Pendidikan Kewarganegaraan
DOSEN :
Nisrina Nurul Insani, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
DAFTAR ISI..................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. DESKRIPSI KASUS............................................................................................................2
BAB II PENYEBAB KASUS.......................................................................................................3
A. FAKTOR PENYEBAB....................................................................................................3
B. ANALISIS FAKTOR PENYEBAB...................................................................................4
BAB III SOLUSI...........................................................................................................................6
A. IMPLEMENTASI............................................................................................................6
B. EVALUASI........................................................................................................................7
SIMPULAN...................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Kota Bandung merupakan ibu kota provinsi Jawa Barat yang terletak
140 km sebelah tenggara Jakarta. Pada tahun 1990 kota Bandung menjadi salah
satu kota teraman di dunia berdasarkan survei majalah Time. Kota Bandung
dikenal sebagai kota kembang, karena pada jaman dahulu kota ini dinilai sangat
cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana.
Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Paris Van Java karena
keindahannya.
Sejak dibukanya jalan tol Cipularang, kota Bandung telah menjadi
tujuan utama dalam menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat
yang berasal dari Jakarta maupun kota-kota sekitarnya. Kota Bandung pun
dikenal sebagai kota wisata belanja. Meningkatnya jumlah pengunjung berarti
menambah konsumsi plastik yang tentunya menambah volume sampah plastik.
Permasalahan sampah plastik di Kota Bandung harus disikapi secara serius
mengingat sampah di Kota Bandung jumlahnya makin hari makin banyak,
bahkan kalau disimpan per harinya bisa memenuhi 25 kali lapang sepak
bola.
Permasalahan sampah kota Bandung yang paling fenomenal adalah
longsor di Leuwigajah. Longsor di Leuwigajah Kabupaten Bandung yang
terjadi tahun 2005 menurut Koordiantor Informasi Bencana Alam dan Bantuan
Ir. Senoadji berawal dari ledakan yang diakibatkan oleh gas metana. Gas
metana yang berdekomposisi biasanya menghasilkan panas yang
sangat tinggi ketika tekanan udara datang dari atas sementara bagian sampah di
bawah mengandung bakteri anaerob yaitu bakteri yang tidak bisa bersenyawa
dengan udara. Akibatnya, tekanan udara berbalik ke atas yang hasilnya ledakan
besar mirip bom berkekuatan tinggi.
1
2
A. DESKRIPSI KASUS
Beberapa minggu belakangan ini, kebakaran di TPA Sarimukti menjadi
kasus yang hangat diperbincangkan oleh berbagai kalangan, karena kerugian
yang ditimbulkan atas kejadian tersebut, terutama warga sekitar. Kebakaran ini
menjadi pukulan keras bagi kita sebagai masyarakat umum di kota Bandung.
Karena, tingginya aktivitas di perkotaan berbanding lurus dengan banyaknya
sampah yang dihasilkan. Alhasil, pembuangan sampah tanpa pengolahan
menjadikan ini masalah baru.
TPA Leuwigajah merupakan tempat pembuangan sampah awal atau
utama. Karena kapasitas yang meluap dan sudah tidak mampu menahan
beratnya beban sampah, TPA Sarimukti menjadi tempat pembuangan darurat
untuk menggantikannya. Namun nahas, kapasitas TPA Sarimukti yang hanya
mampu menanggung beban hingga dua juta ton, atas terus bertambahnya
sampah yang masuk ke TPA ini hingga berkali-kali lipat, tahun 2022 bahkan
telah terisi sedikitnya 14 juta ton sampah. Kejadian ini mampu menyita
perhatian pemerintah pusat. Tentunya, karena panorama jalan-jalan di Kota
Bandung berubah menjadi panggung tumpukan sampah yang mengejutkan. Di
mana tumpukan limbahnya menghiasi beberapa ruas jalan dengan serta-merta
dan menciptakan deretan antrean roda sampah yang tidak biasa. (JabarTrust,
2023)
Mengingat Bandung merupakan ibu kota dari provinsi Jawa Barat, hal
ini menjadi hal yang sangat memprihatinkan, memilukan, serta memalukan
apabila tidak ditanggulangi dengan cepat dan benar. Bandung merupakan salah
satu kota yang masih menggunakan ekonomi linier yakni Sumberdaya Produksi
- Konsumsi - Menghasilkan sampah. Dalam hal pengelolaan sampah ini tentu
saja berbeda dengan Negara Denmark yang merupakan negara terbersih di
dunia. Sebagai salah satu contoh yang bisa diambil yaitu pengelolaan sampah
di Kota Bornholm yang menggunakan ekonomi sirkular yakni Produksi -
3
A. FAKTOR PENYEBAB
Jika terjadi suatu masalah maka ada penyebab dari munculnya masalah
tersebut, begitupun dengan kasus krisis sampah di Bandung. Kasus ini memiliki
beberapa faktor penyebab hingga terjadinya krisis sampah di Bandung. Upaya
pemerintah di tingkat provinsi,kota, dan kabupaten untuk mengatasi sampah
terus berlanjut. Beragam program untuk membersihkan nama Bandung dari
sebutan “kota sampah” terus dilakukan. Pemandangan kotor di penjuru Kota
Bandung akibat sampah itu menjadi cemoohan warga setempat. Sampai
akhirnya dalam keputusan bersama yang melibatkan instansi terkait,
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengaktifkan kembali dua TPA yang
berada di kawasan Cicabe, Madalajati dan Pasir Impun, Karangpamulang.
Kedua lokasi ini berada di Kecamatan Cicadas (Surakusumah, W. 2008).
Agar masyarakat turut bekerja sama menanggulangi sampah, dibuatlah
sistem darurat sampah oleh pemerintah daerah. Hal itu memotivasi semua
pihak untuk bekerja keras mengatasi persoalan sampah. Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Jawa Barat turut melibatkan para pakar atau ahli lingkungan, Dinas
Kebersihan Kota Bandung, masyarakat, serta seluruh elemen agar terbebas dari
masalah sampah (Surakusumah, W. 2008). Selain itu, penyebab lain dari
adanya krisis sampah ini adalah kurangnya kesiapan masyarakat untuk
melakukan kontribusi dalam mengatasi krisis sampah di daerah tempat
tinggalnya.
Saat membagikan kuesioner yang kami ditujukan untuk masyarakat
umum, dari 113 responden sebanyak 43,4% menyatakan sangat siap untuk
berkontribusi dalam mengatasi krisis sampah sedangkan sisanya menyatakan
tidak siap. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat belum mempunyai
kesadaran terhadap isu sosial ini. Padahal, kesadaran dan partisipasi aktif
masyarakat salah satu langkah untuk mengatasi hal tersebut ( Aliviyanti, D.,
Kasitowati, R. D., Yona, D., Semedi, B., Rudianto, R., Asadi, M. A., ... &
Dewi, C. S. U. 2022).
4
Selain kurangnya kesiapan dalam mengatasi krisis sampah di
5
6
sisanya adalah dari perkantoran, ruang komersial, dan fasilitas umum lainnya.
Penumpukan sampah di kota Bandung pada tiap tahunnya semakin melambung.
Rata-rata timbunan sampah di kota Bandung adalah sebesar 1.500 ton pada
setiap harinya.
Sedangkan untuk permasalahan sampah, kota Bandung mempunyai 160
tempat pembuangan sementara yang terpencar di kota Bandung, akan tetapi
masih belum memiliki tempat pembuangan akhir tetap, yang menyebabkan
dinas lingkungan hidup kota Bandung turut serta saat pembuangan sampah
ke tempat pembuangan sampah ke tempat pembuangan Sarimukti, kab.
Bandung Barat, sudah aktif sejak 2006 serta memiliki luas tanah 25 hektar.
(Cipta Insan Setanggi Pekasih, 2022). Berdasarkan data yang diperoleh Kota
Bandung merupakan salah satu kota besar yang terdapat di Indonesia yang
tidak luput dari adanya permasalahan pengelolaan sampah.
A. IMPLEMENTASI
Berdasarkan hasil berbagai metode penelitian yang kami lakukan mulai dari
wawancara kepada narasumber, angket, dan studi dokumentasi maka
didapatkan berbagai saran mengenai solusi untuk menyelesaikan krisis sampah
di Kota Bandung. Dari wawancara yang kami lakukan dapat disimpulkan
bahwasanya :
1. Adanya kesadaran dari masyarakat dan dimulai dari diri kita sendiri untuk
mengatasi masalah tersebut, masyarakat juga seharusnya sudah tahu untuk
pengolahan sampah itu bagaimana, seperti reduce, reuse dan recycle.
Seharusnya juga ada seminar di rt rw mengenai pengolahan sampah (R3)
yang di mana itu merupakan hal kecil yang kita bisa lakukan untuk
mengurangi penumpukan sampah. Kita juga bisa memanfaatkan media
sosial untuk memberikan edukasi dan mengajak masyarakat untuk lebih bisa
mengolah sampah dengan baik.
2. Ingin masyarakat lebih sadar akan hal ini, dan untuk kedepannya pemerintah
pun bisa lebih bijak untuk mengolah sampah, yang harus kita cegah juga
bukan hanya dari konsumen tetapi juga dari produsen itu sendiri.
3. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui cara pengelolaan
sampah plastik sehingga banyak yang mengabaikan bahaya sampah
plastik. Selain itu kesadaran masyarakat yang sangat minim sehingga
masih banyaknya sampah plastik. Oleh karena itu, memang sudah
seharusnya ada seminar atau sosialisasi di lingkungan masyarakat di
RT/RW.
8
9
B. EVALUASI
10
Setelah kita mengetahui berbagai solusi diatas, kita tahu bahwa untuk
mencapai Kota Bandung yang bersih dan nyaman, perlu adanya kontribusi dari
setiap lapisan masyarakat dan juga pemerintah. Pemerintah Kota Bandung pun
melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) untuk memperbaiki
serta meningkatkan mengenai efektivitas untuk dapat mengelola sampah di
TPS. Tidak hanya itu, DLHK juga memberikan ruang yang cukup untuk
menampung sampah-sampah supaya tidak berserakan sehingga biaya yang
sudah diberikan dapat digunakan dengan optimal.
Di samping itu, tempat sampah juga tidak tersebar secara merata
banyaknya, masih terdapat beberapa tempat yang masih sedikit terdapat tempat
sampah. Kapasitas perencanaan dan pengembangan Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bandung perlu adanya peningkatan dalam menciptakan inovasi
pada program kegiatan dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung. Perlu
adanya kerja sama pada tingkat kecamatan juga supaya bisa membantu dalam
memecahkan permasalahan sampah di tiap kecamatan. Terakhir, perlunya
peningkatan pada kesadaran masyarakat untuk mematuhi aturan yang sudah
ada.
Evaluasi Implimentasi Kebijakan Pengelolaan Sampah belum berjalan
secara maksimal sehingga masih terdapat permasalahan dalam pengelolaan
sampah kota Bandung. Maka dari itu, perlu dilakukan evaluasi implementasi
kebijakan dalam pengelolaan sampah di kota Bandung. Menurut William Dunn
(20003), evaluasi kebijakan merupakan sebuah proses yang dilaksanakan untuk
memberikan penilaian pada kinerja kebijakan yang dihasilkan setelah kebijakan
tersebut dibuat dan dilaksanakan. Dengan begitu, berdasarkan pengertian
tersebut terdapat beberapa kriteria dalam melaksanakan evaluasi kebijakan
publik, yaitu :
1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Kecukupan (Adequacy)
4. Pemerataan (Equity)
5. Responsivitas (Responsiveness)
6. Ketepatgunaan (Appropriateness)
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13
14