Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi
pada wanita menikah usia dini di puskesmas cimahi selatan tahun 2018.
Berikut ini hasil analisis univariat dan bivariat dari variabel penelitian
tersebut yang akan ditampilkan dalam bentuk tabel, hasil penelitiannya
sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
a. Gambaran tingkat pengetahuan
Tabel 4.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan Wanita Menikah
Usia Dini
Pengetahuan Frekuensi %
Baik 9 27,2
Cukup 16 48,5
Kurang 8 24,3
Jumlah 33 100
Sumber: Data primer penelitian 2018
Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan bahwa dari 33 responden
sebagian kecil wanita menikah usia dini yang berpengetahuan
kurang 8 (24,3%) lalu sebagian besar wanita menikah usia dini
yang berpengetahuan cukup 16 (48,5%) dan 9 (27,2%) wanita
menikah usia dini yang berpengetahuannya baik.
b. Dukungan Suami
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan suami
Frekuensi %
YA 15 45,5
TIDAK 18 54,5
Jumlah 33 100
Sumber: Data primer penelitian 2018
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 33 responden
terdapat 15 responden (45,5%) yang mendapat dukungan dari
suami, dan yang tidak mendapat dukungan dari suami sebesar 18
responden (54,5%).

c. Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Wanita Menikah Usia
Dini

45
Kategori Ftekuensi %
Tinggi 17 51,5
Rendah 16 48,5
Jumlah 33 100
Sumber: Data primer penelitian 2017
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 33 responden
terdapat 17 responden (51,5%) memiliki pendidikan tinggi dan 16
responden (48,5%) memiliki pendidikan rendah.
2. Analisa Bivariat
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Cimahi Selatan, di
peroleh hasil analisis bivariat dari hubungan tingkat pengetahuan wanita
menikah usia dini tentang penggunaan kontrasepsi dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Hubungan Pengetahuan wanita menikah usia tentang pendini
Ibu Hamil dengan penggunaan kontrasepsi di Puskesmas
Cimahi Selatan Tahun 2018
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
hubungan antara pengetahuan wanita menikah usia dini dengan
penggunaan kontrasepsi di Puskesmas Cimahi selatan. Untuk
mengetahui hubungan tersebut dilakukan uji statistik yang di sajikan
pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan wanita menikah usia
dini dengan penggunaan kontrasepsi

Penggunaan Kontrasepsi
Pengetahua Tidak menggunakan Total Nilai p
n menggunakan
F % F % F %
Baik 3 33,3 6 66,7 9 100
0,258
Cukup 6 37,5 10 62,5 16 100
Kurang 4 50,0 4 50,0 8 100
Jumlah 13 39,4 20 60,6 33 100
Sumber: Data primer penelitian 2017
Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan wanita dengan
penggunaan kontrasepsi diperoleh bahwa terdapat 3 orang (66,7%)
yang tidak menggunakan kontrasepsi mempunyai pengetahuan
baik, 6 orang (37,5%) yang tidak menggunakan kontrasepsi dengan
pengetahuan cukup, dan 4 orang (50,0%) yang tidak menggunakan
kotrasepsi dengan pengetahuan kurang.

46
Dari hasil uji statistik dengan mengunakan Uji Chi Square
didapatkan nilai p = 0,258 (p>0,05), HO diterima yang berarti tidak
ada hubungan antara Pengetahuan dengan penggunaan
kontrasepsi.
b. Hubungan Dukungan Suami dengan Pengunaan Kontrasepsi
Tabel 4.5 Hubungan Dukungan Suami Ibu dengan
Penggunaan Kontrasepsi
Penggunaan Kontrasepsi
Dukungan Tidak menggunakan Total Nilai p
suami menggunakan
F % F % F %
YA 3 20,0 12 80,0 15 100 0,015
TIDAK 11 61,1 7 38,9 18 100
Jumlah 14 42,4 19 57,6 33 100
Sumber: Data primer penelitian 2018
Hasil analisis hubungan partisipasi suami dengan
penggunaan kontrasepsi diperoleh bahwa 12 orang (80,0%)
perempuan yang menggunakan kontrasepsi mendapat dukung oleh
dari suaminya, sedangkan 7 orang (38,9%) perempuan yang
menggunakan kontrasepsi tidak mendapat dukungan dari
suaminya.
Dari hasil uji statistik dengan mengunakan Uji Chi Square
didapatkan nilai p = 0,015 (p>0,05), H O ditolak yang berarti ada
hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan
kontrasepsi.

c. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Penggunaan


Kontrasepsi
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
Penggunaan Kontrasepsi
Penggunaan Kontrasepsi
Tidak menggunakan Total Nilai p
Pendidikan
menggunakan
F % F % F %
Tinggi 5 29,4 12 70,6 17 100 0,000
Rendah 7 43,8 9 56,2 16 100
Jumlah 12 36,3 21 63,7 33 100

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan


penggunaan konrasepsi diperoleh bahwa 12 orang responden

47
(70,6%) yang tidak menggunakan kontrasepsi berpendidikan tinggi
dan 9 orang responden (56,2%) yang menggunakan kontrasepsi
berpendidikan rendah.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value= 0,000
(p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pendidikan dengan penggunaan
kontrasepsi.
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang
dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan. Faktor- faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan kontrasepsi
menururt green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010), yaitu
1. Hubungan pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki
tingkat pengetahuan baik lebih banyak memilih menggunakan kontrasepsi
dibandingkan perempuan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi square
didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan
konrasepsi dengan p-value (>0,05). Hal tersebut dapat disebabkan
karena mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik dan tingkat
pendidikan yang tinggi.
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pendidikan, pengalaman, paparan media masa, ekonomi,
dan hubungan sosial. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat
memungkinkan seseorang dengan mudah memperoleh berbagai
informasi yang didapat dari berbagai sumber media, seperti media cetak,
media elektronik, dan media masa (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan juga dipengaruhi oleh pengalaman seseorang,
faktor-faktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik
dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui,
dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi serta niat untuk
bertindak dan pada akhirnya terjadi perwujudan niat berupa perilaku
(Annisa, 2011). Pengalaman juga merupakan guru yang paling baik,
sebab pengalaman dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dan menyebutkan bahwa manusia telah mampu

48
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan
(Herminaju, 2010). Berdasarkan teori tersebut dapat dimungkinkan
banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga
hasil penelitian ini menghasilkan hubungan yang tidak signifikan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan
salah satu faktor yang mendasari terjadinya perilaku kesehatan pada
seseorang. Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.
Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata (indera
penglihatan) dan telinga (indera pendengaran) (Notoatmodjo, 2010).
Dengan demikian, pengetahuan responden tentang kontrasepsi di
wilayah kerja Puskesmas cimahi selatan diharapkan menjadi dasar dalam
menentukan perilaku untuk menggunakan kontrasepsi.
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup
pengetahuan tentang pengertian dan tujuan dari program Keluarga
Berencana (KB), pengertian dan tujuan dari penggunaan kontrasepsi,
efek samping dan manfaat dari kontrasepsi yang diketahui responden.
Dengan meningkatnya pengetahuan responden dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud diatas akan terjadi perubahan
perilaku positif yaitu menggunakan kontrasepsi. Responden yang memiliki
pengetahuan baik, berarti ia mampu menjawab semua pertanyaan
pengetahuan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Indrawati (2010)
dan Daniati (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi. Hal tersebut dapat
disebabkan karena adanya minat dan keinginan yang besar pada
responden untuk mencari tahu informasi, mudahnya responden
mendapatkan informasi melalui buku-buku atau media cetak lainnya, dan
tersedianya pelayanan Keluarga berencana (KB) disekitar tempat tinggal
responden sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan.
2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan Kontrasepsi

49
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perempuan yang
berpendidikan tinggi lebih banyak memilih untuk menggunakan
kontrasepsi dibandingkan perempuan yang memiliki tingkat pendidikan
rendah. Hasil dari analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square
didapatkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
penggunaan kontrasepsi dengan p-value 0,000 (p<0,05). Tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keikutsertaan seseorang dalam program Keluarga berencana. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan semakin tinggi pula
pengetahuan dan kesadarannya akan program Keluarga berencana.
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kehidupan
sosialnya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
semakin banyak informasi yang diperoleh, sehingga akan membuka
kesadaran untuk memilih kontrasepsi yang terbaik dan sesuai dengan
keinginannya dengan mempertimbangkan segi kesehatan serta tidak
merugikan dirinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan
semakin besar kesadaran untuk memakai kontrasepsi (Hartoyo, 2002).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mamik (2008) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pemilihan menggunakan kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena semakin
tinggi ingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan juga semakin baik
dan makin mudah seseorang dalam memahami serta menerapkan
informasi yang diterimanya. Dalam menerima informasi baru ternyata
tingkat pendidikan juga berpengaruh, namun minat dari dalam diri individu
juga berperan penting dalam penerimaan informasi yang didapat
seseorang sehingga keduanyapun berperan dalam proses penerimaan
informasi.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fiona (2006), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan keikutsertaan perempuan dalam program Keluarga
Berencana. Hal tersebut disebabkan karena perempuan yang mempunyai
tingkat pendidikan yang lebih tinggi belum tentu memiliki kesadaran yang
tinggi tentang kesehatannya dan mandiri untuk datang ke pelayanan
kesehatan. Padahal seharusnya seperti pendapat Gergen (1986) semakin

50
tinggi tingkat pendidikan jelas akan mempengaruhi secara pribadi dalam
berpendapat, berpikir, bersikap rasional mengambil suatu keputusan dan
tindakan. Hal ini juga akan mempengaruhi secara langsung seseorang
dalam hal pengetahuan akan hidupnya termasuk dalam merencanakan
keluarganya.
3. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Penggunaan
Kontrasepsi
Partisipasi suami yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu ingin
mengetahui apakah suami mendukung atau tidak istri mereka untuk
menggunakan kontrasepsi. Terdapat beberapa alasan mengapa suami
tidak mendukung istri untuk menggunakan kontrasepsi, serta hal-hal apa
saja yang biasa suami lakukan dalam mendukung istri menggunakan
kontrasepsi.
Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa perempuan yang
mendapat dukungan suaminya untuk menggunakan kontrasepsi lebih
banyak dibandingkan dengan perempuan yang tidak didukung oleh
suaminya untuk menggunakan kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa
ada respon yang baik dari pihak suami terhadap istrinya dalam memilih
untuk menggunakan kontrasepsi. Hasil dari analisis bivariat dengan uji
statistik Chi-Square didapatkan terdapat hubungan antara pelayanan
Keluarga Berencana dengan penggunaan kontrasepsi dengan p-value
0,015 (p<0,05).
Dukungan sosial merupakan bantuan nyata atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran orang
yang mendukung serta hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek
perilaku penerima, dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat
verbal dan non verbal. Salah satu sumber dari dukungan sosial yaitu
suami yang diikat melalui hubungan perkawinan (Lina dkk, 2004).
Partisipasi suami merupakan salah satu variabel sosial budaya
yang sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi
perempuan sebagai istri secara khusus dan di dalam keluarga secara
umum. Budaya patrilineal yang menjadikan pria sebagai kepala keluarga
yang masih banyak dianut sebagian besar pola keluarga di dunia
menjadikan preferensi suami terhadap fertilitas dan pandangan serta

51
pengetahuannya terhadap program KB akan sangat berpengaruh
terhadap keputusan di dalam keluarga untuk menggunakan alat
kontrasepsi tertentu. Diskusi antara suami istri mengenai bermacam-
macam metode KB tidak selalu menjadi persyaratan dalam pemakaian
KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi halangan
terhadap pemakaian KB (Suparyanto, 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Daniati (2010) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara partisipasi suami
dengan pemilihan menggunakan AKDR. Penelitian ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa seorang istri di dalam mengambil suatu
keputusan untuk memakai atau tidak memakai alat kontrasepsi
membutuhkan persetujuan dari pihak suami karena suami dipandang
sebagai kepala keluarga, pelindung keluarga, pencari nafkah, dan
seseorang yang dapat membuat keputusan dalam suatu keluarga.
Pengetahuan yang memadai dapat memotivasi suami untuk
menganjurkan istrinya memakai alat kontrasepsi tersebut.

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses
pelaksanaannya. Keterbatasan tersebut yaitu pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan data dengan kuesioner
bersifat subjektif, sehingga kebenaran datanya sangat tergantung pada
kejujuran responden. Kuesioner yang diberikan peneliti juga tidak
ditanyakan tetapi bersifat angket, dimana responden mengisi sendiri
jawaban yang menurut mereka sesuai.

52

Anda mungkin juga menyukai