Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Apendiks Vermiform berasal dari bahasa latin “Apendiks” ialah menjuntai

+ vermis + bentuk = berbentuk seperti cacing yang menjuntai. Apendiks

Vermiformis merupakan divertikulum sekum dan menandai awal dari usus besar

dan bertemu pada taenia. Apendiks melekat di posterior medial ke arah sekum,

sekitar 2 cm di bawah ileocaecal junction pada kuadran kanan bawah abdomen.

Letak apendiks terbagi atas Retrocecal/retrocolic, pelvic, post-ileal,

subcecal, pra-ileal, dan paracecal. Berdasarkan histologi apendiks terdiri dari

mukosa, submukosa, muskularis eksterna dan serosa. Sekum berkembang mulai

dari minggu keenam, perkembangan ujung distal sekum membentuk divertikulum

sempit, yaitu apendiks.

Apendiks tidak memiliki fungsi pencernaan , tetapi merupakan komponen

penting sebagai MALT (Mucosa-Associated Lymphoid Tissue). Apendiks

menghasilkan lendir ke dalam lumen kemudian mengalir ke sekum. Lendir yang

disebut sekretoar tersebut dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid

Tissue) ialah imunoglobulin A.

Pada referat ini, akan dibahas mengenai Apendiks berdasarkan embriologi,

anatomi, histologi, dan fisiologi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. EMBRIOLOGI

Embriologi apendiks awalnya berupa tonjolan atau kantung dari caecum.

Caecum sendiri berkembang mulai dari minggu keenam(gambar 2). Pada awal

minggu keenam, perpanjangan lanjutan midgut, bersamaan dengan tekanan yang

dihasilkan dari pertumbuhan organ-organ perut lainnya (terutama hati), memaksa

loop usus primer untuk herniasi ke umbilicus. Loop usus primer yang berherniasi

ke umbilicus ini berputar di sekitar sumbu arteri mesenterika superior (yaitu, di

sekitar sumbu dorsoventral) sebesar 90 derajat berlawanan seperti yang terlihat

dari anterior. Dengan demikian, anggota gerak tubuh kranial bergerak secara

kaudal dan kanan dari embrio, dan anggota gerak tubuh caudal bergerak secara

kranial dan ke kiri embrio. Rotasi ini selesai pada awal minggu kedelapan.

Sementara itu, midgut terus berdiferensiasi. Jejunum dan ileum yang memanjang

dan bergerak dengan cepat ke dalam lipatan yang disebut loop jejunal-ileal, dan

cecum yang meluas menumbuhkan appendiks vermiform yang mirip cacing.1,2

2
Gambar 1. Herniasi dan rotasi usus. A dan B, Pada akhir minggu keenam, loop
usus utama herniates ke umbilikus, berputar melalui 90 derajat berlawanan arah
jarum jam (dalam tampilan depan). C, Usus kecil memanjang untuk membentuk
jejunal-ileal loop, sekum dan usus buntu tumbuh, dan pada akhir minggu
kesepuluh, loop usus primer memendek ke dalam rongga perut, memutar 180
derajat tambahan berlawanan arah jarum jam. D dan E, Selama minggu ke
sebelas, midgut yang menarik menyelesaikan rotasi ini karena sekum diposisikan
tepat di bawah hati. Sekum kemudian dipindahkan secara inferior, menarik ke
bawah hindgut proksimal untuk membentuk kolon asendens. Colon desendens
secara bersamaan dipasang pada sisi kiri dinding perut posterior. Jejunum, ileum,
kolon transversal, dan kolon sigmoid tetap tersuspensi oleh mesenterium.2

3
Gambar 2. Tahapan berturut-turut dalam pengembangan sekum dan apendiks. A,
Embrio 6 minggu. B, Embrio 8 minggu. C, Janin 12 minggu. D, Janin saat lahir.
Perhatikan bahwa apendiks relatif panjang dan kontinu dengan puncak sekum. E,
Anak. Perhatikan bahwa pembukaan apendiks terletak di sisi tengah sekum. Pada
sekitar 64% orang, apendiks terletak di posterior cecum (retrocecal). Teniae coli
adalah pita menebal dari otot longitudinal di dinding usus besar.1

Selama minggu kesepuluh, midgut masuk kembali ke perut. Proses

masuknya midgut ke dalam rongga perut selama minggu kesepuluh tidak

dipahami tetapi mungkin melibatkan peningkatan ukuran rongga perut relatif

terhadap organ-organ perut lainnya. Ketika loop usus masuk kembali ke perut, ia

berputar berlawanan arah jarum jam melalui 180 derajat sehingga sekarang kolon

yang ditarik telah berputar 270 derajat ke dinding posterior rongga perut. Sekum

4
berotasi ke posisi yang lebih rendah dari liver di daerah krista iliaka kanan.

Selama proses ini, ujung distal cecal membentuk divertikulum sempit, yaitu

apendiks. Apendiks bertambah panjang dengan cepat, sehingga saat lahir,

apendiks adalah tabung yang relatif panjang yang timbul dari ujung distal sekum.

Setelah lahir, dinding sekum tumbuh tidak merata, sehingga apendix masuk ke

sisi medialnya.2,3

Gambar 3. Tahapan berturut-turut dalam pengembangan sekum dan apendiks.


(A)7 minggu. (B)8 minggu. (C)Baru Lahir.

Ada variasi posisi apendiks. Karena colon ascending memanjang, apendiks

dapat melewati posterior ke sekum (apendiks retrosekal) atau usus besar (apendiks

retrokolik). Mungkin juga turun melebihi pinggiran panggul (apendiks pelvic).

Pada sekitar 64% orang, apendiks terletak secara intraperitoneal.1

B. ANATOMI

Appendiks merupakan organ berbentuk seperti tabung, panjang nya kira-

kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) tetapi dapat bervariasi 0,3 sampai 33 cm. Diameter

dari appendiks bervariasi dari 5 sampai 10 mm. Lumen appendiks sempit di

bagian proximal dan melebar di bagian distal.4,5

5
Appendiks berhubungan dengan caecum disebelah kaudal peralihan

ileosekal (ileosekal junction). Terdapat katup Gerlach yang merupakan selaput

lender yang kadang-kadang muncul di ujung cecal. Dasarnya berpangkal di

caecum. Caecum adalah bagian dari usus besar yang terletak di perbatasan ileum

dan usus besar. Appendiks ditutupi seluruhnya oleh peritoneum, yang melekat

pada lapisan awah mesenterium intestinum tenue melalui mesenteriumnya sendiri

yang pendek dinamakan mesoapendiks. Mesoapendiks berisi arteri, vena, dan

saraf-saraf.4,5

Apendiks vermiformis memiliki mesoapendiks yang menggantungnya pada

mesenterikum bagian akhir ileum. Appendiks terletak intraperitoneal pada 95%

kasus. Pada 30% kasus, ujung dari appendiks terletak mengarah ke pelvis, 65%

terletak retroperitoneal yaitu di belakang caecum, dibelakang kolon asendens, atau

di tepi lateral kolon asendens, dan 5% terletak di ekstraperitoneal, baik retrokolik

ataupun retrosekal.4,5,6 Posisi apendiks dapat didefnisikan : ,5,7,8

1. Retrocecal/retroocolic: apendiks mengarah kebelakang sekum dan dapat

mencapai bagian bawah dari colon ascendens.

2. Pelvic: apendiks mengarah ke bawah melewati psoas mayor dengan

ujung menyantuh tepi atas panggul bawah.

3. Post-ileal: bagian distal dari apendiks berada pada posisi postero-superior

ke terminal ileum dan mengarah ke limpa.

4. Subcecal: apendiks terletak dibawah sekum, bertumpu pada fossa iliaka

kanan dari otot iliaka oleh lapisan peritoneum local.

6
5. Pra-ileal: bagian distal dari apendiks terletak di posisi antero-superiorke

terminal ileum dan mengarah ke limpa.

6. Paracecal: lokasi apendiks terletak secara lateral ke caecum colon

ascending.

Gambar 4. Posisi Apendiks5

Letak pangkal apendiks lebih dalam dari titik pada batas antara bagian

sepertiga lateral dan dua pertiga medial garis miring antara spina iliaca anterior

superior dan anulus umbilikalis (titik McBurney).5,7

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti

arteri mesentrika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis

berasal dari nervus torakalis X sesuai dengan dermatome umbilikalis.4,6

7
Gambar 5. Vaskularisasi Apendiks

Pendarahan appendiks berasal dari arteri appendikularis yang merupakan

arteri tanpa kolateral. Arteri appendikularis merupakan cabang dari arteri

ileocecal. Arteri ini adalah cabang dari arteri mesenterika superior, bersamaan

dengan asalnya sebagai turunan dari midgut. Saluran limfatik apendiks maupun

cecum mengalir ke kelenjar getah bening ileokolik.5,6

C. HISTOLOGI

Appendix terletak di bagian awal usus besar dan merupakan evaginasi dari

sekum. Appendiks ditandai denga lumen yang relatif kecil dan irreguler, kelenjar

tubuler yang lebih pendek dan kurang padat, dan tidak memiliki taeniae coli.

Appendiks tidak memiliki fungsi pencernaan , tetapi merupakan komponen

8
penting sebagai MALT (Mucosa-Associated Lymphoid Tissue), dengan sejumlah

besar folikel limfoid pada dindingnya.9,10

Gambar 6. Apendix potongan transversal. 1. mesoapendiks; 2. muskularis

eksterna; 3. submukosa; 4. folikel limfoid; 5. mukosa; 6. Lumen9

Appendiks tersusun atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa, submukosa,

muskularis eksterna, dan serosa. Mukosa appendiks terdiri dari selapis epitel

dipermukaan. Pada epitel ini terdapat sel-sel absortif, sel goblet, sel neuro

endokrin, dan sel panethlamina propia dari mukosa adalah lapisan selular dengan

banyak komponen sel-sel migratori, dan aggregasi limfoid. Dimana folikel

limfoid dapat merubah kontur lumen dari appendiks. Lapisan terluar mukosa

adalah muskularis mukosa, yang merupakan lapisan fibromuskular yang kurang

berkembang pada apendiks.9,10,11

Lapisan submukosa memisahkan mukosa dengan muskularis eskterna.

Lapisan submukosa tersusun longgar oleh jaringan serat kolagen dan elastin, serta

9
fibrobla. Lapisan submukosa juga mengandung sel-sel migratori seperti makrofag,

sel-sel limfoid, sel-sel plasma, serta sel mast. Pembuluh darah dan limfe

merupakan komponen yang dominan pada lapisan submukosa. Pembuluh limfatik

terletak didasar dari folikel limfoid. Dilapisan ini juga terdapat struktur neural

berupa pleksus meissner yang terdiri dari ganglia, sel-sel ganglion, dan sel

Schwann yang membentuk jaringan saraf di lapisan submukosa.9,10,11

Gambar 7. Folikel limfoid pada Apendiks. (1)Epitel bertingkat; (2)Mixed cell;


(3)Mantle zone; (4)Germinal centre; (5)Sel T area9

Lapisan otot polos yang tebal berada di antara submukosa dan

serosa,merupakan lapisan muskularis eksterna dari apendiks. Lapisan ini terpisah

menjadi 2 bagian, yakni lapisan sirkular dibagian dalam dan lapisan longitudinal

dibagian luar. Diantara dua lapisan otot terdapat pleksus Myenterik atau dikenal

pleksus Auerbach’s yag serupa secara morfologi dan fungsi pleksus Meissner di

10
lapisan submukosa. Pembuluh darah dan pembuluh limfatik juga terdapat di

lapisan muskulais eksterna.10,12

Lapisan terluar apendiks adalah lapisan serosa, diantara lapisan serosa dan

muskularis eksterna terdapat regio subserosal, yang terdiri dari jaringan

penyambung longgar, pebukuh darah, limfe, dan saraf. Lapisan serosa merupakan

selapis sel-sel mesotelial kuboidal, yang terdapat pada lapisan tipis jaringan

fibrosa. Dibawah dari lapisan serosa ialah sel adiposa. 11,10,12

D. FISIOLOGI

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir tersebut secara

normal dicurahkan ke lumen dan selanjtnya mengalir menuju sekum. Di

sepanjang saluran cerna terdapat imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh

GALT (Gut Associates Lymphoid Tissue).4,9

Mirip dengan dinding usus kolon, dinding appendiks terdiri dari mukosa,

submukosa, muskularis eksterna dan serosa. Di dalam lapisan-lapisan ini,

bagaimanapun, keberadaan, kuantitas dan fungsi sel berbeda antara usus buntu

dan usus besar, terutama oleh adanya folikel limfoid di submukosa dan lamina

propria dari dinding appendiks.9

a) Mukosa

Mukosa terdiri dari epitel kolumnar dengan enterosit dan sel goblet,

lamina propria, dan mukosa muskularis. Selain makrofag, banyak sel

plasma yang mengandung imunoglobulin (Ig) A atau IgG yang ditemukan

di dalam lamina propria. Limfosit intraepitel (LIE) dalam apendiks terutama

11
terdiri dari sel kecil CD8+ T regulator (Treg), sebanding dengan yang ada di

epitel usus besar. Dalam epitel kubah, juga dikenal sebagai epitel follicle-

associated, yang terletak di atas folikel limfoid, jumlah LEI ini meningkat

ke seluruh epitel usus buntu appendiceal dan kolon. Sebagian hanya sel Treg

kecil, sel M dan Human Leucocyte Antigen D-related (HLA-DR) yang

mengandung sel T dan B juga ditemukan di sini. Beberapa LEI secara

morfologis mirip dengan sel-sel di pusat folikel, sehingga menimbulkan

spekulasi bahwa LEI dapat atau setidaknya sebagian, berasal dari folikel ini.

Mirip dengan usus besar Kripte Liberkhun ada dalam apendiks,. Sel-sel

paneth, biasanya ditemukan di usus kecil, sel ini juga ditemukan di bagian

bawah kripte ini, dengan produksi peptida anti-mikroba sebagai fungsi

utama mereka.7,9

b) Submukosa

Submukosa terdiri dari jaringan ikat dan ditandai oleh adanya banyak

yang memanjang dari submukosa ke dalam lamina propria. Sementara

adanya folikel limfoid sebanding dengan Peyer’s patches di usus kecil.

Zona mantel dari jaringan limfoid ini, yang terlokalisasi terutama yang

terdekat dengan lumen, mengandung limfosit B yang padat dan beberapa

limfosit T. Zona gelap di dalam pusat germinal yang berbeda terlokalisasi

paling jauh dari lumen. Zona ini berisi makrofag dan centroblas, sel B yang

berkembang biak yang memunculkan folikel terutama melalui ekspansi

monoklonal. Centrosit berasal dari centroblas ini, dan membentuk zona

12
cahaya bersama dengan sel dendritik folikuler (FDC). FDC mengaktifkan

sentrosit melalui presentasi antigen, yang menstimulasi produksi dan

memperpanjang umur imunoglobulin. Setelah interaksi CD40-CD40L

dengan sel T, sentrosit juga dapat berdiferensiasi menjadi plasmablast atau

sel B memori. Di antara epitel kubah dan folikel limfoid, ditemukan area sel

imun yang berbeda: zona sel campuran, terdiri dari makrofag dan limfosit, B

serta sel T. Di bagian bawah folikel limfoid terdapat area sel T, yang

mengandung makrofag dan sel T, dengan CD41 delapan kali lipat lebih

banyak daripada sel T CD81. 9

c) Limfosit dalam jaringan apendiks

Apendiks memiliki jumlah yang berbeda dari pembunuh alami (NK) 1 11

sel T CD31 (limfosit T NK), yang dapat menghasilkan sitokin dan kemokin

dengan cepat setelah aktivasi. Juga kehadiran sel T B2 20+ CD3+, sel T yang

mengekspresikan CD45R indikatif untuk aktivasi mereka, meningkat

dibandingkan dengan sisa usus. Faktor yang berkontribusi terhadap

banyaknya limfosit mungkin adalah kehadiran CCL21, suatu kemokin yang

hadir pada permukaan luminal venula endotel tinggi dan pada sel endotel

limfatik di daerah parafollicular. Dengan mengikatnya ke CCR7, CCL21

mempromosikan perekrutan limfosit B dan T ke jaringan limfoid appendiks

dan migrasi sel dendritik teraktivasi (DC) kembali ke kelenjar getah

bening.9

13
BAB III

KESIMPULAN

Appendiks merupakan organ berbentuk seperti tabung, lumen appendiks

sempit di bagian proximal dan melebar di bagian distal. Apendiks berhubungan

dengan caecum disebelah kaudal peralihan ileosekal (ileosekal junction).

Apendiks awalnya berupa tonjolan atau kantung dari caecum. Caecum sendiri

berkembang mulai dari minggu keenam. . Caecum adalah bagian dari usus besar

yang terletak di perbatasan ileum dan usus besar. Apendiks vermiformis memiliki

mesoapendiks yang menggantungnya pada mesenterikum bagian akhir ileum.

Appendiks ditandai denga lumen yang relatif kecil dan irreguler, kelenjar tubuler

yang lebih pendek dan kurang padat, dan tidak memiliki taeniae coli. Appendiks

tersusun atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa, submukosa, muskularis

eksterna, dan serosa. Appendiks menghasilkan sekretoar yang mengandung

imunoglobulin. Imunoglobulin sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Moore K.L, Persaud T.V.N, Torchia M.G. Alimentary System. The

Developing Human Clinically Oriented Embryology. 10th Edition. 2016

2. Schoenwolf, Bleyl, Brauer, Francis-West. Larsen’s Human Embryology.

Fifth edition. Development of the Gastrointestinal Tract. p. 357-358

3. Sadler.T.W. Langman’s Medical Embryology. Twelfth edition. Liipincott

Williams & Wilkins, a Wolters Kluwr business. 2012. p. 224

4. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Usus halus, appediks, kolon, dan anorektum.

Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.4, Vol.3. Jakarta: EGC. 2010. Hlm 776-7

5. Gaol L.M.L, Marpaung W.H, Sitorus P. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi

Apendiks. Ilmu Bedah Anak. Jakarta: EGC. 2014. Hlm 236-7

6. Hodge BD, Khorasani-Zadeh A. Anatomy, Abdomen, and Pelvis, Appendix.

StatPearls Publishing Treasure Island. 2019. p. 1-3

7. Schumpelick V, Dreuw B, Ophoff K, Prescher A. Appendix and Cecum ;

Embryology, Anatomy, and Surgical applications. Surgical Anatomy and

Embryology. Surgical Clinics Of North America. 2000;80(1):295-8

8. Kooij I.A. Sahami S, Buskens C.J, te Velde A.A. The Immunology of The

Vermiform Appendix: a Riview of The Literature. The Journal of

Translational Immunology. Riview Article. 2016;186. p. 1-9

9. Sandro Cilindro de Souza, Sergio Ricardo Matos Rodrigues da Costa, Iana

Goncalves Silva de Souza. Vermiform appendix: Position and lenght – a

15
Study of 377 Cases and Literature Riview. Article. Jounal of Coloproctology.

2015;35(4):212-214

10. Uly Ervinaria. The prevalence of the Location and the Depth of Inflammation

according to Histopathologic in Patient Diagnosed with Acute Appendicitis in

Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital between the Year of 2005 and 2007.

Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. 2009. p.4-7

11. Eroschenko VP. Sistem Pencernaan : Usus Halus dan Usus Besar. Atlas

Histologi diFiore. Ed.12. Jakarta: EGC. 2002. Hlm 319

12. George JS. Histological Observations and its Variations in Appendix at

Different Stages of Life. Research Article. International Jounal of Research in

Medical Sciences. 2016;4(6):2324-5

16

Anda mungkin juga menyukai