasi yang lain membutuhkan alat transportasi
yang sesuai dengan kebutuhan. Saat ini alat transportasi yang dipakai tidak hanya
dituntut untuk dapat mengantarkan orang maupun barang dengan cepat akan tetapi juga
menuntut kenyamanan, keamanan dan kelayakan dari transportasi itu sendiri.
Kecelakaan beruntun yang terjadi pada transportasi darat, laut maupun udara
terlihat seperti tidak memberikan pilihan kepada penggunanya akan sebuah transportasi
yang layak, nyaman dan aman. Indonesia sudah dipertanyakan kelayakan
transportasinya oleh dunia. Bahkan terdapat sebuah larangan terbang bagi maskapai
Indonesia yang dikeluarkan oleh Uni Eropa merupakan suatu pukulan berat bagi
Indonesia. Tidak hanya menyatakan bahwa maskapai dan alat transportasi di Indonesia
tidak layak digunakan, larangan tersebut juga secara tidak langsung merusak nama baik
Indonesia sendiri.
Terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan jumlah kendaraan dengan
pertumbuhan prasarana jalan akibat tuntutan terhadap kebutuhan angkutan baik itu
angkutan pribadi, semi pribadi, dan terutama angkutan umum jauh lebih besar daripada
penyediaan prasarana jalan. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan berbagai
permasalahan kota, dan kondisi ini hanya dapat diatasi dengan optimalisasi penggunaan
angkutan umum.
Kondisi angkutan umum di Indonesia, terutama di pada kota-kota besar di
Indonesia, memiliki tingkat pelayanan yang buruk. Hal ini tercermin dari terdapatnya
ketidakamanan dan ketidaknyamanan penumpang ketika menggunakan angkutan umum
akibat angkutan umum yang melebihi muatan, pengemudi yang ugal-ugalan, rawannya
tindakan kriminal, dan banyak lagi indikator lain mengenai keburukan pelayanan
angkutan umum di Indonesia. Selain itu, angkutan umum tidak lagi efektif dan efisien
dalam penggunaannya dibandingkan angkutan pribadi seperti banyaknya jumlah
perpindahan angkutan untuk mencapai tujuan, frekuensi dan waktu tunggu angkutan
umum yang tidak terjadwal, serta jarak berjalan calon penumpang yang cukup besar
untuk mencapai angkutan umum, terutama pada kota-kota kecil dan daerah pedesaan.
Kondisi inilah yang pada akhirnya akan mendorong calon pengguna angkutan umum
untuk menggunakan angkutan pribadi dalam melakukan pergerakannya, yang kemudian
menimbulkan peningkatan pergerakan dengan angkutan pribadi serta menyebabkan
munculnya berbagai permasalahan transportasi kota seperti penumpukan moda
transportasi pada jaringan jalan kota, pencemaran suara dan udara, kecelakaan lalu
lintas, dan permasalahan transportasi lainnya, sehingga konsekuensinya adalah perlu
diadakannya intervensi terhadap sistem angkutan umum dan sistem transportasi kota.
Tanpa adanya suatu sistem transportasi yang layak dan aman, perpindahan orang
maupun barang akan menjadi suatu hal yang tidak mungkin dan sulit dilakukan. Sudah
saatnya dilakukan perbaikan dan pengkajian ulang atas sistem transportasi yang ada di
Indonesia. Kasus–kasus tersebut mampu menjadi kajian tersendiri didalam
memperbaharui sistem transportasi publik di masa mendatang.
“ Pembangunan kawasan timur indonesia hendaknya dibangun dengan
menerapkan konsep/metode pendekatan komplek wilayah (regional) hal tersebut
dikarenakan aspek yang muncul kombinasi antara keruangan serta interaksi makhluk
hidup dengan lingkungannya. Dimana di setiap wilayah berbeda-beda sehingga
perbedaan ini membentuk karakteristik wilayah. Perbedaan inilah yang mengakibatkan
adanya interaksi suatu wilayah dengan wilayah lain untuk saling memenuhi kebutuhan
nya. Semakin tinggi perbedaannya maka interaksi dengan wilayah lainnya semakin
tinggi .” (Muhammad Rifad Fakhrozi)
Sumber :http://ayurahma96.blogspot.com/2016/03/makalah-keterkaitan-pembangunan.html
4. - Batas Wilayah Darat
Wilayah daratan adalah daerah di permukaan bumi dalam batas-batas tertentu
dan di dalam tanah permukaan bumi. Untuk menentukan batas wilayah daratan biasanya
dilakukan dengan negara-negara yang berbatasan darat. Batas-batas dapat dibuat dengan
sengaja atau dapat pula ditandai dengan benda-benda alam, seperti gunung, hutan, dan
sungai. Indonesia memiliki wilayah daratan yang berbatasan dengan Malaysia (Serawak
dan Sabah), Papua Nugini, dan Timor Leste. Selain itu Penentuan secara pasti tentang
batas-batas suatu wilayah daratan antara dua negara atau lebih tidak akan menjadi
masalah apabila sudah ada kepastian dan persetujuan.
Penentuan batas zona bersebelahan adalah sejauh 12 mil laut di luar batas laut
territorial atau 24 mil lautdari garis pantai. Dalam wilayah ini, negara dapat menindak
pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap undang-undang imigrasi, fiscal, dan
bea cukai.
d) Batas Landasan Benua\
Batas landas benua yaitu sejauh lebih dari 200 mil laut. Dalam wilayah ini,
negara dapat melakukan eksplotasi dari ekplorasi dengan kewajiban membagi
keuntungan dengan masyarakat Internasional. Bebas dan dapat dipergunakan oleh
siapapun.
Teori Pengawasan
Kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan negara dalam mengawasi
ruang udara di atas wilayahnya. Teori ini dikemukakan oleh Cooper (1951).
Teori Udara
Wilayah udara meliputi suatu ketinggian dari kemampuan udara untuk
mengangkat (mengapungkan) balon pesawat udara.
Teori Keamanan
Negara mempunyai kedaulatan terhadap udaranya, termasuk untuk
menjaga keamanannya. Teori ini dikemukakan oleh Fauchilli (1901) yang
menentukan ketinggian wilayah udara 1.500 m. akan tetapi, pada tahun 1910
ketinggian tersebut diturunkan menjadi 500 m.
Sumber : https://brainly.co.id/tugas/23733342
http://asfarafif.blogspot.com/2016/04/batas-wilayah-negara-indonesia-meliputi.html
Asas sentralisasi memusatkan semua wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau
yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Ciri-ciri dari asas ini sangat mencolok yaitu pemusatan kekuasaan di pusat, yang
mengurusnya adalah pemerintah pusat.
Sumber : https://www.yuksinau.id/sentralisasi-desentralisasi-dekonsentrasi/
6. Sejumlah kalangan mulai mencuatkan lagi wacana pemekaran provinsi baru yang
berpisah dari Provinsi Riau, yakni Provinsi Riau Pesisir. Namun bagi tokoh masyarakat
Riau bagian pesisir yang punya pangalaman dalam pemekaran wilayah, Irwan Nasir,
menilai wacana pembentukan Provinsi Riau Pesisir sudah tak tepat lagi untuk saat ini.
"Pembentukan Provinsi Riau Pesisir sudah kehilangan momentum," begitu kata Irwan
Nasir kepada CAKAPLAH.com, Minggu (20/20/2019).
Menurut Irwan Nasir, ada beberapa alasan kenapa wacana pembentukan Provinsi Riau
Pesisir sudah tak laku lagi sekarang. Diantaranya alasan faktor ekonomi.
"Menurunnya produksi minyak di Riau bagian pesisir, jatuhnya harga minyak, dan
jatuhnya harga sawit membuat pemekaran Riau pesisir harus dikaji ulang," jelasnya pria
yang saat ini menjabat sebagai Bupati Kepulauan Meranti ini.
Dijelaskan Irwan, kekayaan sumber daya alam Riau bagian pesisir tak dapat lagi
diandalkan untuk menopang provinsi baru. Sehingga, kalau Provinsi Riau Pesisir
dipaksakan juga maka itu akan membawa dampak yang tak baik bagi masa depan.
"Jangan sampai pemekaran Riau Pesisir ini malah merugikan masyarakat Riau Pesisir
untuk generasi mendatang," kata pria yang berpengalaman dengan pemekaran Provinsi
Kepri dan Kabupaten Kepulauan Meranti ini.
Lebih lanjut Irwan mengingatkan kepada elit politik Riau bagian pesisir agar menahan
emosinya untuk memekarkan diri dari Provinsi Riau.
"Kita minta elit masyarakat Riau bagian pesisir jangan lagi berpikir dengan eforia masa
lalu yang mengatakan kekayaan Riau pesisir ini harus dinikmati dengan membentuk
provinsi baru, Riau Pesisir. Sudahilah itu, jangan hanya mengedepankan aspek
emosional saja. Tapi harus melihat kepentingan yang integral rakyat Riau secara
keseluruhan," tutup Irwan.
https://www.cakaplah.com/berita/baca/2019/10/20/irwan-nasir-pemekaran-riau-pesisir-
sudah-kehilangan-momentum-dan-harus-dikaji-ulang#sthash.DWormSWk.dpbs