NIM: 18308144021
Kelas: Biologi B
Periode akhir abad XIX dan awal abad XX merupakan periode awal
pertumbuhan modernisasi mayarakat bumi putera. Moderenisasi dalam hal ini
diartikan sebagai hasrat untuk mencapai kemajuan dengan menuntut pelajaran dan
pendidikan, terutama pendidikan model Barat. Dalam masyarakat bumi putera mulai
saat itu telah tumbuh kesadaran diri akan ketertinggalan kebudayaan jika
dibandingkan dengan bangsa Belanda ketika itu sebagai penjajah. Buktinya adalah
bahwa semakin banyak anak yang mengunjungi sekolah untuk menuntut ilmu
pengetahuan dan teknik, makin banyak penduduk pribumi yang mencari kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan modern. Hal itu semakin meningkat setelah adanya
politik etis di Hindia Belanda yang salah satu programnya adalah pengembangan
pendidikan bagi kalangan bumi putera. Gejala itu menjadi tanda bahwa masyarakat
berkembang kearah kesadaran nasional, dan timbulnya keberanian dorongan yang
kuat untuk memperoleh kemajuan.
Budi Utomo sebagai suatu organisasi pergelakan nasonal pertama didirikan
atas dasar tuntutan adanya kemajuan yang direfleksikan dalam bentuk suatu
organisasi itu sebagai jawaban terhadap penetrasi barat atas imperialisme dan
kapitalismenya sebagai dorangan kuat untuk menjunjung tinggi derajat bangsa. Pada
tahun 1906 dan 1907 Wahidin Susirohusodo mengadakan suatu perjalanan keliling ke
seluruh Jawa dalam rangka menganjurkan perlunya perluasan kehidupan rakyat,
anjurannya tersebut tidak hanya bergantung kepada pemerintah Hindia Belanda tetapi
juga dapat terealisasi jika bangsa Indonesia juga mau berusaha sendiri dengan cara
membentuk studiesfonds atau dana pelajar yang hasilnya akan digunakan untuk
membantuk para pelajar pandai yang kurang mampu dalam hal biaya. Pada tahun
1907 akhirnya perjalannya sampai di Jakarta dan bertemu dengan pelajar Stovia
(sekolah dokter bumi), disitulah Wahidin bertemu dengan Sutomo dan berbincang-
bincang tentang nasib rakyat yang masih kurang mendapat perhatian dibidang
pendidikan. Sebagi realisasi dari gagasan yang telah mendapatkan dukungan dari
teman-temannya para pelajar Stovia itu pada tanggal 20 Mei 1908 maka dibentuklah
organisasi yang kemudian diberi nama Budi Utomo dan sebagai ketuanya yaitu
Sutomo.
Menurut Tirtoprojo istilah Budi Utomo berasal dari kata “Budi” yang berarti
perangkat atau tabiat dan “Utomo” yang dimaksud baik atau luhur. (Sutomo,1995:50).
Budi Utomo maksudnya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu
berdasarkan keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat. Organisasi tersebut terdiri
dari para priyayi Jawa. Anggota organisasi Budi Utomo ini antara lain yaitu Sutomo,
Suradji, M. Muhammad Saleh, Mas Suwarno, Muhammad Su’aiman, Gunawan,
Gumberg, dan R. Angka. Susunan pengurus Budi Utomo ketika itu adalah : ketua: R.
Sutomo; Wakil ketua: M. Sulaiman; Sekretaris I: Suwarno; Sekretaris II: M.
Gunawan; Bendahara: R. Angka; Komisaris: M. Suwarno, M. Muhammad Saleh.