Anda di halaman 1dari 4

Mencintai Tapi Tak Dicintai

Cerpen Oleh Erviany Indira

Hari demi hari berlalu, tak terasa liburan telah usai. Dini harus kembali menjalani
aktivitasnya sebagai mahasiswa aktif berorganisasi. Perjalanan Dini dari kampung halaman
sampai ke kota ditempuh selama delapan jam dengan motor skuter pink miliknya. Perjalanan
panjang yang lumayan menguras energi untuk gadis bertubuh mungil itu. Dini selalu
menyinggahi warung-warung yang ada di pinggir jalan untuk beristirahat sejenak.

Sesampainya di rumah, Dini langsung mandi lalu tidur tanpa makan terlebih dahulu.
Dini sangat kelelahan hingga tidak sempat membersihkan rumahnya. Dini harus memulihkan
staminanya setelah melakukan perjalanan jauh karena besok ia harus menjalankan tugasnya
sebagai ketua OSIS.

Peringatan hari ulang tahun sekolah sebentar lagi tiba. Semangat memasuki fase
dimana sibuk mencari sponsor, mencari donatur, mencari segalanya demi kelancaran acara
ulang tahun sekolah nanti. Dari pagi sampai pagi Dini sibuk mengurus keperluan untuk
perayaan. Karena ketakutannya akan acara itu, Dini sampai tidak ingin meninggalkan
pekerjaannya. Sehingga ia harus menginap di ruangan OSIS untuk menyelesaikan semua
pekerjaan itu. Dini tidak sendiri, ia selalu ditemani oleh teman-teman organisasinya.

Berawal dari kesibukan menyiapkan kegiatan untuk acara ulang tahun sekolah, adanya
benih cinta yang tumbuh di hati Dini. Diam-diam Dini menyukai teman pria satu organisasinya,
dia adalah Denny. Entah bagaimana perasaan cinta itu bisa datang. Padahal Denny jarang ada
di ruangan dan tiap rapat jarang hadir. Tapi Dini menyadari satu hal, dimana ada Dini selalu
ada Denny. Meski Denny tidak pernah membantu Dini menyelesaikan pekerjaannya tapi
Denny selalu bisa membuat Dini tersenyum walau hanya dengan melihat wajahnya saja.

Dini tidak bisa menyimpan perasaannya terlalu lama. Ia memilih untuk menceritakan
tentang perasaan yang ia miliki untuk Denny kepada temannya, Mely. Dini menghubungi Mely
untuk bertemu dan menceritakan masalahnya.

“Halo Mel, sibuk engga hari ini? Ada yang mau aku ceritakan nih.” Kata Dini.
Saat itu Mely belum sadar sepenuhnya karena ia baru saja terbangun akibat suara nada
dering kpop yang membuat gendang telinga pecah jika mendengarnya.

“Apasih Din pagi-pagi menelepon? Mimpiku jadi terganggu nih, nanti saja ceritanya
ya aku mau lanjut tidur lagi, daaa.” Mely langsung menutup teleponnya.

Dini sangat kesal saat itu, bisanya Mely menutup telepon disaat Dini ingin bercerita
apalagi ini masalah hati. Akhirnya Dini bersiap-siap untuk pergi ke rumah Mely daripada harus
menunggunya bangun tidur. Di perjalanan Dini selalu memikirkan tentang perasaannya, dalam
hati ia mengatakan “Apa benar aku menyukainya? Sebenarnya ini perasaan apa?”

Sampai di depan rumah Mely, Dini mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada yang
membukakan pintu. Dini menelepon Mely untuk membangunkannya dan menyuruhnya
membukakan pintu. Mely menatap Dini dengan tatapan tajam menunjukkan wajah kesal penuh
amarah.

“Belum puas ganggu tidurku lewat telepon tadi ya? Sampai harus datang ke rumah.
Penting banget ya ceritanya? Harus hari ini juga? Engga bisa nanti saja ya? Masalahnya apa?”
Dini diserang banyak pertanyaan oleh Mely.

Dini bingung pertanyaan yang mana harus dijawabnya, begitu banyaknya pertanyaan
yang diberikan karena satu tindakan yang dilakukan Dini.

“Sudah Mel, aku cuma mau kamu dengar ceritaku, aku tidak ingin menyimpannya
sendiri lagi, maaf kalau aku sudah membuatmu terganggu, aku pulang saja ya, mungkin nanti
kalau kamu sudah puas dengan tidurmu baru aku cerita.” Katanya Dini.

Perlahan kekesalan Mely mulai reda, ia melarang Dini pulang dan membiarkannya
masuk. Dini menunggu Mely di ruang tamu sementara itu Mely mencuci wajah dan menggosok
gigi.

“Din, sebenarnya ada masalah apa sampai kamu datang kesini? Masalah keluarga atau
organisasi atau ada yang menyakitimu?” Mely bertanya karena rasa penasarannya yang tinggi.
“Engga Mel, aku engga ada masalah dengan keluarga, organisasi atau lainnya. Aku
mau cerita tentang masalah hati. Hatiku Mel, kurasa aku menyukai Denny, aku mulai jatuh
cinta padanya Mel.” Dini menceritakan semua yang ia rasakan.

Mely terkejut mendengar apa yang dikatakan Dini baru saja. Ia tidak sengaja menelan
air saat berkumur selesai menggosok giginya.

“Apa Mel? Aku engga salah dengar kan? Kamu menyukai Denny? Apa yang
membuatmu menyukainya?” Mely bergegas pergi ke ruang tamu menghampiri Dini dan
bertanya.

Dini hanya menjawab dengan ekspresi wajah datar “Engga mungkin kamu salah
dengar Mel.”

Mely senang melihat temannya kini bahagia. Rasanya berbeda melihat Dini ketika
menatap mata Denny. Dengan seringnya Dini tersenyum sendiri. Tertawa tanpa sebab yang
jelas bukan karena ada hal yang lucu untuk ditertawakan. Dini semakin bergairah menjalani
segala aktivitasnya. Begitulah Dini seperti layaknya muda-mudi yang sedang kasmaran.

Setiap hari Dini selalu bertemu dengan Denny yang membuat Dini semakin meleleh
hatinya. Mereka yang tak tahu apa yang dirasakan Dini, beranggapan kalau Dini sudah gila
karena kegiatan untuk acara ulang tahun sekolah semakin dekat. Saat itu Mely mendengar
teman-temannya menggosipkan Dini yang kelihatannya sudah tidak waras karena menyukai
Denny. Mely justru tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Saat menyukai seseorang memang
perbedaan antara waras dan gila sangatlah tipis.

“Mel, aku harus bagaimana? Apa aku bilang saja ke Denny kalau aku menyukainya?
Tolong katakan sesuatu Mel.” Dini berkata dengan pikiran yang dipenuhi gelisah.

“Jangan bertindak gegabah Din, fokus saja dulu dengan kegiatan kita yang tinggal
menghitung hari ini.” Kata Mely dengan begitu santai.
Dini belum mengungkapkan perasaan cintanya kepada Denny. Hingga pada waktunya
Dini mengetahui bahwa selama ini Denny tidak memiliki perasaan yang sama seperti Dini.
Kenyataan yang begitu menyakitkan. Luka ini tak dapat Dini hindari meski telah
disembunyikannya. Kehilangan tidak selamanya menjadi hal yang buruk. Jatuh cinta adalah
menghargai diri sendiri bukan menjatuhkan diri. Cukup Denny berada disampingnya, sudah
membuat Dini bahagia. Denny tak pernah ada maksud untuk menyakiti, Dini hanya disakiti
oleh harapannya sendiri. Dini merasa kehilangan tanpa sempat memiliki, harapan yang tumbuh
menjadi patah.

Mungkin selama ini Dini salah mengartikan jiwa atau tingkah laku Denny. Dini
mengira bahwa Denny mencintainya. Bukan karena Dini tidak mencintai Denny lagi. Bukan
karena Dini sudah lelah menunggu. Dini sangat menyayangi Denny melebihi dirinya sendiri
tapi mencintai tanpa dicintai membuat hatinya terluka. Begitu sakitnya ternyata mencintai
tanpa dicintai oleh orang yang disukai. Dini sangat ingin menjadi seseorang yang terindah
dalam hidup Denny. Seperti peribahasa maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak
sampai. Dini ingin mendapatkan sesuatu tapi tidak sanggup untuk mendapatkannya. Cinta Dini
untuk Denny sudah hancur tapi ia tidak bisa menyalahkan Denny yang tidak mencintai Dini.
Mencintainya tanpa harus memiliki. Dini mengikhlaskan semuanya karena tuhan pasti
akan menggantikan yang lebih baik. Temukan alasan yang dapat membuat hari-hari
menyenangkan dengan tersenyum bahagia. Bersyukur misalnya.

Anda mungkin juga menyukai