Anda di halaman 1dari 19

asuhan keperawatan hipotiroid

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan
lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid
berada di bawah nilai optimal

Defisiensi yodium merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, mengingat
dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Defisiensi
yodium yang juga disebut iodine deficiency disorder (IDD) menyebabkan berbagai sindrom gangguan
akibat kekurangan yodium (GAKY).

Indonesia menjadikan GAKY sebagai masalah gizi utama, karena sejumlah 42 juta penduduk tinggal di
daerah endemis GAKY, 10 juta menderita gondok. Hasil survei di seluruh Indonesia menunjukkan
peningkatan prevalensi Total Goiter Rate (TGR) dari 9,8% pada tahun 1998 menjadi sebesar 11,1% pada
tahun 2003. (Tim GAKY Pusat, 2005).

Prevalensi penderita hipotirodisme meningkat pada usia 30-60 tahun,empat kali lipat angka kejadiannya
pada wanita dibandingkan pria.hipotiroidisme kongenital dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran
hidup.

Penderita dengan kelainan hormone paratiroid tidak tampak jelas pada kehidupan sehari-hari.
Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratioid mengalami gangguan dari metabolism kalsium
dan fosfat.

Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dalam setahun
yang dapat diketahui, sedangkan di Negara maju seperti amerika penderita penyakit hipoparatiroid lebih
banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Pada wanita resiko untuk terkena
hipoparatiroid lebih besar dari pria.
B.Tujuan

1. Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi,, pathway, patofisiologi,


pemeriksaan diagnostik , penatalaksanaan.

2. Mahasiswa mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Hipotiroid.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Hipotiroid.

b. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali tentang penyakit Hipotiroid.


BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.DEFINISI

A. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid mulai terbentuk pada janin berukuran 3,4 – 4 cm, yaitu pada akhir bulan pertama
kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara brachial pouch pertama dan kedua. Dari
bagian tersebut timbul divertikulum yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami
migrasi ke bawah yang akhirnya melepaskan diri dari faring.

Kelenjar thyroid adalah salah satu kelenjar terbesar dalam tubuh kita. Kelenjar ini ditemukan pada leher
bagian bawah dengan bentuk seperti kupu kupu, atau dapat kita ketahui saat kita menelan air liur maka
kelenjar thyroid ini akan bergerak keatas. Kelenjar Thyroid membuat, menyimpan dan mensekresi
hormon T3 (triiodothyronin) dan T4 (Thyroxine)

kelenjar-tiroid.jpg

B. Hipothyroid

Hipothyroid adalah suatu keadaan dimana produksi hormon thyroid oleh kelenjar thyroid tidak
mencukupi

Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:

Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid

Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis

Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus

Mekanisme pembentukan hormon Tiroid

Pada awalnya Hypothalamus akan menghasilkan TRH (Thyrotropine Releasing Hormone) yang akan
memacu Kelenjar Pituitari (Hipofise) untuk menghasilkan TSH (Thyrotropine stimulating hormone),
kemudian TSH akan memacu kelenjar thyroid untuk menghasilkan T3 dan T4. Jika hormon thyroid
diproduksi dalam jumlah sedikit maka TSH akan meningkat nilainya untuk memacu agar kelenjar thyroid
dapat menghasilkan T3 dan T4 dalam jumlah cukup. Sebaliknya jika terjadi peningkatan produksi T3 dan
T4 maka TSH akan menurun jumlahnya agar tidak terbentuk T3 dan T4 lagi.

Hypothalamus-----TRH-------->Pituitary Gland-------TSH------>Kelenjar Thyroid-------> T3 dan T4


ClickHandler.ashx.jpg

B. ETIOLOGI

Hipotiroidisme biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidisme yang mengalami terapi
radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling sering ditemukan pada wanita
lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi
penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki.

Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :

1. Hipotiroidi sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus ,dan biasa karen ahashimoto
(penyakit auto imun )

2. Hipotiroidi primer apabila yang rusak kelenjar tiroid ,seperti tumor ,radiasi ,dan pembedahan

3. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi perifer.

C. PATOFISIOLOGI

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid.
Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling
banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler
oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel
koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan
hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik
negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
kelenjar tyroid.( Hotma Rumahorbo,1999)

Patofisiologi hipotiroidisme brdasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat menyebabkan


hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral (HS)

Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka disebut hipotiroidisme
sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS
terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus, sakit
kepala, tetapi juga karena produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon
pertumbuhan akromegali, prolaktin galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan
hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain,
dan TSH.

b. Hipotiroidisme Primer (HP)

Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang ditemukan,
tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital di negara barat. Umumnya
ditemukan pada program skrining massal. Kerusakan tiroid dapat terjadi karena, 1. Operasi, 2. Radiasi, 3.
Tiroiditis autoimun, 4. Karsinoma, 5. Tiroiditis subakut, 6. Dishormogenesis, dan 7. Atrofi

Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa
kelainan lain, strumektomi parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves
sering menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan
dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya.

Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih dari 40-50%
pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya
menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun :
52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi.

Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid,
yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat
menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen
meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah interaksi sistem imun
dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang
terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen.
Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat
nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme).
Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas.

Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses hormogenesis.
Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada
skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut.

Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat jarang.

Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat
menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis.
Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan
TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi
substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan
mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.

D.MANIFESTASI KLINIK

Sering merasa kelelahan ketika bangun di pagi hari, kenaikan berat badan, sering merasa kedinginan
sepanjang waktu terutama tangan dan kaki merupakan gejala umum dari hipotiroid. Adapun gejala
umum hipotiroidisme yang lain, adalah :

Depresi dan mudah stress.

Nyeri / sakit pada seluruh anggota tubuh, terkadang diikuti sakit kepala.

Insomnia atau susah tidur.

Sembelit atau susah buang air besar.

Kerontokan pada rambut dan sebagian lagi mengalami kekeringan.

Berkurangnya / menurunnya daya ingat dan konsentrasi.

Penurunan CO

Kebutuhan oksigen menurun

Hiperlipidemia
Hiperkolestrolemia

Anemia

Penurunan transportasi oksigen

Penurunan peristaltik

Anoreksia

Peningkatan BB

Konstipasi

absorbsi glukosa lambat

Pembesaran pada leher

Apatis

Berbicara lambat

Sering berkeringat

Udema

Dispnea

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.Pemeriksaan T3 dan T4 serum

Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.

 T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)

 T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)

 TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)

2. Pemeriksaan TSH
Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan mengeluarkan
hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH
menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid.
Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang
normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer.

Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid

3. Pemeriksaan USG dan scan tiroid

Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul.(Hotma
Rumahorbo, 1999)

F.PENATALAKSANAAN

Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada
keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid
atau Levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit
goiter nontoksik.

Yang perlu diperhatikan adalah :

a. Dosis awal

b. Cara menaikan dosis tiroksin

Tujuan pengobatannya :

a. Meringankan keluhan dan gejala

b. Menormalkan metabolisme

c. Menormalkan TSH

d. Membuat T3 dan T4 normal

e. Menghindari komplikasi dan resiko


Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi:

a. Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai meningkatan dosis.

b. Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.

Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak bersama bahan lain yang
menggangu serapan usus.).

Penatalaksanaan medis umum lainnya :

a. Farmakoligi:

Penggantian hormon tiroid seperti natrium levotiroksin(synthoroid), natrium liotironin (cytomel).

b. berikan makanan yang adekuat ,seperti cukup kalori & protein ,

C. vitamin dan mineral

KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGKAJIAN

Data Subjektif

1. Riwayat Pengalaman perubahan status sosial/ mental

2. Mengalami sakit dada atau palpitasi

3. Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat

4. Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat


5. Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah

6. Perubahan asupan makanan dan berat badan

7. Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya

8. Intoleransi terhadap cuaca panas

9. Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas hidup sehari-hari

10. Perubahan menstruasi atau libido

11. Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek dan efek samping obat (Barddero,
Marry, dkk. 2009)

Data Objektif

1. Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia

2. Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan diastolik menurun, takikardi
a walaupun waktu istirahat, disritmia dan murmur

3. Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah

4. Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis

5. Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan kabur

6. Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu makan dan asupan makan bertambah
serta kolesterol dantrigliserida serum menurun

7. Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit berdiri dari posisi duduk

Hasil pemeriksaan diagnostik yang harus dikaji adalah peningkatan T3 dan T4 serum dan penurunan TSH
serum(Barddero, Marry, dkk. 2009)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

* Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

* Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardi

* Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal

* Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan kecepatan metabolisme

* Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun


* Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan.

* Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

C.INTERVENSI

Diagnosa I : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.

Intervensi :

Observasi frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi

R/ :Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan


mengevaluasi efektifitas intervensi.

· Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika
diperlukan.

R/Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi
pernapasan

· Dorong dan ajarkan pasien untuk napas dalam dan batuk.

R/Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat

· Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati

R/Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan
hipnotik-sedatif.
Diagnosa II : Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardi

Intervensi :

· Catat warna kulit dan kaji kualitas nadi

R/ Sirkulasi perifer turun jika curah jantung turun. Membuat kulit pucat atau warna abu-abu dan
menurunnya kekuatan nadi

· Auskultasi suara nafas dan Catat

R/ S3,S4 dan creackles terjadi karena dekompensasi jantung atau beberapa obat(penyekat beta).

· Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.

R/ Penghematan energy membantu menurunkan beban jantung

· Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan
tiduran jika memungkinkan).

R/ Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya curah jantung. Perubahan
juga terjadi pada TD(hipo/hiper) karena respon jantung.

· Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.

R/ Untuk hasil penunjang dan pengobatan lebih lanjut

Diagnosa III : Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal

Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.

Intervensi :

· Auskultasi bisisng Usus

R/ mengetahui berapa frekuensi bising usus klien

· Pantau fungsi usus

R/ Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.

· Berikan makanan yang kaya akan serat


R/Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar

· Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.

R/Meningkatkan evakuasi feses

· Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air

R/Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras

· Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.

R/Untuk mengencerkan fees.

Diagnosa IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kecepatan metabolisme

Tujuan : Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi

Intervensi

· Observasi vital sign tiap 8 jam.

R/ mengetahui frekuensi Suhu,Nadi dan tekanan Darah Klien

· Observasi bising usus tiap pagi

R/Mengetahui Frekuensi Bising usus

· Timbang berat badan tiap pagi.

R/Untuk mengetahui Berat badan Klien

· Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori, tinggi protein.

R/Memenuhi kecukupan nutrisi yang tidak terpenuhi

· Kolaborasi pembeian Suplemen vitamin B Compleks

R/ Meningkatkan nafsu makan Klien.

Diagnosa V : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun

Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal


Intervensi:

· Observasi suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.

R/Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema

· Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.

R/ Meminimalkan kehilangan panas

· Berikan klien pengetahuan apa saja yang harus dihindari dan bagaimana cara pencegah
penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).

R/ Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.

· Lindungi Klien terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.

R/ Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas. .

· Kolaborasi dalam pemberian Cairan Rl atau air hangat.

R/ untuk menormalkan suhu tubuh.

Diagnosa VI : Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan
status kardiovaskuler serta pernapasan.

Tujuan : Perbaikan proses berpikir.

Intervensi :

· Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.

R/ meningkatkan pola pikir dan daya ingat klien tentang sesuatu

· Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang tidak bersifat mengancam.

R/ Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.

· Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan
akibat dan proses penyakit . .

R/Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang
positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat
· Kolaborasi dengan ahli Psikologi tentang terapy yang cocok untuk masalah Proses Berpikir

R/ Memperbaiki proses berpikir

Diagnosa VII : Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.

Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian

Intervensi

· Observasi respons pasien terhadap peningkatan aktivitas

R/ Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.

· Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditelerir.

R/Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.

· Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.

R/ Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.

· Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.

R/Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.


BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Setelah kami menyusun Askep yang berjudul Hipotiroid,kami dapat menyimpulkan definisi dari
Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat
dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada
dibawah nilai optimal. Adapun diagnosa yang muncul Pada kasus Hipotiroid ini yaitu :
* Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

* Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardi

* Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal

* Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kecepatan
metabolisme

* Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun

* Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan.

* Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

B.SARAN

1. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipotiroid diperlukan pengkajian, konsep
dan teori oleh seorang perawat.

2. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien Hipotiroid.

3. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.

DAFTAR PUSTAKA

Flynn RW, McDonald TM, Jung RT, et al. Mortality and vascular outcomes

in patients treated for thyroid dysfunction,


https:/artikesehatan.wordpress.com/gondok/

McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC.

The Management of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists.

Thyroid 2004,90-110

Van Sande J, Parma J, Tonacchera M, Swillens S, Dumont J,Vassart G.

Somatic and clinical in thyroid diseases.2003, 201-220

Anda mungkin juga menyukai