Capaian Pembelajaran :
Setelah menempuh mata kuliah ini Mahasiswa mampu menjelaskan Anggaran dan
Laporan Akuntansi Sektor Publik
Kemampuan Akhir yang akan dimiliki setelah menyelesaikan bahan kajian ini :
Setelah menyelesaikan bahan kajian ini, mahasiswa akan mampu menjelaskan Paket
Regulasi Keuangan Sektor Publik Di Indonesia.
Pendahuluan
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi
pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks dibandingkan sektor swasta
atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan keluasan jenis dan bentuk
organisasi yang berada di dalamnya, tetapi juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi
lembaga-lembaga publik tersebut. Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti politik,
sosial, budaya, dan historis, yang menimbulkan perbedaan dalam pengertian, cara pandang, dan
definisi.
Oleh karna itu, setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan baik
yang berasal dari luar (lingkungan) maupun dalam organisasi. Karena itu, setiap organisasi
publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan organisasi dalam menghadapi
isu dan permasalahan yang di hadapinya.
1
Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah daerah, partai politik, yayasan,
LSM, organisasi keagamaan/tempat peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.
2
Undang – Undang No. 17 tahun 2003 (Tentang Keuangan Negara)
Pengertian dan Ruang Lingkup
Pengertian Keuangan Negara secara umum merupakan, semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Namun jika ditinjau dari sudut pandang sebagai obyek, subyek, proses dan tujuan memiliki
pengertian yang berbeda pula, yakni : .Dari sisi obyek yang dimaksud keuangan negara meliputi
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. Dari sisi subyek yang
dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh obyek yang dimiliki negara, dan/atau
dikuasai oleh pemerintahan pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain
yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup
seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek, mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan,
keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan
dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara.
Ruang lingkup keuangan Negara, mencakup beberapa hal yakni ;
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara/Daerah;
d. Pengeluaran Negara/Daerah;
e. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
g. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
3
Ruang lingkup terakhir dari Keuangan Negara tersebut dapat meliputi kekayaan yang
dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di
lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
4
Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen
kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Ketentuan
mengenai penyusunan dan penetepan APBN/APBD dalam undang – undang ini meliputi
penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD dan
pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem
akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran,
penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam
penyusunan anggaran.
5
mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administratif
antar kementrian negara/lembaga di lingkungan pemerintah.
6
Universalitas
Tahunan
Spesialitas
Penyelesaian kerugian negara
Pengelolaan keuangan badan layanan umum
7
Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah disampaikan kepad DPR/DPRD
selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran yang bersangkutan
terkahir
Lapora keuangan perintah di audit oleh lembaga pemeriksa ekstern yang
indipenden dan professional sebelum disampaikan kepada DPR
Laporan keuangan pemerintah dapat menghasilkan statistic keuangan yang
mengacu pada manul stastik keuangan pemerintah, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan anaisis kebijakan dan kondisi fiscal, pegelolaan dan anlisis
perbandingan antrnegara, kegiatan pemerintahan, penyajian statistic keuangan
pemerintah
Penyelesaian kerugian negara
Setiap kerugian negara/daeah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum
atau kelalain seseorang, harus diganti oleh pihk yang bersalah
Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh BPK
Pengenaan ganti kerugian negara/daerah oleh pegawai negei bukan bendahara
ditetapkanoleh menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah
Mereka yang telah ditetapkan menggantikan kerugian terebut dapat dikenai sanksi
administrative dan/ atau sanksi pidana
Pengelolaan badan layanan umum
BLU bertugas untuk memberikan pelayanan masyarakat berupa penyediaan
barang/jasa yang diperlukan dalam rangk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kekayaan BLU merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan
RKA dan LAPKEU BLU disusun dan disajikan sebagai bagian tak terpisahkan
dengan RKA dan LAPKEU kementrian negara/lembaga/pemda
Pembinaan keuangan BLU oleh menkeu
Undang – Undang No.15 Tahun 2004 (tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara)
Dasar Pemikiran
Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara perlu dilakukan
pemeriksaan oleh satu badan pemeriksakeuangan yang bebas dan mandiri, sebagaimana telah
8
ditetapkan dalam Pasal 23EUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam pelaksanaantugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, sampai
saat ini,BPK masih berpedoman kepada Instructie en Verdere Bepalingen voor de
AlgemeneRekenkamer atau IAR (Staatsblad 1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Staatsblad 1933 Nomor 320).
Sampai saat ini BPK, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun1973 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan, masih belum memiliki landasanoperasional yang memadai dalam
pelaksanaan tugasnya untuk memeriksa pengelolaandan tanggung jawab keuangan negara.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
selain berpedoman pada IAR, dalampelaksanaan pemeriksaan BPK juga berpedoman pada
Indische Comptabiliteitswetatau ICW (Staatsblad 1925 No. 448 Jo. Lembaran Negara 1968 No.
53).
Agar BPK dapat mewujudkan fungsinya secara efektif, dalam Undang-Undangini diatur
hal-hal pokok yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dantanggung jawab keuangan
negara sebagai berikut:
(1) Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;
(2) Lingkup pemeriksaan;
(3) Standar pemeriksaan;
(4) Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemeriksaan;
(5) Akses pemeriksa terhadap informasi;
(6) Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;
(7) Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;
(8) Pengenaan ganti kerugian negara;
(9) Sanksi pidana.
9
memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasiyang disajikan dalam
laporan keuangan pemerintah.
(2) Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, sertapemeriksaan
atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentinganmanajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah.
(3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengantujuan
khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.Termasuk dalam
pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan
keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Pelaksanaan Pemeriksaan
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan,yakni
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalamtahap perencanaan
mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akandiperiksa, kecuali pemeriksaan yang
obyeknya telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan berdasarkan
permintaan khusus dari lembaga perwakilan.
Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapatmemanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah,memperhatikan masukan dari pihak
lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagaipihak. Sementara itu, kebebasan dalam
penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antaralain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu
pelaksanaan dan metodepemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigatif.
Selain itu,kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaansumber
daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparatpengawasan intern
pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akandilakukan dapat disesuaikan dan
difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensialberdampak pada kewajaran laporan
keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitaspengelolaan keuangan negara. Untuk itu, aparat
pengawasan intern pemerintah wajibmenyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK.
BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangandari pihak
yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yangberada dalam
pengurusan pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukanpenyegelan untuk
mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaankeuangan negara pada saat
pemeriksaan berlangsung.
10
Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut
Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikandalam laporan
hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.Pemeriksaan keuangan
akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akanmenghasilkan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengantujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan.
Setiap laporan hasil pemeriksaan BPKdisampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan
kewenangannya ditindaklanjuti,antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.
Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaanjuga disampaikan
oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaankeuangan, hasil pemeriksaan
BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukankoreksi dan penyesuaian yang diperlukan,
sehingga laporan keuangan yang telahdiperiksa (audited financial statements) memuat koreksi
dimaksud sebelumdisampaikan kepada DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk
menanggapitemuan dan kesimpulan yang dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan.
Tanggapan dimaksud disertakan dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yangdisampaikan
kepada DPR/DPRD. Apabila pemeriksa menemukan unsur pidana,Undang-Undang ini
mewajibkan BPK melaporkannya kepada instansi yangberwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama1 (satu)
semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuaidengan
kewenangannya, dan kepada Presiden serta gubernur/bupati/walikota yangbersangkutan agar
memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasilpemeriksaan.
Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang-Undang ini
menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudahdisampaikan kepada lembaga
perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengandemikian, masyarakat dapat memperoleh
kesempatan untuk mengetahui hasilpemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan situs web
BPK.
Undang-Undang ini mengamanatkan pemerintah untuk menindaklanjutirekomendasi
BPK. Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau danmenginformasikan hasil
pemantauan atas tindak lanjut tersebut kepadaDPR/DPD/DPRD.
11
batas waktu pertanggungjawaban bendaharaatas kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah
mengetahui ada kekurangankas/barang dalam persediaan yang merugikan keuangan
negara/daerah. Bendaharatersebut dapat mengajukan keberatan terhadap putusan BPK.
Pengaturan tata carapenyelesaian ganti kerugian negara/daerah ini ditetapkan oleh BPK setelah
berkonsultasi dengan pemerintah.
12
3. Dati II adalah daerah "ujung tombak" pelaksanaan pembangunan sehingga Dati II-lah
yang lebih tahu kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya.
Atas dasar itulah, prinsip otonomi yang dianut adalah:
1. Nyata, otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di
daerah;
2. Bertanggung jawab, pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar
pembangunan di seluruh pelosok tanah air; dan
3. Dinamis, pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan
maju
13
7. Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Kuis :
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Erlangga
Tim Dosen PHK TIK K1, 2008. Akuntansi Sektor Publik , Penerbit FE Universitas Widyatama
http://www.bpk.go.id
14