1. Setelah mempelajari modul 7, menurut anda assessment tools mana sajakah yang
dapat digunakan untuk memperoleh data anamnesa Stan? jelaskan
menggunakan tools tersebut.
Menurut saya assessment tools yang dapat digunakan untuk memperoleh data
anamnesa Stan yaitu melalui wawancara klinis, symptom questionnaires dan tes
proyektif. Karena dari wawancara klinis kita dapat mengetahui perasaan, kondisi,
gambaran umum yang sedang Stan rasakan. Dengan menggunakan format yang
sudah terstruktur kita dapat mengetahui apa yang sedang Stan alami, serta
informasi-informasi penting lainnya yang berkaitan dengan kondisi Stan saat ini.
Lalu setelah wawancara klinis, kita dapat menggunakan symptom questionnaires
untuk melihat gangguan apa yang dialami Stan. Pernyataan-pernyataan yang
diberikan mencakup berbagai macam gejala dari suatu gangguan.
Kemudian melalui tes proyektif kita dapat melihat perasaan, motif, konflik,
keinginan, dan hubungan Stan dengan orang lain yang mungkin tidak tersampaikan
secara jelas saat wawancara klinis dan pengisian symptom questionnaires. Dari tes
proyektif ini Stan dapat memproyeksikan dirinya ketika diberi stimulus yang
ambigu. Dari yang saya ketahui juga tes proyektif ini bisa mengungkapkan individu
secara keseluruhan, baik itu kepribadiannya, gangguan, konflik, semua terkait
individu tersebut jika memang jawaban atau hasil tes dari individu dapat
diinterpretasikan dengan benar. Oleh karena itu menurut saya ketiga assessment
tools ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data anamnesa Stan.
2. Jika data anamnesa telah terkumpul, bagaimana cara yang akan anda lakukan
untuk melakukan pencegahan agar tidak berkembang ke arah yang lebih buruk?
jenis pencegana yang manakah yang sesuai untuk Stan? kemukakan pendapat
anda.
Ketika anamnesa telah terkumpul dan terlihat bahwa Stan memang memiliki
gangguan, maka pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak semakin buruk yaitu
pencegahan tersier. Disini Stan mengalami adjustment disorder dan depresi, ia
banyak bertanya-tanya soal kehidupannya, bahkan sampai mengganggu aktivitas
kesehariannya, serta sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh
karena itu pencegahan tersier menurut saya adalah pencegahan yang tepat dilakukan
Stan agar ia bisa kembali menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mencegah serta
mengurangi dampak dari gangguan yang dirasakannya.
Menurut saya intervensi yang dapat dilakukan untuk kasus Stan yaitu melalui
guidance dan treatment. Konseling dapat menjadi salah satu cara untuk
membimbing dan mendampingi Stan dalam memecahkan masalah. Kemudian Stan
dapat menangani masalahnya melalui treatment, baik itu menggunakan obat-obatan
maupun melalui terapi. Diharapkan melalui konseling dan treatment ini Stan dapat
memahami masalahnya, menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dalam dirinya, dan kembali menjalani kehidupan yang normal.
b. Psychological treatment
- Behavioral therapy
Terapi perilaku ini dapat membantu Stan untuk mengidentifikasi
penguat dan hukuman yang berkaitan dengan perilaku maladaptif Stan, serta
merubah perilakunya tersebut. Terapis nantinya membantu Stan untuk
mengidentifikasi, misalnya situasi apa yang menjadi trigger sehingga Stan
merasakan cemas?
- Cognitive therapy
Terapi kognitif ini dapat membantu Stan mengidentifikasi serta
menghadapi pikiran negatifnya. Terapis juga nantinya membantu Stan
menemukan cara yang efektif untuk menyelesaikan masalahnya. Selain itu
ada pula Cognitive-Behavioral Therapy, dimana tekniknya menggabungkan
antara teknik kognitif dan perilaku untuk membantu klien mengidentifikasi
kecemasan yang dirasa kemudian melihat sudut pandang lain dan mengatasi
masalahnya dengan strategi coping yang baru.
- Psychodinamic therapy
Terapi psikodinamik dapat membantu Stan mengenali strategi coping
maladaptif yang digunakan dirinya serta sumber dari konflik yang ia
rasakan.
- Humanistic therapy
Terapi humanistik ini dapat membantu Stan menyadari potensi
dirinya. Stan selalu merendahkan dirinya, tidak percaya terhadap dirinya
dan meragukan potensi yang ia miliki. Melalui terapi ini diharapkan Stan
dapat melihat potensi dirinya, memandang dirinya dengan lebih baik lagi,
serta melihat dirinya bisa berkembang menjadi lebih baik.
c. Social approaches
Melalui pendekatan sosial, Behavioral family system therapy (BFST)
dan terapi kelompok menurut saya bisa membantu mengatasi masalah Stan.
Terapis nantinya membantu Stan beserta keluarganya agar dapat memperbaiki
masalah yang dialami. Dalam kasus dijelaskan bahwa hubungan Stan dengan
keluarganya tidak begitu baik, bahkan salah satu penyebab kecemasan yang
dirasakan Stan berawal dari keluarganya. Oleh karena itu BFST ini bisa menjadi
salah satu alternatif terapi yang dijalani oleh Stan.
Untuk terapi kelompok Stan dapat bergabung dalam kelompok yang
mungkin memiliki masalah yang hampir sama dengannya. Dengan dipandu oleh
terapis diharapkan kelompok tersebut dapat menjadi support group. Bisa jadi
melalui terapi kelompok ini Stan jadi tidak merasa sendiri dan akhirnya
bersemangat untuk merubah dirinya serta ia juga dapat membantu anggota
kelompok yang lain agar mereka bisa menghadapi masalahnya juga.