Anda di halaman 1dari 6

Kesmas IIK

JURNAL ILMIAH MAHASISWA IIK KESMAS 2020


VOL. 1.NO.1/ JAN 2020; ISSN 11111X,

GAMBARAN PENGGUNAAN BUBUK ABATE UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI DESA PAPAR UTARA RW 06 RT 02,03,04,05
KABUPATEN KEDIRI

Laucia Prima Arisafii.


Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhaktiwiyata Kediri
Lauciaari@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan kasus DBD yang cenderung meningkat dan penyebarannya yang semakin luas merupakan salah satu
masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia. Setiap tahun, wilayah kerja puskesmas papar menjadi wilayah dengan
jumlah kasus tertinggi di Kota Kediri. Pemerintah telah membuat program penanggulangan dan pemberantasan penyakit DBD,
namun di duga belum efektif dan efisien dalam menurunkan kasus DBD. Penelitian ini menggunakan model evaluasi sistem
analisis, Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keefektifan penyuluhan keluarga dalam pemberantasan demam
berdarah dengue di Kabupaten papar yang meliputi keefektifan terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat dalam
upaya pemberantasan demam berdarah, serta keefektifan terhadap keberadaan jentik.Jenis penyuluhan ini adalah dengan
pemberian materi demam berdarah, pemberian dan demo prnggunaan bubuk abate. Unit sampel dalam penelitian ini adalah
Rw 06 Rt,04 ,05, 06 dengan besar sampel 50 masyarakat Dusun Papar Utara . Pengambilan sampel dilakukan secara purposive
random sampling. Dalam penelitian digunakan data primer yang dikumpulkan dengan wawancara menggunakan postest
setelah penyuluhan .Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan efektif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan
tindakan, namun tidak efektif terhadap keberadaan jentik. Dibandingkan dengan kelompok tanpa penyuluhan, masyara kat
dalam kelompok penyuluhan cenderung lebih memahami demam berdarah serta memiliki sikap dan tindakan yang lebih positif
terhadap upaya pemberantasan penyakit tersebut.

Kata Kunci : Program Penanggulangan, DBD, Puskesmas

ABSTRACT

The development of dengue cases which tends to increase and its wider distribution is one of the health problems of
concern in Indonesia. Every year, the puskesmas working area becomes the region with the highest number of cases in Kediri
City. The government has made a program to overcome and eradicate DHF, but it is suspected that it has not been effective
and efficient in reducing dengue cases. This study uses an analysis system evaluation model. The purpose of this study is to
analyze the effectiveness of family counseling in eradicating dengue fever in Papar Regency which includes the effectiveness
of the knowledge, attitudes, and actions of the community in efforts to eradicate dengue fever, as well as the effectiveness of
the existence of larvae. this is by giving dengue fever material, giving and demo using abate powder. The sample unit in this
study was Rw 06 Rt, 04, 05, 06 with a large sample of 50 people in North Papar Hamlet. Sampling was done by purposive
random sampling. In the study used primary data collected by interviews using posttest after counseling. The results of the
study showed that counseling was effective in increasing knowledge, attitudes, and actions, but not effective in the presence
of larvae. Compared to the group without counseling, the community in the counseling group tended to better understand
dengue and have more positive attitudes and actions towards efforts to eradicate the disease.

Keywords: Control Programs, Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Health Center

1
Kesmas IIK
JURNAL ILMIAH MAHASISWA IIK KESMAS 2020
VOL. 1.NO.1/ JAN 2020; ISSN 11111X,
PENDAHULUAN tertinggi pertama yang berada di Kecamatan Papar.
Penyakit Demam Berdarah Dengue Sedangkan Berdasarkan data dari Puskesmas Papar
merupakan salah satu masalah kesehatan menunjukkan bahwa temuan kasus Influenza
masyarakat di Indonesia yang jumlahnya makin merupakan penyakit tertinggi yang berada di wilayah
meningkat dan penyebarannya semakin luas, Kecamatan Papar sebesar 1016 kasus karena
penyakit DBD merupakan penyakit menular yang mudahnya melakukan pencegahan dan pengobatan
pada umumnya menyerang pada usia anak-anak Influenza. Namun di sisi lain Influenza ini tidak
umur kurang dari 15 tahun dan juga bisa berbahaya bisa di rawat sendiri dan didiagnosa
menyerang orang dewasa (Widoyono,2005). sendiri, Influenza mampu mereda hanya dalam
jangka waktu harian / mingguan disbanding dengan
Menurut laporan dari WHO (1986), Asia Pasifik
penyakit DBD yang membutuhkan penanganan
menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia
segera.
antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia
Evaluasi program adalah upaya untuk
dilaporkan sebagai negara ke – 2 dengan kasus DBD
mengetahui efektivitas komponen program dalam
terbesar diantara 30 negara wilayah endemis.
mendukung pencapaian tujuan program. Untuk
Indonesia adalah daerah endemis DBD dan mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari
mengalami epidemik sekali dalam 4-5 tahun. Faktor tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang
lingkungan dengan banyaknya genangan air bersih belum tercapai serta apa penyebabnya, perlu adanya
yang menjadi sarang nyamuk, mobilitas penduduk evaluasi program. Tanpa ada evaluasi, keberhasilan
yang tinggi dan cepatnya trasportasi antar daerah, dan kegagalan program tidak dapat diketahui.
menyebabkan sering terjadinya demam berdarah Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui
dengue. Menurut (Soedarto, 2012) Indonesia tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara
termasuk dalam salah satu Negara yang endemik cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-
demam berdarah dengue karena jumlah masing komponennya.
penderitanya yang terus menerus bertambah dan Berdasarkan hasil observasi program
penyebarannya semakin luas (Sungkar dkk, 2010). penanggulangan DBD yang telah dilakukan di
DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan sub- Puskesmas Papar pada tahun 2019 meliputi PSN,
tropis termasuk di Indonesia, penyakit Demam Penyuluhan tentang DBD, Pemeriksaan Jentik dapat
Berdarah Dengue (DBD) dilaporkan pertama kali di diketahui bahwa Banyaknya warga Papar yang
Surabaya pada tahun 1968 dimana sebanyak 58 belum mengetahui tentang waktu kapan nyamuk
orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya Aedes aegypti menggigit dan menyepelekan waktu
meninggal dunia (Depkes RI, 2015). Kemenkes RI nyamuk Aedes Aegypi menggigit.
(2016). Manusia harus mewaspadai nyamuk Aedes Pengendalian yang dilakukan adalah dengan
aegypti sebagai pembawa utama dan alami membunuh larva dari vektor untuk memutus rantai
penyakit ini. Selain itu, masyarakat dihimbau untuk penularannya dengan menggunakan bubuk abate
melakukan pencegahan dan penanggulangan (temephos). Namun Mayoritas warga Papar belum
penyakit DBD. mengetahui bentuk dari Bubuk Abate tersebut. Dari
Berdasar latar belakang tersebut dan sumber observasi yang kami lakukan, masih ada beberapa
informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, warga yang belum bisa cara menggunakan bubuk
kami memilih Puskesmas Kecamatan Papar, untuk abate sehingga bak mandi mereka masih terdapat
kami observasi terkait data penyakit demam beberapa jentik. Saat kami melakukan pemantauan
berdarah dengue serta mencenangkan suatu jentik-jentik, mayoritas warga sudah menguras bak
program penyuluhan untuk pencegahan dan mandi dan menggunakan bubuk abate yang kami
penanggulangan penyakit DBD di wilayah berikan pada saat acara penyuluhan. Dan dari hasil
Kecamatan Papar. Instansi ini sebagai pelengkap post test dapat disimpulkan bahwa warga Papar
data yang kami butuhkan untuk menangani sudah paham dengan materi penyuluhan yang kami
penyakit demam berdarah dengue secara khusus sampaikan.
dan penanganan penyakit lain secara umumnya.
Menurut data dari dinas kesehatan kabupaten
kediri pada tahun 2018. Daerah papar adalah
daerah dengan jumlah kasus DBD Di dinkes kab.
Kediri 2018 dengan jumlah kasus sebanyak 107.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten
Kediri menujukkan bahwa DBD merupakan penyakit
2
Kesmas IIK
JURNAL ILMIAH MAHASISWA IIK KESMAS 2020
VOL. 1.NO.1/ JAN 2020; ISSN 11111X,
METODE Metode lingkungan yang dapat dilakukan untuk
Metode yang digunakan yaitu Forum Group mengendalikan jentik dan nyamuk Aedes aegypti
disscussion (FGD) dengan melibatkan beberapa antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk
tokoh masyarakat antara lain pak lurah, ketua RW, (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
ketua RT, kader jumantik, kepala puskesmas dan perkembangbiakan nyamuk hasil sampling kegiatan
kepala dinkes kabupaten untuk menentukan manusia dan perbaikan desain rumah, antara lain :
masalah yang benar benar dialami oleh masyarakat 1) Menguras bak mandi/penampungan air
didaerah tersebut. Informan dalam penelitian ini sekurang-kurangnya sekali seminggu;
terdiri dari 50 Masyarakat berdomisili di dusun papar 2) Mengganti/Menguras vas bunga dan tempat
utara Instrumen dalam observasi ini adalah peneliti minum burung seminggu sekali;
sendiri dengan menggunakan alat bantu berupa 3) Menutup dengan rapat tempat penampungan
panduan wawancara dan alat Dokumentasi, Stiker air;
dan Bubuk abate. 4) Mengubur kaleng bekas, ban bekas di sekitar
rumah;
HASIL 5) Memasang kasa pada ventilasi atau jendela
Dari hasil wawancara yang dilakukan rumah untuk mencegah gigitan nyamuk.
terhadap para informan tentang pengendalian
penyakit Demam Berdarah Dengue di Desa Papar b. Pengendalian Kimiawi
Wilayah Kerja Puskesmas Papar yang meliputi Pengendalian vektor secara kimiawi dapat
surveilans kasus, diagnosis dan tatalaksana kasus, ditempuh dengan dua teknik untuk pengendalian
pengendalian vector DBD, kewaspadaan dini dan secara kimiawi, yaitu pengasapan (fogging) yang
penanggulangan KLB, penyuluhan dan peran serta berguna untuk mengurangi penularan sampai batas
masyarakat dan monitoring dan evaluasi. waktu tertentu, dan pemberantasan larva nyamuk
1. Analisis Univariat dengan zat kimia (abate). Hasil wawancara
Analisis univariat dilakukan terhadap masing kami masyarakat di Desa Papar Rw 06 masih
masing variabel yang diteliti dengan table distribusi menggunakan obat nyamuk, Rendahnya partisipasi
frekuensi disertai penjelasan yaitu distribusi masyarakat terjadi karena
frekuensi partisipasi masyarakat yang meliputi kurangnyakesadaranmasyarakat untuk melakukan
modifikasi lingkungan, manipulasi lingkungan, upaya pengendalian kimiawi seperti menggunakan
pengendalian fisik, pengendalian kimia, pengendalian bubuk abate pada bak penampungan air. Selain itu,
biologi,dan keberadaan jentik serta variabel rendahnya peran petugas kesehatan dalam
keberadaan jentik. mensosialisasikan penaburan bubuk abate karena
a. Modifikasi dan Manipulasi Lingkungan masyarakat mengaku bahwa petugas kesehatan tidak
Faktor lingkungan (environment) merupakan pernah membagikan bubuk abate akan tetapi terdapat
salah satu determinan yang mempengaruhi status oknum menjual bubuk abate mengatasnamakan
kesehatan masyarakat, dari sudut pandang petugas kesehatan dan warga harus membayar lebih
epidemiologi penyakit, aspek lingkungan memiliki mahal untuk membeli bubuk abate. Seharusnya
andil yang cukup berpengaruh bagi timbulnya petugas kesehatan membagikan dan menjelaskan cara
penyakit. Modifikasi lingkungan adalah suatu cara penggunaan bubuk abate kepada masyarakat Wilayah
dengan mengubah fisik lingkungan secara permanen Kerja Puskesmas Papar yang merupakan daerah
/ jangka panjang terhadap tanah, air, dan tumbuh – endemis DBD di Kabupaten Kediri. Selain itu juga
tumbuhan untuk mencegah/ menurunkan habitat memberikan informasi terkait penggunaan obat anti
jentik tanpa mengakibatkan kerugian bagi manusia. nyamuk yang sesuai dengan petunjuk penggunaan agar
Diketahui keadaan lingkungan didaerah tidak menimbulkan bahaya keracunan pada manusia
tersebut banyak genangan air yang dapat menjadi ataupun resistensi pada nyamuk .
media perkembang biakan nyamuk Aedes aegypty, peneliti melakukan pemantauan ke beberapa
perlunya perbaikan lingkungan agar demam berdarah rumah – rumah masyarakat melalui sistem door to door
dapat diminimalisasi sehingga menggurangi angka setelah adanya penyuluhan tentang penanggulangan
kesakitan akibat penyakit tersebut. jentik nyamuk dengan abate. Dari hasil pemantauan
door to door masih banyak warga di Desa Papar Rw. 06
yang belum menggunakan bubuk abate yang sudah
kami berikan pada saat penyuluhan dengan alasan bak
mandi mereka sudah terdapat ikan hias maka abate
yang diberikan tidak dipakai terlebih dahulu, dan ada
3
Kesmas IIK
JURNAL ILMIAH MAHASISWA IIK KESMAS 2020
VOL. 1.NO.1/ JAN 2020; ISSN 11111X,
juga warga yang bak mandinya bukan bak mandi jentik nyamuk setiap rumah. Banyaknya warga Papar
permanen jadi setiap kali habis dipakai akan selalu yang belum mengetahui tentang waktu kapan nyamuk
dibersihkan. Maka kami hanya membantu Aedes aegypti menggigit dan menyepelekan waktu
menggunkaan bubuk abate ke bak mandi warga yang nyamuk Aedes Aegypi menggigit.
tidak terdapat ikan hias, bak mandi permanen, dan Pengendalian yang dilakukan adalah dengan
bak mandi yang sudah dibersihkan. membunuh larva dari vektor untuk memutus rantai
c. Pengendalian biologi penulannrannya dengan menggunakan bubuk abate
Partisipasi masyarakat dalam upaya (temephos).Namun Mayoritas warga Papar belum
pengendalian biologi sudah cukup baik. Banyak sudah mengetahui bentuk dari Bubuk Abate tersebut. Dari
warga yang meletakkan ikan hias pemakan jentik observasi yang peneliti lakukan, masih ada beberapa
nyamuk di bak mandi mereka kecuali bak mandi tidak warga yang belum mengetahui cara menggunakan
permanen. Masyarakat sudah sedikit banyak bubuk abate yang benar sehingga bak mandi mereka
mendapatkan informasi tersebut dari dinas masih terdapat beberapa jentik. Saat peneliti
kesehatan/puskesmas terkait dengan pengendalian melakukan pemantauan jentik-jentik, mayoritas warga
biologis. sudah menguras bak mandi dan menggunakan bubuk
Pengendalian larva Aedes aegypti secara biologi abate yang kami berikan pada saat acara penyuluhan.
atau hayati menggunakan organisme yang dalam Dan dari hasil post test dapat disimpulkan bahwa warga
pengendalian secara hayati umumnya bersifat Papar sudah paham dengan materi penyuluhan yang
predator, parasitik atau patogenik. Beberapa agen telah peneliti sampaikan.
hayati yang digunakan untuk memberantas nyamuk
Aedes aegypti seperti ikan kepala timah (Aplocheilus SARAN
panchax), ikan nila (Oreochronis nilocitus), ikan guppy
(Poecilia reticulata), ikan mujair (Oreochronis Bagi warga desa papar, diharapkan untuk
mossambicus), ikan cupang (Betta splendens), yang senantiasa mencari tahu lebih dalam mengenai
mangsanya adalah larva nyamuk. Pengendalian biologi penyakit Demam Berdarah Dengue, karena
tidak hanya mengunakan ikan hias di bak mandi yang pengetahuan seseorang menjadi faktor risiko
sudah banyak diterapkan oleh warga Desa Papar Rw. kejadian Demam Berdarah Dengue. Selain itu juga
06, tetepi diharapkan juga masyarakat dapat warga desa papar diharapkan melakukan pencegahan
menanam tanaman pengusir nyamuk di halaman terhadap Demam Berdarah Dengue dengan baik,
rumah untuk menghindari berkembangbiaknya selain menjaga kebersihan lingkungan sekitar juga
nyamuk vektor di sekitar rumah. perlu adanya dengan gerakan 3M.
Dan masyarakat sekitar sangat berpatisipasi akan
program yang laksanakan dilihat dari antusiasme Bagi dinas kesehatan dan puskesmas papar,
masyarakat pada saat penyuluhan DBD. Dan sangat diharapkan untuk selalu memberikan penyuluhan dan
terbukanya masyarakat pada saat pemantauan jentik informasi tentang pelaksanaan pengendalian penyakit
di bak mandi, dan penggunaaan bubuk abate. Setelah Demam Berdarah Dengue kepada warga desa papar,
kami melakukan pemantauan door to door di warga agar warga lebih mengerti dan menyikapi dengan
Desa Papar Rw. 06, kami memberikan stiker 3M plus baik akan pentingnya informasi tentang bahaya
kepada rumah warga yang sudah dipantau disekitar penyakit DBD. Selain itu pengontrolan secara berkala
Rw. 06 dengan tujuan supaya Sample tersebut pada lingkungan juga dilakukan, serta mengajak
menerapkan pengendalian sarang nyamuk dengan warga untuk berpartisipasi aktof dalam pencegahan
cara 3M plus. Demam Berdarah Dengue dan pelaporan kasus yang
terjadi

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri Tahun 2018, kasus DBD tertinggi 1. Elena Astrid Yunita., Nanik Heru Suprapti.,
berada di Kecamatan Papar sebanyak 107 kasus. DBD Jafron Wasiq Hidayat. 2009. Pengaruh Ekstrak
merupakan penyakit tertinggi yang berada di daun Teklan (eupatorium riparium) terhadap
Kecamatan Papar, dimana sebenarnya sudah terdapat Mortalitas dan Perkembangan Larva Aedes
program satu rumah satu jumantik. Pihak puskesmas aegypti. 11(1): 11-17
sudah melakukan kerja sama dengan pihak satu rumah 2. Ekawati W. 2009. Beberapa Faktor Yang
satu jumantik untuk melakukan pengecekan jentik - Berhubungan Dengan Kejadian Demam
4
Kesmas IIK
JURNAL ILMIAH MAHASISWA IIK KESMAS 2020
VOL. 1.NO.1/ JAN 2020; ISSN 11111X,
Berdarah Dengue Di Kelurahan Ploso
Kecamatan Pacitan.
3. Ernawati, dkk. 2018. Gambaran Praktik
Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Wilayah Endemik DBD. Jurnal Keperawatan
UMM. ISSN: 2086-3071, Volume 9, Nomor 1.
4. Kemenkes RI. 2015. demam berdarah.
5. Penyakit Demam Berdarah Dengue
DenganGeographic Information System Di
Minahasa Selatan.
6. Pusat Data Dan Informasi Kementerian
Kesehatan Ri.
7. Wowor, Ribka. 2017. Pengaruh Kesehatan
Lingkungan terhadap Perubahan
EpidemiologiDemam Berdarah di Indonesia.
8. Data Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak
Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri
Tahun 2018.
9. Data Penyakit Demam Berdarah Dengue Dan
10 Tren Peyakit Di Wilayah Kerja Puskesmas
Papar Tahun 2016 – 2019.
10. Zhu, Junwei. 2008. Mosquito Larvicidal
Activity of Botanical-Based Mosquito
Repellents. Journal of the American Mosquito
Control Association, 24(1):161-168

5
6

Anda mungkin juga menyukai