Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN STUDI KASUS

API DAN ASAP DI BALIK SAMPAH : “MENANGGULANGI ATAU MENYERAH?”

ANALISIS KASUS MASALAH SOSIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

DOSEN :
Nisrina Nurul Insani, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Chiesa Ammar Afghani (2300668)


Gesviana Andriani (2307091)
Laura Barozial Amry Rosyada (2304969)
Nanda Selvitasari (2303860)
Nayla Izzatunnisa A (2304440)
Noviana Putri Utami (2309444)
Yudi Muhamad Fadilah (2310887)
Zaqiya Zulfa Salamah Rahmat (2304361)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
29 NOVEMBER 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. DESKRIPSI KASUS............................................................................................................2
BAB II PENYEBAB KASUS.......................................................................................................3
A. FAKTOR PENYEBAB....................................................................................................3
B. ANALISIS FAKTOR PENYEBAB...................................................................................4
BAB III SOLUSI...........................................................................................................................6
A. IMPLEMENTASI............................................................................................................6
B. EVALUASI........................................................................................................................7
SIMPULAN...................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

Kota Bandung merupakan ibu kota provinsi Jawa Barat yang terletak
140 km sebelah tenggara Jakarta. Pada tahun 1990 kota Bandung menjadi salah
satu kota teraman di dunia berdasarkan survei majalah Time. Kota Bandung
dikenal sebagai kota kembang, karena pada jaman dahulu kota ini dinilai sangat
cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana.
Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Paris Van Java karena
keindahannya.
Sejak dibukanya jalan tol Cipularang, kota Bandung telah menjadi
tujuan utama dalam menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat
yang berasal dari Jakarta maupun kota-kota sekitarnya. Kota Bandung pun
dikenal sebagai kota wisata belanja. Meningkatnya jumlah pengunjung berarti
menambah konsumsi plastik yang tentunya menambah volume sampah plastik.
Permasalahan sampah plastik di Kota Bandung harus disikapi secara serius
mengingat sampah di Kota Bandung jumlahnya makin hari makin banyak,
bahkan kalau disimpan per harinya bisa memenuhi 25 kali lapang sepak
bola.
Permasalahan sampah kota Bandung yang paling fenomenal adalah
longsor di Leuwigajah. Longsor di Leuwigajah Kabupaten Bandung yang
terjadi tahun 2005 menurut Koordiantor Informasi Bencana Alam dan Bantuan
Ir. Senoadji berawal dari ledakan yang diakibatkan oleh gas metana. Gas
metana yang berdekomposisi biasanya menghasilkan panas yang
sangat tinggi ketika tekanan udara datang dari atas sementara bagian sampah di
bawah mengandung bakteri anaerob yaitu bakteri yang tidak bisa bersenyawa
dengan udara. Akibatnya, tekanan udara berbalik ke atas yang hasilnya ledakan
besar mirip bom berkekuatan tinggi.

Dampak selanjutnya akibat longsor di TPA Leuwigajah ini adalah


menumpuknya sampah di Kota Bandung selama beberapa bulan. Tumpukan
sampah yang tidak terkendali ini menyebabkan bau yang kurang sedap dan bibit
penyakit yang bertebaran di sekitar tumpukan sampah. Kampanye ini dibuat

1
2

untuk mengatasi permasalahan kurangnya informasi mengenai cara


penganggulangan sampah di Kota Bandung. Kampanye ini akan
mengkomunikasikan berbagai cara dalam menyikapi sampah melalui 3 langkah,
yaitu : Reduce, Reuse, Recycle. (Homan, D. K. 2013).

A. DESKRIPSI KASUS
Beberapa minggu belakangan ini, kebakaran di TPA Sarimukti menjadi
kasus yang hangat diperbincangkan oleh berbagai kalangan, karena kerugian
yang ditimbulkan atas kejadian tersebut, terutama warga sekitar. Kebakaran ini
menjadi pukulan keras bagi kita sebagai masyarakat umum di kota Bandung.
Karena, tingginya aktivitas di perkotaan berbanding lurus dengan banyaknya
sampah yang dihasilkan. Alhasil, pembuangan sampah tanpa pengolahan
menjadikan ini masalah baru.
TPA Leuwigajah merupakan tempat pembuangan sampah awal atau
utama. Karena kapasitas yang meluap dan sudah tidak mampu menahan
beratnya beban sampah, TPA Sarimukti menjadi tempat pembuangan darurat
untuk menggantikannya. Namun nahas, kapasitas TPA Sarimukti yang hanya
mampu menanggung beban hingga dua juta ton, atas terus bertambahnya
sampah yang masuk ke TPA ini hingga berkali-kali lipat, tahun 2022 bahkan
telah terisi sedikitnya 14 juta ton sampah. Kejadian ini mampu menyita
perhatian pemerintah pusat. Tentunya, karena panorama jalan-jalan di Kota
Bandung berubah menjadi panggung tumpukan sampah yang mengejutkan. Di
mana tumpukan limbahnya menghiasi beberapa ruas jalan dengan serta-merta
dan menciptakan deretan antrean roda sampah yang tidak biasa. (JabarTrust,
2023)
Mengingat Bandung merupakan ibu kota dari provinsi Jawa Barat, hal
ini menjadi hal yang sangat memprihatinkan, memilukan, serta memalukan
apabila tidak ditanggulangi dengan cepat dan benar. Bandung merupakan salah
satu kota yang masih menggunakan ekonomi linier yakni Sumberdaya Produksi
- Konsumsi - Menghasilkan sampah. Dalam hal pengelolaan sampah ini tentu
saja berbeda dengan Negara Denmark yang merupakan negara terbersih di
dunia. Sebagai salah satu contoh yang bisa diambil yaitu pengelolaan sampah
di Kota Bornholm yang menggunakan ekonomi sirkular yakni Produksi -
3

Konsumsi - Menghasilkan sampah – Sumberdaya. (SUARANTB, 2022)


BAB II
PENYEBAB KASUS

A. FAKTOR PENYEBAB
Jika terjadi suatu masalah maka ada penyebab dari munculnya masalah
tersebut, begitupun dengan kasus krisis sampah di Bandung. Kasus ini memiliki
beberapa faktor penyebab hingga terjadinya krisis sampah di Bandung. Upaya
pemerintah di tingkat provinsi,kota, dan kabupaten untuk mengatasi sampah
terus berlanjut. Beragam program untuk membersihkan nama Bandung dari
sebutan “kota sampah” terus dilakukan. Pemandangan kotor di penjuru Kota
Bandung akibat sampah itu menjadi cemoohan warga setempat. Sampai
akhirnya dalam keputusan bersama yang melibatkan instansi terkait,
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengaktifkan kembali dua TPA yang
berada di kawasan Cicabe, Madalajati dan Pasir Impun, Karangpamulang.
Kedua lokasi ini berada di Kecamatan Cicadas (Surakusumah, W. 2008).
Agar masyarakat turut bekerja sama menanggulangi sampah, dibuatlah
sistem darurat sampah oleh pemerintah daerah. Hal itu memotivasi semua
pihak untuk bekerja keras mengatasi persoalan sampah. Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Jawa Barat turut melibatkan para pakar atau ahli lingkungan, Dinas
Kebersihan Kota Bandung, masyarakat, serta seluruh elemen agar terbebas dari
masalah sampah (Surakusumah, W. 2008). Selain itu, penyebab lain dari
adanya krisis sampah ini adalah kurangnya kesiapan masyarakat untuk
melakukan kontribusi dalam mengatasi krisis sampah di daerah tempat
tinggalnya.
Saat membagikan kuesioner yang kami ditujukan untuk masyarakat
umum, dari 113 responden sebanyak 43,4% menyatakan sangat siap untuk
berkontribusi dalam mengatasi krisis sampah sedangkan sisanya menyatakan
tidak siap. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum mempunyai
kesadaran terhadap isu sosial ini. Padahal, kesadaran dan partisipasi aktif
masyarakat salah satu langkah untuk mengatasi hal tersebut ( Aliviyanti, D.,
Kasitowati, R. D., Yona, D., Semedi, B., Rudianto, R., Asadi, M. A., ... &
Dewi, C. S. U. 2022).

4
Selain kurangnya kesiapan dalam mengatasi krisis sampah di

5
6

lingkungannya, kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah juga masih


sangat perlu diperhatikan. Dari 113 responden yang sudah mengisi kuesioner
kami, sebanyak 53 % menyatakan jarang dan bahkan tidak pernah sama sekali
dalam mengelola sampah organik dan non-organik. Seharusnya kesadaran akan
pentingnya pengelolaan sampah perlu diperkuat agar lingkungan hidup dimana
kita tinggal dapat terjaga kelestariannya (Nurcahyo, E., & Ernawati, E. 2019).
Peran dan keterlibatan masyarakat juga menjadi cara yang efektif dalam
pengelolaan dan pengurangan sampah di tempat tinggal mereka.

B. ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


Setelah longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah,
limbah domestik rumah tangga ini menjadi bahan diskusi menarik. Memang,
selain menimbulkan korban jiwa, kerugian material, juga berdampak buruk
pada lingkungan. Sampah ini membuat julukan Kota Kembang berubah
menjadi “kota terkotor”. Bahkan, predikat itu sempat mempermalukan Bumi
Parahiyangan dengan melekatnya sebutan “Bandung Lautan Sampah”.
Kenyataannya, ratusan tempat pembuangan sementara (TPS) yang ada di Kota
Bandung selalu penuh dijejali limbah sampah.
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa volume sampah yang
tidak bisa terangkut pada tahun 2006 mencapai ribuan ton. Jumlah volume
sampah saat ini meningkat dari 17 tahun silam. Saat ini, pemerintah daerah
setempat sedang berupaya mengurangi volume timbunan sampah dengan cara
memberdayakan produsen belatung untuk menyerap sampah organik sekitar
230 ton per hari. Dari kegiatan tersebut, diharapkan volume sampah akan
berkurang 230 ton per hari. Pemkot Bandung akan menggandeng Pusat
Kesenjataan Kavaleri TNI Angkatan Darat untuk memanfaatkan lahan Pusat
Pendidikan Kavaleri di Padalarang sebagai pembuangan sampah sementara.
(Katadata.co.id, 2023)
Menurut dinas lingkungan hidup kota Bandung, sampah kota Bandung
pada tahun 2018 menghasilkan 1.599,93 m3 atau 1. 600,02 ton per hari,
berdasarkan data kota Bandung rincian, sisa makanan 712,17 m3, kayu,
ranting, daun 63,73 m3, plastik 298,72 m3. Adapun sumber- sumber sampah
yang paling banyak yaitu dari pemukiman rumah tangga 1048,90 ton, dan
7

sisanya adalah dari perkantoran, ruang komersial, dan fasilitas umum lainnya.
Penumpukan sampah di kota Bandung pada tiap tahunnya semakin melambung.
Rata-rata timbunan sampah di kota Bandung adalah sebesar 1.500 ton pada
setiap harinya.
Sedangkan untuk permasalahan sampah, kota Bandung mempunyai 160
tempat pembuangan sementara yang terpencar di kota Bandung, akan tetapi
masih belum memiliki tempat pembuangan akhir tetap, yang menyebabkan
dinas lingkungan hidup kota Bandung turut serta saat pembuangan sampah
ke tempat pembuangan sampah ke tempat pembuangan Sarimukti, kab.
Bandung Barat, sudah aktif sejak 2006 serta memiliki luas tanah 25 hektar.
(Cipta Insan Setanggi Pekasih, 2022). Berdasarkan data yang diperoleh Kota
Bandung merupakan salah satu kota besar yang terdapat di Indonesia yang
tidak luput dari adanya permasalahan pengelolaan sampah.

Sampai pada saat ini terdapat 30 TPS yang dinyatakan kelebihan


kapasitas. Hal tersebut tentunya mengganggu kenyamanan masyarakat
sekitar TPS. Hal ini terjadi karena terdapat kendala pada TPA Sarimukti karena
kurangnya alat berat yang digunakan untuk mengangkut sampah sehingga
menghambat penyetoran sampah ke TPA Sarimukti dan sampah mulai
menggunung di beberapa TPS. Akan tetapi, hal tersebut bukan satu-satunya
faktor penyebab terjadinya over capacity. Berdasarkan Kepala Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi,
dengan adanya keterbatasan lahan maka TPS di kota Bandung masih kurang
sehingga belum bisa memadai jumlah volume sampah di kota Bandung. (Muthi
Janatun, 2023)
BAB III
SOLUSI

A. IMPLEMENTASI
Berdasarkan hasil berbagai metode penelitian yang kami lakukan mulai dari
wawancara kepada narasumber, angket, dan studi dokumentasi maka
didapatkan berbagai saran mengenai solusi untuk menyelesaikan krisis sampah
di Kota Bandung. Dari wawancara yang kami lakukan dapat disimpulkan
bahwasanya :
1. Adanya kesadaran dari masyarakat dan dimulai dari diri kita sendiri untuk
mengatasi masalah tersebut, masyarakat juga seharusnya sudah tahu untuk
pengolahan sampah itu bagaimana, seperti reduce, reuse dan recycle.
Seharusnya juga ada seminar di rt rw mengenai pengolahan sampah (R3)
yang di mana itu merupakan hal kecil yang kita bisa lakukan untuk
mengurangi penumpukan sampah. Kita juga bisa memanfaatkan media
sosial untuk memberikan edukasi dan mengajak masyarakat untuk lebih bisa
mengolah sampah dengan baik.
2. Ingin masyarakat lebih sadar akan hal ini, dan untuk kedepannya pemerintah
pun bisa lebih bijak untuk mengolah sampah, yang harus kita cegah juga
bukan hanya dari konsumen tetapi juga dari produsen itu sendiri.
3. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui cara pengelolaan
sampah plastik sehingga banyak yang mengabaikan bahaya sampah
plastik. Selain itu kesadaran masyarakat yang sangat minim sehingga
masih banyaknya sampah plastik. Oleh karena itu, memang sudah
seharusnya ada seminar atau sosialisasi di lingkungan masyarakat di
RT/RW.

Pada akhirnya permasalahan pengelolaan sampah sampai saat ini masih


terus mendapat perhatian dari berbagai pihak. Pertumbuhan jumlah timbunan
sampah tentunya diiringi oleh adanya pertumbuhan penduduk. Apabila
pertumbuhan penduduk semakin pesat maka laju pertumbuhan sampah akan
meningkat secara alami. Pada kota-kota besar pertumbuhan penduduk
merupakan salah satu permasalahan terutama apabila melihat dari timbunan

8
9

sampah yang mempengaruhi berbagai sektor dalam kehidupan masyarakat.


Maka dari itu, permasalahan sampah menjadi permasalahan yang tidak kunjung
usai bagi pemerintah pusat maupun daerah sehingga pemerintah dituntut untuk
mengatasi permasalahan pengelolaan sampah yang sudah menimbulkan
pencemaran lingkungan sehingga menciptakan ketidaknyamanan bagi
masyarakat.

Maka dari itu, sudah seharusnya pemerintah memperhatikan


permasalahan ini dan menganggarkan secara khusus untuk menyelesaikan
permasalahan pengelolaan sampah. Selain itu pengelolaan sampah juga
memiliki kaitan yang erat dengan kebijakan publik yang dikeluarkan
pemerintah. Adanya peraturan yang ketat dan ketegasan dari sikap pemerintah
melalui berbagai regulasi juga tidak selalu berhasil dalam menangani
permasalahan sampah yang kompleks. Hal tersebut dikarenakan penerapan
regulasi yang tidak tegas sehingga masih banyak masyarakat yang tidak taat
akan regulasi tersebut dan masih membuang sampah sembarangan sehingga hal
tersebut mempengaruhi nilai estetika suatu wilayah karena adanya sampah
yang tidak pada tempatnya dan juga bau tidak sedap yang muncul dari sampah-
sampah tersebut.
Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang terdapat di
Indonesia yang tidak luput dari adanya permasalahan pengelolaan sampah.
Sampai pada saat ini terdapat 30 TPS yang dinyatakan kelebihan kapasitas.
Hal tersebut tentunya mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar TPS. Hal
ini terjadi karena terdapat kendala pada TPA Sarimukti karena kurangnya alat
berat yang digunakan untuk mengangkut sampah sehingga menghambat
penyetoran sampah ke TPA Sarimukti dan sampah mulai menggunung di
beberapa TPS. Akan tetapi, hal tersebut bukan satu-satunya faktor penyebab
terjadinya overcapacity. Berdasarkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi, dengan adanya
keterbatasan lahan maka TPS di kota Bandung masih kurang sehingga belum
bisa memadai jumlah volume sampah di kota Bandung. (Janatun, M., Rosiana,
I., Reza, R. K., & Darmawan, I. 2023).

B. EVALUASI
10

Setelah kita mengetahui berbagai solusi diatas, kita tahu bahwa untuk
mencapai Kota Bandung yang bersih dan nyaman, perlu adanya kontribusi dari
setiap lapisan masyarakat dan juga pemerintah. Pemerintah Kota Bandung pun
melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) untuk memperbaiki
serta meningkatkan mengenai efektivitas untuk dapat mengelola sampah di
TPS. Tidak hanya itu, DLHK juga memberikan ruang yang cukup untuk
menampung sampah-sampah supaya tidak berserakan sehingga biaya yang
sudah diberikan dapat digunakan dengan optimal.
Di samping itu, tempat sampah juga tidak tersebar secara merata
banyaknya, masih terdapat beberapa tempat yang masih sedikit terdapat tempat
sampah. Kapasitas perencanaan dan pengembangan Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bandung perlu adanya peningkatan dalam menciptakan inovasi
pada program kegiatan dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung. Perlu
adanya kerja sama pada tingkat kecamatan juga supaya bisa membantu dalam
memecahkan permasalahan sampah di tiap kecamatan. Terakhir, perlunya
peningkatan pada kesadaran masyarakat untuk mematuhi aturan yang sudah
ada.
Evaluasi Implimentasi Kebijakan Pengelolaan Sampah belum berjalan
secara maksimal sehingga masih terdapat permasalahan dalam pengelolaan
sampah kota Bandung. Maka dari itu, perlu dilakukan evaluasi implementasi
kebijakan dalam pengelolaan sampah di kota Bandung. Menurut William Dunn
(20003), evaluasi kebijakan merupakan sebuah proses yang dilaksanakan untuk
memberikan penilaian pada kinerja kebijakan yang dihasilkan setelah kebijakan
tersebut dibuat dan dilaksanakan. Dengan begitu, berdasarkan pengertian
tersebut terdapat beberapa kriteria dalam melaksanakan evaluasi kebijakan
publik, yaitu :
1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Kecukupan (Adequacy)
4. Pemerataan (Equity)
5. Responsivitas (Responsiveness)
6. Ketepatgunaan (Appropriateness)
11

(Janatun, M., Rosiana, I., Reza, R. K., & Darmawan, I. 2023)


SIMPULAN

Tujuan kami melakukan studi kasus ini untuk memberikan beberapa


pandangan, seperti penyebab dan solusi untuk menyelesaikan kasus krisis
sampah di Kota Bandung. masyarakat lebih sadar akan hal ini, dan untuk
kedepannya pemerintah pun bisa lebih bijak untuk mengolah sampah, yang
harus kita cegah juga bukan hanya dari konsumen tetapi juga dari produsen itu
sendiri. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa evaluasi
kebijakan di Kota Bandung belum maksimal karena pengelolaan sampah
masih menjadi isu utama yang perlu diselesaikan oleh pemerintah. Isu ini
sampai menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga menciptakan
ketidaknyamanan bagi masyarakat.
Pada kriteria evaluasi efektivitas, memang adanya peraturan yang ketat
dan tegas dari sikap pemerintah melalui berbagai regulasi, namun tidak berhasil
dikarenakan penerapan regulasi yang tidak tegas sehingga masih. Kemudian
bersambung pada kriteria efisiensi, banyak masyarakat yang tidak taat akan
regulasi tersebut dan masih membuang sampah sembarangan sehingga hal
tersebut mempengaruhi nilai estetika suatu wilayah karena adanya sampah
yang tidak pada tempatnya dan juga bau tidak sedap yang muncul dari sampah-
sampah tersebut. Sementara itu, kriteria kecukupan juga belum dapat
menyelesaikan masalah karena masih ada TPS yang melebihi kapasitas
sehingga mengganggu ketenangan masyarakat di sekitar TPS. Walau
pemerintah menetapkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 9 Tahun 2018
tentang Pengelolaan Sampah, agar evaluasi pengelolaan sampah yang memiliki
tujuan agar kualitas layanan yang diberikan oleh pemerintah dalam mengelola
sampah dapat meningkat sehingga permasalahan sampah di kota Bandung
dapat terselesaikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

SUARANTB. (2022, November 7). TENTANG KITA : SUARANTB.com |


Jendela NTB Untuk Dunia. Diambil kembali dari Situs web Sepintas
Pengelolaan Sampah di Denmark:
https://www.suarantb.com/2022/11/07/sepintas- pengelolaansampah-di-
denmark/
Homan, D. K. (2013). Komunikasi Visual untuk Kampanye Gerakan 3R
(Reduce-Reuce-Recycle) di Bandung. Humaniora, 4(1), 368-376.
Janatun, M., Rosiana, I., Reza, R. K., & Darmawan, I. (2023). Evaluasi
Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kota Bandung.
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia, 2(3).
Katadata.co.id. (2023, Agustus 31). Bencana Sampah bandung, Krisis yang
Terulang 17 Tahun Kemudian. Diambil kembali dari Katadata.co.id:
https://katadata.co.id/ameidyonasution/berita/64f046e62d43d/bencana
sampah-bandung-krisis-yang-terulang-17-tahun-kemudian
Muthi Janatun, I. R. (2023). Evaluasi Implementasi Kebijakan Pengelolaan
Sampah di Kota Bandung. Jurnal Pengabdian Cendikia, 159-166
Cipta Insan Setanggi Pekasih, E. S. (2022). Collaborative Governance dalam
program Kang Pisman. Distingsi : Journal Of Digital Society, 2-14.
Aliviyanti, D., Kasitowati, R. D., Yona, D., Semedi, B., Rudianto, R., Asadi, M.
A., ... & Dewi, C. S. U. (2022). Edukasi Bahaya Sampah Plastik pada
Perairan dan Biota Laut di Sekolah Alam, Pantai Bajulmati,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Abdi Geomedisains, 119-129.
Hutagaol, S. M., Nasution, M. A., & Kadir, A. (2020). Peningkatan Peran Serta
Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di
Kabupaten Pakpak Bharat. Strukturasi: Jurnal Ilmiah Magister
Administrasi Publik, 2(2), 204-216.
Nurcahyo, E., & Ernawati, E. (2019). Peningkatan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Mabulugo, Kabupaten
Buton. Empowerment: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(02).
Surakusumah, W. (2008). Permasalahan sampah Kota Bandung dan alternatif

13
14

solusinya. Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Biologi.

Anda mungkin juga menyukai