“Kasus HDR ”
Nama Kelompok 5 :
D III – KEPERAWATAN
TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kasus HDR” .
Makalah ini disusun untuk memberikan informasi kepada para mahasiswa/i tentang
“Kasus HDR”, serta guna memenuhi tugas yang telah diberikan kepada kami. Kami
menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
Penyusun
Kasus Harga Diri Rendah
Tn. R masuk RS dengan keluhan mengamuk, halusinasi lihat dan dengar, terlihat mondar mandir,
bicara sendiri, marah-marah dan suka merusak alat rumah tangga. Klien juga suka menyendiri di
kamar, melamun. Pada saat ditanya klien mengatakan dirinya tidak berguna, klien juga
mengatakan kesal dengan ibunya karena tidak memenuhi keinginan klien untuk pindah rumah
karena klien merasa malu dengan orang lain karena klien merasa orang yang tidak punya apa-apa.
Pendidikan hanya lulusan SMP dan tidak punya pekerjaan. Klien menderita gangguan jiwa sejak
tahun 1997, klien pernah dirawat di RSJ Kemiling, Bandar Lampung. Kemudian klien selalu
berobat jalan secara teratur tetapi kurang lebih 1 bulan klien menolak minum obat, pengobatan
tidak berhasil, kemudian klien dianjurkan untuk dirawat.
Masalah keperawatan:
Diagnosa medis :
I. MASALAH UTAMA :
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah
diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri (keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan
persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi
yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011).
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena
merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan.
(Fitria, 2009).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri
akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena
merasa gagal dalam mencapai keinginan.
B. Klasifikasi
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
1. Situasional
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
E. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan gejala :
1. Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan
orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang
lain
2. Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat
berbicara
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
BHSP
Jangan memancing emosi klien
Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga
Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya
b. Terapi kelompok
3. Terapi musik
G. Pohon Masalah
H. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
I. Rencana Tindakan Keperawatan