Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“Kasus HDR ”

Nama Kelompok 5 :

1. Niluh Ayu Puspitasari (1714401077)


2. Ni Nyoman Sekar S. (1714401088)
3. Ni Ketut Ratna Dewi (1714401100)
4. Dewa Ayu Sukma S. (1714401087)
5. Siti Wamroah Lukmana W. (1714401073)
6. Berlyani Agustina B. (1714401075)
7. Dian Maria (1714401054)
8. Meli Susnita (1714401080)
9. Aldi Adrian Indra J. (1714401096)

POLITEHNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

D III – KEPERAWATAN

TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kasus HDR” .

Makalah ini disusun untuk memberikan informasi kepada para mahasiswa/i tentang
“Kasus HDR”, serta guna memenuhi tugas yang telah diberikan kepada kami. Kami
menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.

Bandar Lampung, 26 Januari 2019

Penyusun
Kasus Harga Diri Rendah

Tn. R masuk RS dengan keluhan mengamuk, halusinasi lihat dan dengar, terlihat mondar mandir,
bicara sendiri, marah-marah dan suka merusak alat rumah tangga. Klien juga suka menyendiri di
kamar, melamun. Pada saat ditanya klien mengatakan dirinya tidak berguna, klien juga
mengatakan kesal dengan ibunya karena tidak memenuhi keinginan klien untuk pindah rumah
karena klien merasa malu dengan orang lain karena klien merasa orang yang tidak punya apa-apa.
Pendidikan hanya lulusan SMP dan tidak punya pekerjaan. Klien menderita gangguan jiwa sejak
tahun 1997, klien pernah dirawat di RSJ Kemiling, Bandar Lampung. Kemudian klien selalu
berobat jalan secara teratur tetapi kurang lebih 1 bulan klien menolak minum obat, pengobatan
tidak berhasil, kemudian klien dianjurkan untuk dirawat.

Masalah keperawatan:

Resiko perilaku kekerasan gangguan konsep diri: harga diri rendah

Diagnosa medis :

Gangguan afektif bipolari


LAPORAN PENDAHULUAN : HARGA DIRI RENDAH

I. MASALAH UTAMA :

HARGA DIRI RENDAH

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah
diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri (keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan
persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi
yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011).
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena
merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan.
(Fitria, 2009).

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri
akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena
merasa gagal dalam mencapai keinginan.

B. Klasifikasi

Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang


sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama.
C. Etiologi

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :

1. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,


dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik


yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik

Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu


sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span
history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang,
misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).

D. Tanda dan gejala

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

E. Akibat

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan gejala :

1. Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan
orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang
lain
2. Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat
berbicara

(Budi Anna Keliat, 2001)

F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi


masalah klien dengan memberikan perhatian

 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya
b. Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan


sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain.

3. Terapi musik

Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan


kesadaran klien

G. Pohon Masalah

Pohon Masalah Harga Diri Rendah : Gangguan Konsep Diri

H. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
I. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : harga diri rendah.


Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat
klien dengan harag diri rendah.
b. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah

Catatan perkembangan / Evaluasi kasus


Diagnosa keperawatan Evaluasi keperawatan
Gangguan harga diri rendah S . klien mengatakan senang bisangobrol
dengan perawat. Klien juga mengatakan
punya kegiatanpositif seperti olahraga
danmenggambar.

O . klien terlihat senang, klien tampak tenang


dan tampak terbuka menerima perawat

A . SP.1 klien mengatakan masih punya


kegitan positif yangdimilki seperti berolah
raga danmenggambar
P. Lanjutkan SP.2 dan evaluasi SP.1
S. Klien mengatakan ingin bekerja di
konveksi terapi belum ada keahlian, klien
mengatakan senang bisa ngobrol dengan
perawat dan kemarin bermain badminton dan
menggamnar di ruang rehabilitasi
O. Klien tampak senang dan tenang bersama
perawat
A. Evaluasi SP.1 klien mau bermain
badminton dan menggambar
P. Lanjutkan SP.3, evaluasi SP.2
S. Klien mengatakan senang bisa berbincang-
bincang dengan perawat, klien juga
mengatakan mendapat motivasi dan menjadi
semangat jika ingin melakukan kegiatan
O. Klien tampak senang dan tenang
A. Evaluasi SP.1,2
P. Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai