Anda di halaman 1dari 4

Bunga di Tepi Jalan

Suasana malam hari ini tak seperti biasanya, terasa sepi dan sunyi. Malam yang
berubah menjadi menegangkan, langit mulai mendung sesekali terdengar suara gemuruh
lemah yang menandakan hujan akan turun sebentar lagi. Angin yang bertiup sangat
kencang, rumput bergoyang kesana kemari, rumah yang jauh dari keramaian membuat
kesunyian menjadi lebih terasa. Tinggal di pedesaan membutuhkan waktu cukup lama
untuk sampai ke jalan raya karena jaraknya yang jauh.

Terlahir dari keluarga miskin tidak membuat Inah berputus asa untuk menempuh
pendidikannya. Tiba saatnya Inah lulus dari sekolah menengah atas. Impian yang ingin
Inah wujudkan adalah dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Inah
merupakan gadis kembang desa yang selalu menjadi incaran para lelaki di desanya. Salah
satunya Pram yang benar-benar mengagumi sosok Inah dan tergila-gila olehnya. Pram
adalah anak satu-satunya kepala desa yang sangat dimanja.

Hari ini perayaan kelulusan di sekolah Inah. Inah banyak mendapatkan ucapan
selamat dan hadiah yang bagus dari teman-temannya. Seketika kami terdiam membisu
melihat dari kejauhan badai apa yang akan datang menghampiri Inah dan teman-
temannya itu. Pram dengan penampilannya menyerupai Dilan mengendarai motor retro
yang tidak kalah kerennya dari Dilan itu membuat Inah dan teman-temannya ketakutan.
Pram membawakan Inah sekuntum mawar merah. Pram berdiri sangat dekat di depan
Inah dan ingin menyampaikan sesuatu yang serius.

“Inah, ini adalah sekuntum mawar merah untukmu sebagai lambang cinta kita.
Aku ingin melamarmu Inah. Maukah kamu menjadi istriku?” Pram mengatakannya
sambil menggenggam erat jari-jari Inah.

Tanpa basa-basi Inah langsung menolak ajakan Pram untuk menikah dengannya.
Inah tidak menyukai Pram yang hanya mengandalkan kekuatan dan kekuasaan yang
dimiliki oleh Ayahnya sebagai kepala desa. Inah bertekad untuk pergi ke Jakarta mencari
pekerjaan demi melanjutkan pendidikannya tanpa harus membebani orang tuanya. Pram
yang tidak sengaja mendengar cerita dari temannya Inah, langsung menangis dan berlari
menuju stasiun kereta api untuk memberhentikan Inah. Inah berpamitan kepada orang tua
dan kedua sahabatnya lalu masuk ke dalam kereta api. Belum lama kereta api mulai jalan,
datang Pram membuat keributan di stasiun.

Tibalah Inah di Jakarta. Inah selalu mengunggah foto di media sosialnya dan
menceritakan segala sesuatunya di dunia maya. Inah mengabari orang tuanya kalau ia
sudah sampai dengan selamat di Jakarta. Inah bekerja sebagai pembantu di rumah yang
sangat besar dan mewah. Kedatangan Inah disambut dengan baik di rumah majikannya
sekarang.

Selain Inah memiliki wajah yang cantik, ia juga pintar dalam hal memasak,
membersihkan seluruh isi rumah, merawat nenek majikannya dan mengurus keperluan
majikannya. Majikannya memiliki satu orang anak laki-laki yang saat ini sedang
berkuliah di luar negeri. Inah mengunggah cerita di media sosialnya lalu seseorang yang
tidak diketahui mengomentari cerita Inah itu.

“Indah sekali, sepertinya saat ini aku rasa kau sedang merasa sangat bahagia.”
Begitu kata laki-laki itu.

Awalnya Inah membalasnya dengan wajar, tapi semakin lama mereka semakin
dekat walau mereka belum pernah bertemu sama sekali. Mereka hanya berkomunikasi
melalu media sosial saja. Inah diam-diam mempunyai perasaan kepada laki-laki itu.
Mereka saling mengirim pesan dan bertukar cerita tentang kisahnya atau kisah laki-laki
misterius itu.

“Aku memiliki sepasang sayap untuk meraih impianku. Kini aku terbang dengan
sayap untuk mewujudkan impian itu.” Kata Inah.

“Apakah sayap yang kamu gunakan baik? Jangan sampai disaat kamu terbang
sayap kamu tiba-tiba patah dan kamu terjatuh dari ketinggian yang diatas rata-rata. Aku
berharap itu tidak terjadi.” Laki-laki itu mengatakannya.
Saat itu Inah dipanggil oleh majikannya untuk menyiapkan makan malam. Tapi
Inah kemudian dihadapkan oleh masalah yang membuat Inah dipecat oleh majikannya.
Saat itu orang tua Inah datang ke Jakarta dan melihat ternyata anak yang telah dibesarkan
selama ini menjadi seorang pembantu rumah tangga.

“Katamu mau mewujudkan impian makanya pergi ke Jakarta. Ternyata jauh-


jauh ke Jakarta dari desa hanya untuk menjadi pembantu?” Bapak Inah emosi dan
berusaha menahan amarahnya.

Inah hanya bisa menunduk dan menangis, ia tidak berani menatap mata
Bapaknya. Inah mengemas pakaian dan barang-barangnya yang lain untuk dibawa pulang
ke rumahnya di desa. Sungguh kasihannya Inah, sayap yang ia pakai mulai rapuh dan tak
berdaya.

Sepanjang jalan Inah mengingat setiap kejadian yang ia lakukan di rumah


majikannya. Inah selalu memberikan pelayanan yang memuaskan untuk majikannya.
Kini semuanya berubah. Sebenarnya Inah tidak pernah setuju untuk menikah dengan
Pram. Keadaan yang memaksakan mereka harus menikah. Pram tidak sabar untuk
menikahi Inah. Dengan penuh semangat Pram menyediakan kebutuhan untuk acara
pernikahannya sendiri.

Seperti bunga di tepi jalan, ada yang berukuran besar, ada yang kecil, ada yang
indah, ada yang jelek, ada yang harum ada juga yang tidak harum. Terkadang orang tidak
memperhatikan bunga yang ada di tepi jalan itu. Diinjak, dilindas, dicabut bahkan ada
orang yang hanya melihat dari satu sisi saja. Seandainya bunga itu dapat berbicara maka
ia akan berteriak dan marah.

Waktu pernikahan semakin dekat, laki-laki misterius itu beberapa hari ini
menghilang tak tahu kemana. Perasaan Inah semakin sedih kegagalan yang cukup berat
dirasakan olehnya karena kini sayap yang dimilikinya patah dan tidak bisa diperbaiki
kembali. Saat pernikahan akan dimulai, tiba-tiba sosok misterius datang dan
menghentikan acara pernikahan itu. Tanpa disadari laki-laki itu adalah anak dari
majikannya Inah. Alex adalah laki-laki yang selalu mengomentari setiap unggahan Isna
di media social. Alex ternyata sudah lama mengenal Inah meski ini pertama kalinya
mereka bertemu dan bertatap muka langsung.

Inah menyadari kesulitan dan tantangan hidup kadang membuatnya menderita,


orang-orang disekitarnya mungkin mengabaikan atau mengusik Inah. Tapi lihatlah
bunga-bunga yang ada di tepi jalan itu. Ia tidak pernah khawatir jika bunga itu dipetik
atau mudah layu. Tetaplah setia

Anda mungkin juga menyukai