Ketimpangan Gender
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Fitriana Ahtania
SMA NEGERI 1 MUARA BADAK
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ketimpangan gender” ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
telah ibu guru berikan pada kami. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “ketimpangan gender” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Fitriana Ahtania
1
Daftar Isi
Kata Pengantar. . . . . . . . . . .1
Daftar isi. . . . . . . . . . . .2
BAB 1 PENDAHULUAN. . . . . . . .3
Latar belakang terjadinya ketimpangan gender. . . .3
BAB 2 PEMBAHASAN. . . . . . . . .6
BAB 3 PENUTUP. . . . . . . . . .8
.
2
BAB I
Pendahuluan
Pembahasan gender tidak melulu soal jenis kelamin. Jika jenis kelamin terbentuk
secara lahiriah dan dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan fisik (yakni laki-
laki dan perempuan), maka jangkauan mengenai gender lebih luas dari itu.
Selain itu, karakteristik dari gender itu sendiri bersifat kultural, karena terbentuk
dari peran sosial dan budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya
gender disini bersifat lokal tergantung letak geografis dan selalu menyesuaikan
seiring berjalannya waktu.
3
Angka kesenjangan gender antara perempuan dan laki-laki di Indonesia
mencapai 0,628. Itu berarti, angkanya turun dari peringkat ke-68 pada 2006 silam
dengan capaian 0,654. Angka-angka ini diperoleh dari tingkat pendidikan,
kemampuan ekonomi, partisipasi politik, dan kesehatan warga yang ada di 144
negara yang disurvei.
Hal yang sangat sering kita jumpai mengenai ketimpangan gender yaitu orang
tua yang melarang anak perempuannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Ini dikarenakan pemikiran bahwa setinggi apapun derajat
perempuan, pada akhirnya akan terjun juga dalam ranah rumah tangga dan mengurus
anak.
4
Langsung, yaitu pembedaan perlakuan secara terbuka dan berlangsung,
baik disebabkan perilaku/sikap, norma/nilai, maupun aturan yang
berlaku.
5
BAB II
Pembahasan
1. SUBORDINASI
Kondisi yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dari laki-
laki, contoh: seorang ibu yang tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan
dan menyalurkan pendapat.
2. Stereotip Gender
3. Beban Ganda
Beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak
dibandingkan jenis kelampin tertentu, contoh : perempuan yang memiliki peran
dalam mengurus rumah tangga, memastikan suami dan anak dalam keadaan baik,
melahirkan, menyusui, atau dapat dikatakan bahwa perempuan memiliki beban kerja
majemuk ttetapi seringkali tidak dihargai dan tidak dianggap.
6
4. Marginalisasi
Suatu proses peminggiran dari akses sumber daya atau pemiskinan yang
dialami perempuan akibat perubahan gender di masyarakat, contoh : perempuan
dianggap sebagai makhluk domestic dalam hal ini hanya diarahkan untuk
menjadi pengurus rumah tangga.
5. Kekerasan
Adanya perlakuan kasar atau tindakan yang bersumber dari sumber kekerasan
salah satunya kekerasan terhadap jenis kelamin tertentu yaitu Perempuan dengan
anggapan gender yang eksis dan diakui di masyarakat patriarki berpusat pada
kekuasaan laki-laki misal anggapan bahwa perempuan itu lemah,pasrah, dan
menjadi obyek seksual sehingga dalam konteks ini dikenal istilah gender-based
violence.
7
BAB 3
Penutup
Kesimpulan dari makalah ini ialah bahwa ketidakadilan dan diskriminasi
gender masih merupakan sistem dan struktur dimana baik perempuan maupun laki-
laki menjadi korban dalam system tersebut. Berbagai pembedaan peran dan
kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik secara langsung yang berupa
perlakuan maupun sikap, dan yang tidak langsung berupa dampak suatu peraturan
perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidakadilan.
Ketidakadilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang
ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya
menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki.