MODUL 10
Peningkatan Kualitas Lingkungan
Perumahan dan Penyediaan PSU
Diklat Dasar Penyelenggaraan Rumah Swadaya ini disusun sebagai upaya untuk
memberikan bekal dasar bagi aparat Pemerintah dan pemerintah daerah
(provinsi dan kabupaten/kota) agar dapat memahami dan mempelajari
persoalan dasar yang menjadi penyebab kekumuhan rumah dan lingkungan
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebagai bagian dari pembangunan
rumah swadaya. Kurangnya ketersediaan prasarana, sarana dan utilitas di
lingkungan perumahan swadaya menjadi kendala dalam wewujudkan
perumahan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta berkelanjutan.
A. Deskripsi
Modul peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan penyediaan PSU terdiri
5 (lima) kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas
Pengertian dan lingkup perumahan dan PSU dengan sub materi; pengertian dan
lingkup perumahan, dan pengertian dan lingkup PSU. Kegiatan belajar kedua
membahas standar teknis PSU perumahan dengan sub materi; prasarana jalan,
prasarana drainase, prasarana air minum, prasarana air limbah, prasarana
persampahan, prasarana jaringan listrik, dan prasarana ruang terbuka hijau
(RTH). Kegiatan belajar ketiga membahas pengelolaan PSU perumahan, dengan
sub materi; pengelolaan jalan, pengelolaan drainase, pengelolaan air minum,
pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, pengelolaan jaringan listrik,
dan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena materi ini
menjadi dasar pemahaman sebelum mengikuti pembelajaran modul-modul
berikutnya. Hal ini diperlukan karena masing-masing modul saling berkaitan.
Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi. Latihan atau
evaluasi ini menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah
mempelajari materi dalam modul ini.
B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan skema, gambar
dan tabel yang difungsikan untuk memudahkan peserta latih agar lebih
memahami materi modul.
C. Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh pemberi materi (narasumber),
adanya kesempatan tanya jawab, bahkan diskusi.
1) LCD/projector
2) Laptop
3) Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya
4) Flip chart
5) Bahan tayang
A. Latar Belakang
Perumahan swadaya yang ada terkadang belum memiliki lingkungan yang
mendukung keberlangsungan kegiatan bermukim masyarakat. Kualitas
lingkungan yang masih rendah juga seringkali belum mendapat cukup perhatian
dari penghuni itu sendiri. Penghuni seringkali hanya berpikir mengenai unit
rumah yang mereka miliki padahal kualitas lingkungan dan juga prasarana
sarana utilitas memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidup
mereka.
B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta diklat
tentang peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan penyediaan PSU,
melalui materi pengertian dan lingkup perumahan dan PSU, standar teknis PSU,
pengelolaan PSU, peran pemerintah dan masyarakat, serta pelaksanaan
peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan penyediaan PSU perumahan.
Mata diklat ini disajikan melalui metode ceramah dan curah pendapat.
Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya dalam memahami
peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan penyediaan PSU.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Pada akhir diklat, peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang
peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan penyediaan PSU.
E. Estimasi Waktu
Untuk mempelajari mata Diklat Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan
dan Penyediaan PSU ini, dialokasikan waktu sebanyak 3 (tiga) jam pelajaran (1
jam pelajaran @ 45 menit).
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami dan menjelaskan pengertian dan lingkup perumahan dan PSU.
Dalam Pasal 3 ayat (3), indikator dari rumah layak huni dan terjangkau adalah:
Pengertian prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) merujuk pada Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Dalam UU No. 1 Tahun 2011 ini disebutkan pengertian prasarana, sarana dan
utilitas umum (PSU), sebagai berikut:
E. Rangkuman
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Indikator dari lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana,
sarana dan utilitas (PSU) adalah cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang
didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas (PSU).
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami dan menjelaskan standar teknis PSU Perumahan.
B. Prasarana Jalan
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, menyatakan bahwa SNI ini berlaku untuk:
Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman
bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan
bermotor. Selain itu harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana
pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu
lalu lintas, parkir dan lain-lain.
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
C. Prasarana Drainase
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/perundangan yang berlaku,
terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan
perumahan di perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku adalah SNI
02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan.
Di samping itu untuk kepentingan kawasan perumahan yang lebih luas dalam
upaya mengurangi genangan air, khususnya di daerah bekas rawa-rawa perlu
disediakan kolam retensi yang berfungsi menyimpan dan meresapkan air ke
dalam tanah. Pembuatan kolam retensi dan sumur resapan dapat dilihat pada
standar teknis yang ada.
Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih/air minum yang
memenuhi kebutuhan minimal bagi penghuni sesuai dengan kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah daerah. Untuk itu, lingkungan perumahan harus
dilengkapi jaringan air bersih/air minum sesuai ketentuan dan persyaratan
teknis yang diatur dalam peraturan/perundangan yang berlaku, terutama
mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan
perumahan di perkotaan.
Masalah penyediaan air bersih/air minum dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus disediakan
pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
Layanan air minum dalam kawasan dapat diberikan oleh PDAM atau Badan
pengelola air minum kawasan/swasta, atau dapat pula menyediakan sendiri/
komunal melalui sumur gali, pantek sesuai persyaratan teknis yang berlaku.
Unit pelayanan air minum, terdiri dari : sambungan rumah, hidran umum, dan
hidran kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah
dan hidran umum harus dipasang alat ukur berupa meteran air. Adapun untuk
menjamin keakurasiannya, meter air wajib ditera secara berkala oleh instansi
yang berwenang.
Apabila sumber air minum berasal dari sumur, maka pemilihan lokasi sumur
harus mempertimbangkan jarak dari sumber pencemar potensial yang bisa
menimbulkan pencemaran pada sumur yang akan dibangun sebagaimana tabel
di bawah ini.
Jika lokasi sumur berada pada daerah tidak datar (miring) maka sumur tidak
boleh terletak di bagian bawah dari sumber pencemar.
Apabila tidak ada sistem pengolahan air limbah, masyarakat akan memenuhi
kebutuhan pembuangan limbahnya di berbagai tempat yang ada, seperti di
sungai, kebun, pantai/laut dan sebagainya.
a) Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan cuci.
b) Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan
pemeliharaan tidak dilakukan sesuai aturannya.
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan
pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
1) septik tank;
2) bidang resapan; dan
3) jaringan perpipaan air limbah
a) limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah
b) Pengosongan lumpur tinja 2 tahun sekali
c) apabila kemungkinan membuat tankiseptik tidak ada, maka lingkungan
perumahan yang baru harus dilengkapi dengan sistem pembuangan sanitasi
lingkungan atau harus dapat disambung dengan sistem pembuangan
sanitasi kota atau dengan cara pengolahan lain.
F. Prasarana Persampahan
Pada awalnya, permukiman seperti perdesaan memiliki kepadatan penduduk
yang masih sangat rendah. Secara alami tanah/alam masih dapat mengatasi
pembuangan sampah yang dilakukan secara sederhana (gali urug). Makin padat
penduduk suatu permukiman atau kota dengan segala aktivitasnya, sampah
tidak dapat lagi diselesaikan di tempat; sampah harus dibawa keluar dari
lingkungan hunian atau lingkungan lainnya. Permasalahan sampah semakin
perlu untuk dikelola secara profesional.
I. Latihan
1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan sistem sanitasi setempat (on-site
sanitation)!
2. Jelaskan prinsip dan pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan persampahan terutama di kawasan perumahan yang
terletak di perkotaan!
3. Jelaskan kriteria jalan perumahan yang baik!
4. Sebutkan dampak yang terjadi akibat ketersediaan PSU yang tidak
memenuhi ketentuan dan persyaratan teknis!
J. Rangkuman
Lingkungan perumahan harus dilengkapi PSU yang sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/perundangan yang berlaku,
terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan jalan, drainase, air
minum, air limbah, persampahan, listrik dan ruang terbuka hijau. Ketersediaan
PSU yang sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis diharapkan dapat
menciptakan dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan sehingga
penduduk yang tinggal di dalamnya dapat terjamin kesehatan, keamanan dan
kenyamanannya.
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
menjelaskan pengelolaan PSU Perumahan.
Pada kasus PSU yang dibangun oleh pengembang, maka PSU tersebut harus
diserahkan kepada Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk menjamin
keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan PSU. Penyerahan PSU adalah
penyerahan berupa tanah dengan bangunan atau tanah tanpa bangunan dalam
bentuk aset dan tanggungjawab pengelolaan dari pengembang kepada
pemerintah Daerah.
C. Pengelolaan Jalan
Pengaturan mengenai Jalan diatur dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan,
dan pengaturan terkait jalan di dalam lingkungan perumahan, sebagai berikut:
Pasal 8 ayat (5)
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah.
Pasal 33:
Pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa, meliputi :
1) perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan
lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan kabupaten dan jalan desa;
2) pengoperasian dan pemeliharaan jalan kabupaten dan jalan desa; dan
3) pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan
kabupaten dan jalan desa.
Pasal 34:
Pembangunan jalan kota, meliputi:
1) perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan
lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan kota;
2) pengoperasian dan pemeliharaan jalan kota; dan
3) pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan kota.
D. Pengelolaan Drainase
Pengaturan mengenai Drainase diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan, sebagai berikut:
Pasal 1 angka 2:
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan adalah upaya merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengoperasikan, memelihara, memantau, dan
mengevaluasi sistem fisik dan non fisik drainase perkotaan.
Pasal 1 angka 9:
Pengelolaan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan
kemanfaatan fungsi sarana dan prasarana SPAM terbangun yang meliputi
operasi dan pemeliharaan, perbaikan, peningkatan sumber daya manusia,
serta kelembagaan.
Pasal 1 angka 6:
Sistem Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya disingkat SPAL adalah satu
kesatuan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah.
Yang dimaksud dengan “Air limbah domestik” adalah air limbah yang berasal
dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran,
perniagaan, apartemen, dan asrama (Penjelasan Pasal 34 ayat (1) huruf a).
Yang dimaksud dengan “Air limbah nondomestik” adalah air limbah yang
berasal dari industri, pertanian dan peternakan, perikanan, pertambangan, atau
yang bukan berasal dari air limbah domestik (Penjelasan Pasal 34 ayat (1) huruf
b).
G. Pengelolaan Persampahan
Pengelolaan sampah diatur dalam PP No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, sebagai
berikut:
Pasal 1 angka 3:
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Pasal 4:
1) Pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah dilakukan oleh badan usaha milik negara dan badan
usaha milik daerah.
2) Badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat dapat
berpartisipasi dalam usaha penyediaan tenaga listrik.
Pasal 2 :
Perusahaan yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
1972 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54
Tahun 1981, dilanjutkan berdirinya dan ditetapkan sebagai Pemegang Kuasa
Usaha Ketenagalistrikan dan meneruskan usaha-usaha selanjutnya
berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
Dalam Subbab 4.2. disebutkan bahwa Peran masyarakat dalam penyediaan dan
pemanfaatan RTH merupakan upaya melibatkan masyarakat, swasta, lembaga
badan hukum dan atau perseorangan baik pada tahap perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian. Upaya ini dimaksudkan untuk menjamin hak
masyarakat dan swasta, untuk memberikan kesempatan akses dan mencegah
terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang yang
telah ditetapkan melalui pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
oleh masyarakat dan swasta dalam pengelolaan RTH, dengan prinsip antara
lain:
J. Latihan
1. Uraikan ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan pada tahapan
pengelolaan PSU perumahan.
2. Jelaskan wewenang pemerintah kabupaten/kota dalam aspek
pengelolaan jalan di lingkungan perumahan.
K. Rangkuman
Prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) yang telah dibangun di lingkungan
perumahan harus dikelola dengan baik agar dapat dioperasikan dan berfungsi
secara optimal dan berkelanjutan.
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan
peran pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan
perumahan dan penyediaan PSU.
B. Peran Pemerintah
Sebagai fasilitator penyelenggaraan PSU dengan memberikan peluang investasi
kepada swasta, masyarakat, dan pemangku kepentingan, dengan menerapkan
prinsip good governance.
C. Peran Masyarakat
Peran serta masyarakat adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat
secara aktif dalam proses peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan
pembangunan PSU yang dilaksanakan secara terpadu.
D. Peluang Investasi
Dalam penyelenggaraan kegiatan investasi pembangunan PSU kawasan
perumahan, maka partisipasi modal masyarakat dan swasta sangat dibutuhkan.
Partisipasi perlu dipertimbangkan dengan alasan sebagai berikut:
E. Latihan
1. Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah terkait program
peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan penyediaan PSU.
2. Jelaskan alasan kenapa masyarakat harus diperankan sebagai pelaku
aktif dalam peningkatan kualitas perumahan dan penyediaan PSU.
3. Jelaskan kriteria yang menunjang keberhasilan partisipasi swasta dan
masyarakat terkait terkait program peningkatan kualitas lingkungan
perumahan dan penyediaan PSU.
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami dan menjelaskan rencana pelaksanaan peningkatan kualitas
lingkungan perumahan dan penyediaan PSU perumahan.
Pada umumnya Jenis PSU yang sangat diperlukan dan belum terpenuhi,
terutama di lingkungan perumahan swadaya, adalah:
1) jalan lingkungan;
2) drainase;
3) tempat pengolahan sampah terpadu (TPST);
4) penerangan jalan umum (PJU), berupa trafo, tiang, lampu, dan kabel
listrik dari sumber PLN atau sumber alternatif;
5) sumur resapan;
6) kolam retensi; dan
7) ruang terbuka hijau.
5 Sumur Resapan
- Sumur resapan air di lokasi rusak - Letak lokasi berada di suatu cekungan, - Bila kerusakan sekitar = < 25%,
sekitar = > 25%, kerusakan struktur (“catchment area”/tangkapan air) dinyatakan belum perlu perbaikan.
dan komponennya. berpotensi menjadi tempat mengumpulnya - Bila kerusakan sekitar = > 25%,
F. Rangkuman
Peningkatan kualitas lingkungan perumahan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas layanan prasarana, sarana, dan utilitas umum dalam rangka
mewujudkan perumahan dan permukiman layak huni.
A. Simpulan
Untuk wewujudkan lingkungan perumahan swadaya yang sehat, aman, serasi,
dan teratur serta berkelanjutan, perlu didukung dengan ketersediaan
prasarana, sarana dan utilitas (PSU) yang memadai. PSU yang dibutuhkan
meliputi komponen jalan, drainase, air minum, air limbah, persampahan, listrik,
dan ruang terbuka hijau.
B. Tindak Lanjut
Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Penyediaan PSU dapat
dilaksanakan melalui berbagai program dari Pemerintah Pusat, pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota, dengan melibatkan peran serta masyarakat dan
swasta. Di samping itu, pemerintah daerah juga perlu menggali sumber-sumber
pendanaan untuk mewujudkan lingkungan perumahan sehat, aman, serasi, dan
teratur serta berkelanjutan, yang berasal dari institusi di luar Kementerian PUPR
maupun dari swasta dan masyarakat.
NMC CSRRP DI Yogyakarta, Cental Java and West Java, Pedoman Perencanaan
Pengadaan Air Bersih Pedesaan Program JRF-Rekompak.
Studi Kelayakan Studi yang melakukan penilaian atau evaluasi dari aspek
teknis, keuangan dan ekonomi, serta sosial dan budaya