Anda di halaman 1dari 4

Terapi

Tujuan utama pengobatan dermatofitosis adalah menghilangkan atau membunuh organisme


yang patogen dan memulihkan kembali flora normal kulit dengan cara memperbaiki ekologi
kulit atau membran mukosa yang merupakan tempat berkembangnya koloni jamur. Terapi
dermatofitosis terbagi atas farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi terdiri dari
sistemik dan topical. Sedangkan pada terapi non farmakologi berupa tindakan preventif /
tindakan pencegahan.
Ada tiga golongan obat antifungal yaitu poliene, azole dan alilamin. Adapun obat anti fungal
golongan lainnya seperti flusitosin, griseofulvin, dan sebagian obat anti fungal topikal.
Pengetahuan tentang mekanisme kerja, aktifitas spektrum, farmakokinetik, efek samping
maupun interaksi obat-obat anti fungal sangat diperlukan dalam memberikkan pengobatan.
1. Pengobatan Antifungi Topikal

Obat antifungal topikal digunakan untuk pengobatan infeksi lokal pada kulit tubuh yang tidak
berambut (glabrous skin), namun kurang efektif untuk pengobatan infeksi pada kulit kepala
dan kuku, infeksi pada tubuh yang kronik dan luas dan infeksi pada stratum korneum yang
tebal (telapak tangan dan telapak kaki). Penggunaan antifungal topikal memiliki efek
samping yang minimal dibandingkan dengan antifungal sistemik.

a. Golongan Azole
Golongan azole terdiri atas dua kelompok yakni imidazol dan triazol. Imidazol memiliki
dua cincin nitrogen sedangkan triazol memiliki tiga cincin nitrogen. Obat ini bersifat
fungistatik dengan mekanisme kerjanya menghambat sintesis ergosterol jamur yang
mengakibatkan defek pada membran sel jamur. Golongan obat ini juga memiliki
kemampuan mengganggu kerja enzim sitokrom P450 lanosterol 14-demethylase yang
berfungsi sebagai katalisator untuk mengubah lanosterol menjadi ergosterol.
1) Klotrimazol
Klotrimazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, kandidosis oral, kutaneus
dan genital. Untuk pengobatan oral kandidosis diberikan oral troches (10mg) 5x
sehari selama dua inggu. Untuk pengobatan kandidosis vaginalis diberikan dosis
100mg, 200mg, 500mg, yang dimasukkan kedalam vagina selama 1,3,6 hari
berturut-turut. Sedangkan untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan
klotrimazol cream 1% diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2x sehari,
tergantung dari kondisi pasien.
2) Ekonazol
Ekonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan kandidosis oral,kutaneus
dan genital. Untuk pengobatan vaginalis diberikan dosis 150mg yang dimasukkan
kedalam vagina selama 3 hari berturut-turut, Sedangkan untuk pengobatan infeksi
jamur pada kulit digunakan ekonazol cream 1% diberikan selama 2-4 minggu dan
dioleskan 2x sehari, tergantung dari kondisi pasien.
3) Mikonazol
Mikonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis versikolor dan
kandidosis oral,kutaneus dan genital. Untuk pengobatan vaginalis diberikan dosis
200mg atau 100mg yang dimasukkan kedalam vagina selama 7 atau 14 hari
berturut-turut. Untuk pengobatan kandidosis oral, diberikan oral gel (125mg) 4 kali
sehari. Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan mikonazol cream 2%
diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2x sehari, tergantung dari kondisi
pasien.
4) Ketokonazol
Ketokonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis versikolor dan
kandidosis kutaneus dan dermatitis seboroik. Untuk pengobatan infeksi jamur pada
kulit digunakan ketokonazol cream 1% diberikan selama 2-4 minggu dan
dioleskan 1x sehari, tergantung dari kondisi pasien. Sedangkan untuk dermatitis
seboroik dioleskan 2x sehari. Untuk pitiriasis versicolor, menggunakan
ketokonazol 2% shampoo digunakan sekali sehari selama 5 hari. Sedangkan
pengobatan dandruff digunakan ketokonazol 1% shampoo sebanyak 2x seminggu
selama kurang lebih 8 minggu.
5) Sulconazol
Sulkonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan kandidosis kutaneus.
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan sulkonazol cream 1% dosis
dan pengobatan tergantung dari kondisi pasien. Biasanya untuk pengobatan tinea
corporis, tinea cruris ataupun pitiriasis versicolor dioleskan 1 atau 2 kali sehari
selama 4 minggu.
6) Oksisonazol
Oksisonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan kandidosis kutaneus.
Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan oksisonazol 1% cream atau
lotion. dosis dan pengobatan tergantung dari kondisi pasien. Biasanya untuk
pengobatan tinea corporis dan tinea cruris dioleskan 1 atau 2 kali sehari selama 2
minggu. Untuk tinea pedis dioleskan 1 atau 2x sehari selama 4 minggu. Untuk
pitiriasis versicolor dioleskan 1x sehari selama 2 minggu.
7) Terkonazol
Terkonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, kandidosis kutaneus dan
genital. Untuk pengobatan vaginalis disebabkan candida albicans diberikan
terkonazol 0,4% vaginal cream (20mg terkonazol) dimasukkan kedalam vagina
selama 7 hari berturut-turut, terkonazol 0,8% vaginal cream (40mg terkonzol) yang
dimasukkan kedalam vagina menggunakan applicator sebelum tidur 1x sehari
selama 3 hari berturut-turut dan vaginal supposituria dengan dosis 80mg
terkonazol, dimasukkan kedalam vagina, 1x sehari sebelum tidur selama 3 hari
berturut-turut.
8) Tiokonazol
Tiokonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, kandidosis kutaneus dan
genital. Untuk pengobatan vaginalis diberikan dosis tunggal sebanyak 300mg
dimasukkan kedalam vagina. Untuk infeksi pada kulit digunakan tiokonazol 1%
cream, dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya
untuk pengobatan tinea korporis dan kandidiasis kutaneus di oleskan 2 kali sehari
selama 2-4 minggu, untuk tinea pedis dioleskan 2 kali sehari selama 6 minggu,
untuk tinea cruris dioleskan 2 kali sehari selama 2 minggu, dan untuk pitiriasis
versicolor dioleskan 2 kali sehari selama 1-4 minggu.
9) Sertokonazol
Sertokonazol dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis dan candida
spesies, digunakan sertokonazol 2% cream dioleskan 1-2 kali sehari selama 4
minggu.

b. Golongan Alilamin atau Benzilamin


Golongan alilamin yaitu naftifin, terbinafin, dan golongan benzilamin yaitu butenafin
berkerja dengan cara menekan biosinteis ergosterol pada tahap awal proses metabolisme
dan enzim sitokrom P-450 akan menghambat aktifitas squalene epoxidase. Dengan
berkurangnya ergosterol, menyebabkan penumpukan squalene pada sel jamur yang
mengakibatkan kematian jamur. Alilamin dan benzilamin bersifat fungisida terhadap
dermatofit dan bersifat fungistatik terhadap candida albicans.
1) Naftifin
Naftifin dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, spesies candida, dan
bakteri gram negatif-positif. Obat ini bekerja pada jalur prostaglandin. Untuk
pengobatan digunakan naftifin 2% cream dan gel 1 kali sehari selama 2 minggu.
Penggunaan formulasi cream dan gel memberikan penyembuhan klinis yang baik
setelah 2-8 minggu pemakaian.
2) Butenafin
Butenafin merupakan golongan benzilamin dimana struktur kimia dan aktifitas anti
jamurnya sama dengan golongan alilamin. Butenafin bersifat fungisida terhadap
dermatofit dan dapat digunakan untuk pengobatan tinea corporis, tinea cruris, dan
tinea pedis. Penggunaannya dioleskan 1 kali sehari selama 4 minggu.
3) Terbinafin
Terbinafin dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis versikolor,
dan candidiasis cutaneus. Digunakan terbinafin 1% cream dioleskan 1 atau 2 kali
sehari untuk pengobatan tinea corporis dan tinea cruris selama 1-2 minggu, dan
untuk pitiriasis versicolor selama 2 minggu.

c. Golongan antifungi topikal lainnya


1) Amorolfin
Amorolfin merupakan derivat morpolin, bekerja dengan cara menghambat
biosintesis ergosterol jamur. Aktifitas spektrumnya luas dan dapat digunakan untuk
pengobatan tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis dan onikomikosis. Untuk infeksi
jamur pada kulit amorolfin dioleskan 1 kali sehari selama 2-3 minggu. Untuuk
pengobatan onikomikosis di gunakan amorolfine 5% nail lacquer, dioleskan 1 atau
2 kali setiap minggu selama 6 bulan. Efektifitas dan keamanan amorolfin cream
sebanding dengan azole.
2) Siklopiroks Olamin
Siklopiroks merupakan anti fungal hydroxypyridone, bersifat fungisida.
Siklopiroks efektif untuk pengobatan onikomikosis, dimana digunakan siklopiroks
8% nail lacquer setiap hari selama 48 minggu. Untuk pengobatan tinea corporis
dan tinea cruris, siklopiroks dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu.

3) Antihistamin
Antihistamin topikal memiliki mekanisme kerja sebagai agent anti pruritus. Anti
hiastamin topikal bersifat antagonist reseptor H1 dan H2, dan antikolinergik.
Beberapa antihistamin yang sering digunakan yaitu diphenhydramine, mepyramine
maleate, promethazine.

Anda mungkin juga menyukai