Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah menurut KBBI adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Dalam hal ini yang diberi pelajaran adalah
murid dan yang memberi pelajaran adalah seorang guru. Untuk mengefektifkan kegiatan
belajar mengajar banyak usaha yang dilakukan pihak sekolah. Usaha yang dilakukan ini
diharapkan mampu meningkatkan semangat belajar siswadan juga siswa dapat lebih
berkompetisi untuk memdapatkan nilai yang terbaik.

Semangat belajar dan sikap kompetitif siswa dalam mencapai nilai yang terbaik dapat
ditingkatkan dengan memberi motivasi atau dorongan kepada mereka. Motivasi menurut
Utsman Najati yaitu kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada sesorang dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan pada tujuan-tujuan tertentu, ada tiga
komponen pokok dalam motivasi yaitu menggerakkan, dimana motivasi menimbulkan
kekuatan pada seseorang untuk bertindak sesuatu, yang kedua adalah mengarahkan, motivasi
mengarahkan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu tujuannya, dan motivasi juga
menopang, artinya motivasi menjaga dan menopang tingkah laku, dimana keadaan
lingkungan sekitar individu juga harus menguatkan dorangan dan kekuatan yang ada dalam
individu. ( Sheleh & Wahab, 2005).

Motivasi yang diperlukan siswa sendiri adalah motivasi untuk belajar atau dorongan
dari proses belajar dan tujuan dari belajar adalah mendapatkan manfaat dari proses belajar.
Beberapa siswa mengalami masalah dalam belajar yang berakibat prestasi belajar tidak sesuai
dengan ang diharapkan. Untuk mengatasi masalah yang dialami tersebut perlu ditelusuri
faktor yang mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah motivasi belajar siswa, dimana
motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, serta sangat memberikan pengaruh
besar dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. (Puspitasari, 2012)

Lingkungan kelas juga termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
dan semangat belajar siswa. Pihak sekolah melakukan berbagai inovasi agar lingkungan kelas
dapat mendukung peningkatan semangat belajar siswa. Seringnya, para sekolah menjadikam
ranking paralel sebagai patokan dan juga motovasi belajar. Program yang dilakukan di
SMAN 1 Genteng dalam rangka meningkatkan semangat belajar siswa adalah penempatan
atau pembagian kelas yang didasarkan pada ranking sehingga siswa dapat terkelompok sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.

Dengan mengetahui metode penempatan kelas berdasarkan urutan ranking paralel


diharapkan dapat mengevaluasi kekurangan, memaksimalkan keuntungan, dan menambah
pengetahuan serta juga dapat lebih meningkatkan motivasi dan semanhat belajar siswa. Maka
dari itu penelitian yang berjudul "Keefektifan pembagian kelas berdasarkan rangking paralel
siswa" mampu disusun dan dilaksanakan sesuai tujuan yang telah diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

1
a) Apa tujuan diadakannya pembagian kelas berdasarkan ranking?
b) Bagaimana pengaruh pembagian kelas berdasarkan ranking paralel terhadap semangat
belajar siswa?
c) Bagaimana metode pembagian kelas yang baik agar dapat meningkatkan semangat belajar
siswa?

1.3 Tujuan

a) Mengetahui keefektifan penerapan pembagian kelas berdasarkan urutan ranking


paralel siswa.
b) Mengetahui pengaruh metode pembagian kelas yang diterapkan SMAN 1 Genteng
terhadap siswanya.
c) Mengetahui metode pembagian kelas yang palong efektif untuk diterapkan di SMAN
1 Genteng.

2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siswa dan Prestasi

Siswa merupakan pelajar yang duduk dimeja belajar setrata sekolah dasar maupun
menengah pertama (SMP), sekolah menengah keatas (SMA). Siswa-siswa tersebut belajar
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan untuk mencapai pemahaman ilmu yang telah
didapat didunia pendidikan. Siswa ataupun peserta didik merupakan mereka yang secara
khusus diserahkan oleh kedua orang tua mereka untuk mengikuti pembelajaran yang
diselanggarakan disekolah dengan tujuan agar bisa menjadi manusia yang berilmu
pengetahuan, mempunyai keterampilan, mempunyai pengalaman, memiliki kepribadian serta
berakhlak mulia dan mandiri (Kompas, 1985). Berdasarkan Undang-Undang No. 14
Tahun 2005, secara tegas dinyatakan bahwa siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha
meningkatkan kualitas dirinya dengan proses pendidikan tertentu. Menurut Wikipedia, siswa
merupakan sekelompok anggota dalam masyarakat yang berusaha meningkatkan potensi
yang ada pada diri mereka melalui proses pembelajaran lewat jalur pendidikan. Baik dengan
melalui pendidikan formal ataupun nonfrormal, kepada jenjang pendidikan serta juga jenis
pendidikan tertentu.

Prestasi merupakan indikator penting dari hasil yang diperoleh selama mengikuti
pendidikan. Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai (Tim Penyusun Kamus Pusat
Bahasa dalam Iksan, 2012:11). Prestasi Belajar adalah hasil dari seseorang dalam kegiatan
pembelajaran (Siti Pratini, 2005). Prestasi Akademik adalah perubahan dalam kemampuan
yang disebabkan karena proses belajar, bentuk hasil proses belajar dapat berupa pemecahan
masalah yang dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar (Sobur,
2013:12). Dalam konteks psikologi pendidikan, prestasi dapat diartikan sebagai level spesifik
dari suatu keahlian atau kemampuan spesifik yang dimiliki seseorang, misalnya kemampuan
aritmatika dan kemampuan membaca (Van de Bos dalam Iksan 2012:11).

Salah satu pendukung prestasi siswa disekolah adalah adanya motivasi dalam belajar,
salah satu faktor terbentuknya motivasi belajar adalah sistem pembelajaran di sekolah. Sistem
pembelajaran disekolah pada dasarnya merupakan cara-cara untuk mencapai tujuan
pembelajaran yaitu tercapainya hasil belajar secara maksimal oleh siswa dalam kegiatan
belajar. Suasana belajar dan pembelajaran diarahkan agar siswa dapat mengembangkan

3
potensi dirinya secara maksimal. Guru menjadi pihak yang paling bertanggung jawab dalam
pengelolaan pembelajaran diruang kelas. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
sangat menentukan kondusif atau tidaknya suasana belajar. Kemudain bagaimana guru
menguasai situasi belajar siswa. Guru tidak hanya perlu menguasai materi pelajaran, namun
yang lebih penting adalah mampu menguasai dinamika kelas yang dihuni oleh berbagai sifat
dan watak siswa. Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan oleh guru, tampak jelas bahwa
keterampilan guru dalam mengelola kelas (classroom management) menjadi amat penting.

2.2 Metode Pembagian Kelas

Efektivitas pembelajaran yang kompetitif terkait dengan kelompok belajar atau


pembagian kelas. Siswa yang memiliki nilai tinggi biasanya akan dikelompokkan dalam satu
kelas. Hal ini merupakan suatu paradigma yang masih melekat dalam dunia pendidikan, para
guru menggunakan cara pandang tersebut tersebut untuk mengelompokkan siswa dalam suatu
kelas Menurut Imron (2015:97), pengelompokkan atau grouping adalah penggolongan
peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu
digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini
bisa memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh karena itu, pengelompokkan ini lazim
juga dikenal dengan istilah pengklasifikasian (calssification). Berikut ini beberapa metode
pembagian kelas yang digunakan di SMA Negeri 1 Genteng.

A. Kelas Homogen berdasarkan Nilai Akademik


Kelas yang homogen adalah kelas yang dihuni siswa dengan kemampuan sama
atau tidak jauh beda. Ability grouping merujuk pada suatu bentuk pengelompokkan
yang dilakukan oleh guru, pejabat sekolah, atau pengambil kebijakan yang bertujuan
untuk mengelompokkan siswa kedalam kelas atau sekolah berdasarkan kememapuan
mereka (Cheung & Rudowicz, 2003). Tujuannya yaitu untuk membantu
meningkatkan perkembangan kemampuan siswa baik siswa yang cepat maupun
lambat agar tidak saling mengganggu perkembangan anatara siswa yang berkembang
cepat dan siswa yang berkembang lambat. Hal ini dikarenakan siswa akan mendapat
perlakuan yang berbeda disesuaikan dengan kemampuan kelompok belajar siswa
tersebut. Alat ukur yang lazim untuk mengelompokkan para siswa antara lain adalah
nilai akademik rapor. Dalam hal ini, nilai para siswa akan diurutkan dari nilai

4
tertinggi hingga nilai terendah. Siswa yang tidak mampu mempertahankan prestasi
akademiknya akan digeser ke kelas yang dibawahnya.
 Kelebihan
Menurut Adodo dan Agbaweya (2011)
1) Meningkatkan prestasi siswa
2) Memudahkan guru dalam dalam mengajar dikelas
3) Memudahkan guru untuk mengendgalikan proses pemberian intruksi
4) Memudahkan guru memberikan penguatan kepada siswa yang berprestasi
tinggi dan berprestasi rendah
5) Siswa yang berprestasi rendah merasa lebih nyaman ketika berada bersama
teman-teman yang memiliki kemampuan setara, siswa yang berprestasi
tinggi juga dapat saling menjaga dan mendukung minat mereka
6) Siswa bisa saling menghargai dan berpartisipasi dalam kerja kelompok
antar siswa
7) Membantu guru dalam menyesuaikan bahan dan metode pengajaran yang
sesuai dengan kebutuhsn dan tingkat siswa
8) Pemanfaatan waktu, ruang dan bahan bagi siswa dapat menjadi lebih
optimal
9) Siswa dapat bekerja secara cepat atau lambat sesuai dengan kemampuan
kelas mereka
10) Memenuhi keinginn orang tua bahwa anaknya ingin dikelompokkan
dengan siswa yang memiliki kemampuan setara.
 Kelemahan
Menurut Hornby dan Witte (2014)
1) Menurunkan harapan guru terhadap pencapaian prestasi siswa
2) Siswa dikelas rendah kurang bisa untuk menjadi model untuk
pembelajaran
3) Adanya stigma negatif bagi kelas rendah
4) Menurunkan kemampuan siswa dalam menyampaikan ide pada siswa
dikelas tinggi
5) Orang tua merasa cemas bahwa anak mereka akan salah
dikelompokkan oleh guru

5
6) Kelas yang tinggi biasanya mengalami pengabaian oleh guru, karena
dianggap sudah cukup cerdas
7) Mendorong stratifikasi sosial yang tidak sehat dan kurangnya relasi
sosial diantara kelas tinggi dan rendah
B. Kelas Heterogen
Siswa berkemampuan lebih, sedang, dan rendah dikelompokkan dalam satu
kelas, sehingga kelas menjadi lebih heterogen. Kelas yang beragam membutuhkan
pendekatan pembelajaran yang berbeda dibanding mengajar siswa dengan
kemampuan homogen. Siswa yang berkemampuan lebih biasanya sadar akan tujuan
mereka datang ke sekolah dan memiliki berbekal nilai akademik yang bagus.
Sementara siswa yang berkemampuan rendah kebanyakan memiliki semanat belajar
yang kurang . Jangan sampai pengaruh negatif yang ada pada masing – masing siswa
mempengaruhi siswa lainnya.

 Kelebihan
1) Guru bisa mendapatkkan “asisten” dari siswa yang mempunyai
kemampuan lebih
2) Muncul kebiasaan tolong- menolong sesama siswa, dikarenakan siswa
yang cepat belajar dapat dikondisikan untuk membantu siswa lain yang
lamban belajar
3) Meningkatkan rasa saling memahami, menghormati dan toleransi
4) Mendorong siswa yang lamban belajar untuk maju dan termotivasi
 Kelemahan
1) Siswa yang memiliki kemampuan lebih “dipaksa” untuk menjadi
“asisten guru” yang berperan untuk membantu murid dengan
kemampuan dibawah mereka, sehingga memperlambat proses belajar
mereka
2) Siswa yang berkemampuan kurang dianggap sebagai sumber persoalan
yang memperlambat proses belajar mengajar
3) Timbulnya stigma yang menyebabkan percaya diri hilang dari siswa
yang berkemampuan rendah

6
4) Siswa yan berkemampuan kurang akan sulit mengikuti pelajaran
karena ada temannya yang memiliki kemampuan dapat belajar lebih
cepat

Metode pembagian kelas diatas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa


dalam memahami informasi dan pengetahuan yang didapat secara maksimal. Metode
pembagian kelas masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga guru pun
harus bijak dalam mengaplikasikan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Metode pembagian kelas yang baik adalah pemerataan pemahaman informasi dan
pengetahuan kepada setiap siswa. Para guru harus lebih mengenal kemampuan dan potensi
peserta didiknya. Tentu ini tidak mudah dalam praktiknya. Guru seharusnya membagi siswa
menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok diisi oleh siswa berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. Guru menjadi fasilitator yang baik agar tidak muncul dominasi
kelompok oleh beberapa siswa.

7
BAB 3 METODE PENELITIAN

Dalam penelitan yang berjudul "Keefektifanpembagian kelas berdasarkan ranking


paralel" menggunakan metode penelitian kualitatif atau sering disebut metode penelitian
naturalistik arena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga sebagai
metode etnografi. Penelitian kualitatif dilakukan pada objek alamiah yang ber-kembang apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi
dinamika pada objek tersebut. Penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri.
Menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan luas, sehingga
mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti
menjadi lebih jelas dan bermakna. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiyono (2010:15), menjelaskan bahwa:Metode penelitian kualitatif


merupakan metode penelitian yang berlandas-kan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang. Tipe penelitian
ini berusaha menerangkan fenomena sosial tertentu. Penelitian dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, berdasarkan kriteria pem-bedaan antara lain fungsi akhir dan
pendekatannya.Menurut Singarimbun (1989:4), “penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, misalnya perceraian,
pengangguran, keadaan gizi, preferensi terhadap politik tertentu dan lain-lain”.

Penelitian deskriptif biasanya mempunyai dua tujuan, untuk mengetahui per-


kembangan fisik tertentu dan mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu.
Menurut Sugiono (2013:4-5), mengenai jenis-jenis metode penelitian dapat diklarifikasikan
berdasar tujuan dan tingkat kealamiahan objek yang di teliti. Menurut Sukmadinata (2009:53-
60), penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, presepsi, dan orang
secara individual maupun kelompok.

Sukmadinata (2009:18), menyatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan


mendefinisikan suatu keadaan atau fenomena secara apa adanya. Berdasarkan uraian, maka
sesuai yang sudah disampaikan di awal bahwa jenis penelitian ini meng-gunakan penelitian
kualitatif karena analisis datanya berupa kata-kata tertulis atau lisan dan mempertimbangkan
pendapat orang lain yang bisa disebut dengan narasumber.

8
Daftar Pustaka

https://ejournal.undip.ac.id, diakses pada 23 Januari 2020

https://digilib.uinsby.ac.id, diakses pada 27 Januari 2020

https://www.matrapendidikan.com/2013/09/pentingnya-suasana-belajar-kondusif.html,
diakses pada 3 Februari 2020

http://tetimardiana.blogspot.com/2010/08/pengaruh-sistem-pembagian-kelas-
secara.html?m=1, diakses pada 4 Februari 2020

https://kbbi-web-id.cdn.ampproject.org/v/s/kbbi.web.id/sekolah, diakses pada tanggal 5


Februari 2020

http://etheses.uin-malang.ac.id, diakses pada 5 Februari 2020

https://www.google.com/url?q=http://eprints.ums.ac.id, diakses pda 5 Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai