Anda di halaman 1dari 9

Makalah Sosiologi

Ketimpangan Gender

D
I
S
U
S
U
N

Oleh:
Fitriana Ahtania
SMA NEGERI 1 MUARA BADAK
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ketimpangan gender” ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
telah ibu guru berikan pada kami. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “ketimpangan gender” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Muara Badak, 10 Februari 2020

Fitriana Ahtania

1
Daftar Isi

Kata Pengantar. . . . . . . . . . .1
Daftar isi. . . . . . . . . . . .2
BAB 1 PENDAHULUAN. . . . . . . .3
Latar belakang terjadinya ketimpangan gender. . . .3

BAB 2 PEMBAHASAN. . . . . . . . .6

Ketidakadilan gender dan kekerasan terhadap perempuan. .6

BAB 3 PENUTUP. . . . . . . . . .8
.

2
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang terjadinya ketimpangan gender

Gender merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial


budaya. Dengan kata lain, perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari peran
dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan gender sebenarnya bukan menjadi masalah
bagi sebagian besar masyarakat. Perbedaan tersebut menjadi masalah ketika
munculnya ketidak adilan dan ketimpanganbagi lasah satu jenis kelamin.

Banyak sekali ketidakadilan terhadap perempuan yang bersumber pada anggapan


yang diberikan pada mereka. Sebagai contoh, banyak masyarakat yang beranggapan
bahwa perempuan berstatus janda dianggap sebagai penggoda. Tidak sedikit pula
masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan bersolek adalah untuk memancing
perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan seksual atau pelecehan
seksual selalu dikaitkan dengan anggapan ini. Karenanya, bila terjadi perkosaan,
masyarakat cenderung menyalahkan korban. Stereotipe terhadap kaum perempuan
ini terjadi dimana-mana.

Pembahasan gender tidak melulu soal jenis kelamin. Jika jenis kelamin terbentuk
secara lahiriah dan dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan fisik (yakni laki-
laki dan perempuan), maka jangkauan mengenai gender lebih luas dari itu.

Gender menyangkup banyak hal, diantaranya perbedaan peran, hak, kewajiban,


kuasa, dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan.

Selain itu, karakteristik dari gender itu sendiri bersifat kultural, karena terbentuk
dari peran sosial dan budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya
gender disini bersifat lokal tergantung letak geografis dan selalu menyesuaikan
seiring berjalannya waktu.

Laporan World Economic Forum, menunjukkan posisi Indonesia berada di


urutan ke-88 dalam indeks kesenjangan gender 2016. Ini otomatis membuatnya
tertinggal di belakang negara ASEAN lainnya, seperti Filipina, Singapura, Laos,
Thailand, dan Vietnam.

3
Angka kesenjangan gender antara perempuan dan laki-laki di Indonesia
mencapai 0,628. Itu berarti, angkanya turun dari peringkat ke-68 pada 2006 silam
dengan capaian 0,654. Angka-angka ini diperoleh dari tingkat pendidikan,
kemampuan ekonomi, partisipasi politik, dan kesehatan warga yang ada di 144
negara yang disurvei.

Hal yang sangat sering kita jumpai mengenai ketimpangan gender yaitu orang
tua yang melarang anak perempuannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Ini dikarenakan pemikiran bahwa setinggi apapun derajat
perempuan, pada akhirnya akan terjun juga dalam ranah rumah tangga dan mengurus
anak.

Gender masih diartikan oleh masyarakat sebagai perbedaan jenis kelamin.


Masyarakat belum memahami bahwa gender adalah suatu konstruksi budaya tentang
peran fungsi dan tanggung jawab sosial antara laki-laki dan perempuan. Kondisi
demikian mengakibatkan kesenjangan peran sosial dan tanggung jawab sehingga
terjadi diskriminasi, terhadap laki-laki dan perempuan. Hanya saja bila
dibandingkan, diskriminasi terhadap perempuan kurang menguntungkan
dibandingkan laki-laki. Ketidakadilan gender merupakan bentuk perbedaan
perlakuan berdasarkan alasan gender, seperti pembatasan peran, penyingkiran atau
pilih kasih yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas pengakuan hak asasinya,
persamaan antara laki-laki dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang sosial,
politik, ekonomi, budaya dan lain-lain.

Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan sistem dan struktur dimana


baik perempuan maupun laki-laki menjadi korban dalam system tersebut. Berbagai
pembedaan peran dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik secara
langsung yang berupa perlakuan maupun sikap, dan yang tidak langsung berupa
dampak suatu peraturan perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan
berbagai ketidakadilan. Ketidakadilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan
pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk
yang bukan hanya menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki.
Ketidakadilan gender ini dapat bersifat:

4
 Langsung, yaitu pembedaan perlakuan secara terbuka dan berlangsung,
baik disebabkan perilaku/sikap, norma/nilai, maupun aturan yang
berlaku.

 Tidak langsung, seperti peraturan sama, tapi pelaksanaannya


menguntungkan jenis kelamin tertentu.

 Sistemik, yaitu ketidakadilan yang berakar dalam sejarah, norma atau


struktur masyarakat yang mewariskan keadaan yang bersifat membeda-
bedakan.

Diskriminasi Terhadap Perempuan. Berdasarkan Convention on the Elimination


of All Form of Discrimination Against Women (CEDAW) mengartikan bahwa :
“ Setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis
kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau
menghapuskan pengakuan, penikmatan, atau penggunaan hak-hak asasi manusia
dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil,
atau apaun launnya oleh wanita terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar
persamaan antara Pria dan Wanita”

5
BAB II

Pembahasan

A. Ketidakadilan gender dan kekerasan terhadap perempuan

Mengapa Perbedaan Gender kerapkali dipermasalahkan? Dilatarbelakangi oleh:

 Perbedaan Gender (kenyataanyan dengan adanya perbedaan gender ini maka


telah menyebabkan berbagai ketidakadilan baik terhadap laki-laki maupun
perempuan)

 Ketidakadilan Gender (seperti pembatasan peran, pemikiran atau perbedaan


perlakuan yang berakibat pada terjadinya pelanggaran atas pengakuan hak
asasi, persamaan hak antara perempuan dan laki-laki

Menutur Fakih ( Narwono dan Suyanto, 2014 ) ketimpangan gender mengarah


pada beberapa bentuk faktor sebagai berikut :

1. SUBORDINASI

Kondisi yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dari laki-
laki, contoh: seorang ibu yang tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan
dan menyalurkan pendapat.

2. Stereotip Gender

Penandaan terhadap suatu kelompok tertentu yang seringkali merugikan dan


menimbulkan ketidakadilan, contoh : pendapat bahwa perempuan sering berdandan
untuk menarik perhatian lawan jenis ( dapat dilihat dalam ketentuan pasal 5 PERMA
Nomor 3 Tahun 2017)

3. Beban Ganda

Beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak
dibandingkan jenis kelampin tertentu, contoh : perempuan yang memiliki peran
dalam mengurus rumah tangga, memastikan suami dan anak dalam keadaan baik,
melahirkan, menyusui, atau dapat dikatakan bahwa perempuan memiliki beban kerja
majemuk ttetapi seringkali tidak dihargai dan tidak dianggap.
6
4. Marginalisasi

Suatu proses peminggiran dari akses sumber daya atau pemiskinan yang
dialami perempuan akibat perubahan gender di masyarakat, contoh : perempuan
dianggap sebagai makhluk domestic dalam hal ini hanya diarahkan untuk
menjadi pengurus rumah tangga.

5. Kekerasan

Adanya perlakuan kasar atau tindakan yang bersumber dari sumber kekerasan
salah satunya kekerasan terhadap jenis kelamin tertentu yaitu Perempuan dengan
anggapan gender yang eksis dan diakui di masyarakat patriarki berpusat pada
kekuasaan laki-laki misal anggapan bahwa perempuan itu lemah,pasrah, dan
menjadi obyek seksual sehingga dalam konteks ini dikenal istilah gender-based
violence.

7
BAB 3

Penutup
Kesimpulan dari makalah ini ialah bahwa ketidakadilan dan diskriminasi
gender masih merupakan sistem dan struktur dimana baik perempuan maupun laki-
laki menjadi korban dalam system tersebut. Berbagai pembedaan peran dan
kedudukan antara perempuan dan laki-laki baik secara langsung yang berupa
perlakuan maupun sikap, dan yang tidak langsung berupa dampak suatu peraturan
perundang-undangan maupun kebijakan telah menimbulkan berbagai ketidakadilan.
Ketidakadilan gender terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang
ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya
menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai