Anda di halaman 1dari 3

A.

Menganalisis Makna Iman Kepada Qadha dan Qadar Allah swt

1. Pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadar Allah swt

Iman kepada takdir dan ketentuan Allah swt. Bagi semua makhluk-Nya termasuk bagian
dari prinsip dasar agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Keimanan seorang
hamba tidak akan menjadi benar di sisi Allah swt. keimaman seorang hamba tidak akan menjadi
benar di sisi Allah swt. kecuali setelah memahami dan meyakini masalah ini dengan benar.

Secara bahasa qadha adalah hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan dan penciptaan.
Menurut syari’ah islam, qadha adalah ketetapan Allah swt. tentang segala sesuatu yang
berkenaan dengan makhluk, dengan menciptakan (menghidupkan), meniadakan (mematikan),
dan merubah (keadaan mereka) sebelum menciptakannya sejak zaman azali (terdahulu) sesuai
dengan iradah-Nya yang Maha Sempurna.

Sedangkan pengertian qadar secara bahasa adalah akhir atau batas sesuatu, kadar, ukuran,
dan kepastian. Menurut istilah, qadar adalah apa yang Allah swt. takdirkan sejak zaman azali
(terdahulu) berkaitan dengan apa yang akan terjadi pada (semua) makhluk-Nya.

Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi Rahimahullh dalam kitab Al-Irsyad Syarh Lum’atul
I’tiqad Ila Sablir-Rasyad berkata, “Diantara siifat Allah swt. Adalah Allah Maha Berbuat
(Kuasa) apa yang dikehendaki-Nya, tidak ada sesuatupun yang terjadi kecuali dengan kehendak-
Nya, dan tidak ada yang luput dari kehendak-Nya. Tidak ada sesuatupun di ala mini yang lepas
dari takdir-Nya dan semua yang terjadi dengan prngaturan-Nya. Oleh sebab itu, tidak ada
seorang pun yang (mampu) melepaskan diri dari takfir yang ditentukan-Nya dan melampaui
ketentuan yang telah dituliskan-Nya dalam Lauhil Mahfuz. Allah ‘Azza wa Jalla Maha
mengegtahui semua yang dilakukan oleh seluruh makhluk di alam semesta. Seandainya Allah
swt menghendaki semua yang dlakukan oleh seluruh makhluk di alam semesta. Seandainya Allah
swt berkendak menjaga mereka semua, niscaya mereka tidak akan melanggar perintan-Nya, dan
seandainya Allah swt mengkehendaki mereka semua menaati-Nya, niscaya mereka akan
menaati-Nya. Allah lah yangmenciptakan semua makhluk beserta semua perbuatan mereka,
menakdirkan (menetapkan) rezeki dan ajal mereka. Allah lah yang memberikan hidayah
(petunjuk) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan rahmat-Nya dan menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya.

Allah swt berfirman dalam surah Al-Furqan/25 ayat 2 yang artinya

“Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mengambil anak, dan Dia tidak
mengambil sekutu dalam kerajaanNya, dan Dia-lah Yang menciptakan segala sesuatu dan
menyempurnakannya sesuai dengan bentuk ciptaan yang tepat dengan tuntutan hikmahNya tanpa
adanya kekurangan dan kekeliruan.”

Menurut Ahlus sunnah wal jama’ah Qadar Allah adalah rahasia Allah pada penciptaan-Nya.
Mendalami dan mengkaji mengenai itu adalah kesesatan dan muncul persoalan yang timbul
mengenai kehendak dan kebebasan dalam berbuat. Maksudnya adalah apakah manusia
mempunyai kebebasan yang mutlak atau kehendaknya yang bebas dalam melakukan sesuatu
yang dikehendaki atau dia tidak mempunyai kebebasan apa-apa dalam perbuatannya itu. Segala
apa yang dilakukannya adalah mengikuti sepenuhnya akan ketentuan yang telah digariskan Allah
kepadanya sejak zaman azali.
“Ahlussunnah wal Jama’ah yakin bahwa segala kebaikan dan keburukan itu berdasarkan
qadha’ dan qadar Allah, dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada sesuatu
yang keluar dari kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah maha mengetahui sesuatu hal yang akan
terjadi dan yang belum terjadi di masa azali. Allah lah yang menentukan dan mengendaki segala
sesuatunya terjadi. Dan dibalik hal yang telah ditentukannya itu pasti ada hikmahnya. Dia
mengetahui takdir seluruh hamba-Nya, mengetahui tentang rizki, ajal, amal dan yang lainnya.
Dapat disimpulkan, qadar adalah perkara yang telah diketahui dan telah dituliskan oleh Allah
dari hal-hal yang akan terjadi hingga akhir zaman nanti.” (Abdullah bin Abdil Hamid al-Atsari,
Panduan Akidah Lengkap, (Bogor : Pustaka Ibnu Katsir, 2005), 95.

“Ahlussunnah Wal Jamaah juga berkeyakinan bahwa qadar itu adalah rahasia Allah dalam
penciptaan-Nya, tidak ada yang mengetahui sekalipun malaikat yang dekat dengan Allah dan
nabi yang diutus oleh Allah. Mendalami dan mengkaji mengenai hal itu adalah kesesatan, karena
Allah SWT. menutup ilmu tentang qadar dari makluknya, dan melarang mereka untuk
membahasnya.” (Nur Hidayat, Akidah Akhlak dan Pembelajarannya, (Yogyakarta :Penerbit
Ombak, 2015), 120.

Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa qadha’ dan qadar adalah satu kesatuan dimana
qadha’ merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah disusun, dan qadar
merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk direalisasikan kepada kehidupan
nyata ini.

Beriman kepada qadha dan qadar Allah swt memiliki kedudukan sebagai rukun iman
yang keenam, setelah beriman kepada hari Akhir (kiamat). Umat islam wajib meyakini qadha
dan qadar Allah swt.

Setiap makhluk Allah swt memiliki qadha dan qadar masing-masing, antara makhluk
yang satu dengan yang lain berbeda, tidak ada yang mengetahui qadha dan qadar, hanya Allah
swt. Yang maha mengetahui terhadap semua qadha makhluk-Nya. Manusia hanya mengetahui
takdir seseorang, karna sifat takdir adalah sesuatu yang sudah terjadi. Menurut imama hajar al-
asqalani, para ulama mengartikan qadha adalah ketetuan yang bersifat umum dan global sejak
zaman azali (terdahulu), sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian-perician dari
ketentuan tersebut.

Dengan demikian, qadha adalah sesuatu yang berkaitan dengan makhluk Allah swt dan
belum pernah terjadi. Sifatnya masih berupa tulisan yang berada di dalam Lahuz Mahfuz,
sedangkan qadar adalah sesuatu yang berkaitan dengan makhluk Allah swt dan sudah terjadi,
sehingga dapat diketahui manusia.
Setiap makhluk tidak akan terlepas dari qadha dan qadar Allah swt yang telah berlaku
semenjak ruh dimasukkan ke dalam jasad. Hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi Muhammad
saw berikut.

‫سو ُل هللا صلَّى‬ ُ ‫ َحدَّثَنَا َر‬:‫الرحمن َع ْب ِد هللاِ ب ِْن َم ْسعُو ٍد رضى هللا عنه قَا َل‬ ِ ‫َع ْن أَبي َع ْب ِد‬
َ‫ط ِن أ ُ ِ ِّم ِه أ َ ْربَ ِعيْن‬ ْ َ‫ (( ِإ َّن أ َ َحدَآ ُ ْم یُ ْج َم ُع خ َْلقُهُ فِي ب‬:‫صد ُْو ُق‬ ْ ‫ِق ْال َم‬ ُ ‫صاد‬ َّ ‫سلَّ َم وهو ال‬ َ ‫هللا علي ِه و‬
ُ‫س ُل ِإلَ ْي ِه ال َملَك‬ َ ‫ ث ُ َّم یُ ْر‬،‫ضغَةً ِمثْ َل ذَ ِل َك‬ ْ ‫ ث ُ َّم یَ ُك ْو ُن ُم‬،‫ ث ُ َّم یَ ُك ْو ُن َعلَقَةً ِمثْ َل ذَ ِل َك‬،ً‫طفَة‬ ْ ُ‫یَ ْو ًم ا ن‬
.‫س ِعيْد‬ َ ‫ي أ َ ْو‬ َ ‫ب ِر ْزقِ ِه َوأ َ َج ِل ِه َو َع َم ِل ِه َو‬
ٌّ ‫ش ِق‬ ِ ْ‫الر ْو َح َویُؤْ َم ُر ِبأ َ ْربَعِ آ َ ِل َماتٍ؛ ِب َكت‬ُّ ‫فَيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه‬
َّ‫فَ َوهللاِ الَّذِي ال إل هَ َغي ُْرهُ ِإ َّن أ َ َحدَآ ُ ْم لَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل أ َ ْه ِل اْل َجنَّ ِة َحتَّى َما یَ ُك ْونَ بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ َها إِال‬
‫ َوإِ َّن أ َ َحدَآ ُ ْم لَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل‬.‫ار فَيَ ْد ُخلُ َها‬ ِ َّ‫ب فَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل أ َ ْه ِل الن‬ُ َ ‫ذ َِراع فَيَ ْسبِ ُق َعلَ ْي ِه ْالكتِا‬
‫اب فَيَ ْع َم ُل بِعَ َم ِل أ َ ْه ِل‬ ُ َ ‫ار َحت َّى َما یَ ُك ْونَ بَيْنَ هُ َوبَ ْينَ َها إِالَّ ذ َِراع فَيَ ْسبِ ُق َعلَ ْي ِه ال ِكت‬ ِ َّ‫أ َ ْه ِل الن‬
‫ رواه البخاري ومسلم‬.)) ‫اْل َجنَّ ِة فَيَ ْد ُخلُ َها‬
Artinya:

“Daripada Abu Abdul Rahman Abdullah ibn Mas'ud, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda
dan Baginda adalah seorang yang benar lagi dibenarkan (iaitu dipercayai): “Sesungguhnya setiap
orang di kalangan kamu dihimpunkan kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berupa air
mani, kemudian menjadi segumpal darah selama tempoh yang sama, kemudian menjadi seketul
daging selama tempoh yang sama, kemudian dikirimkan kepadanya seorang malaikat lalu dia
menghembuskan padanya roh dan dia diperintahkan dengan empat kalimat iaitu supaya menulis
rezekinya, ajalnya, amalannya dan adakah dia celaka atau bahagia. Demi Allah Yang Tiada
Tuhan melainkan-Nya, sesungguhnya salah seorang dari kalangan kamu akan beramal dengan
amalan ahli syurga, sehingga jarak antaranya dan syurga tidak lebih dari sehasta, lalu dia
didahului oleh ketentuan tulisan kitab lantas dia mengerjakan amalan ahli neraka lalu dia
memasuki neraka. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalangan kamu akan beramal dengan
amalan ahli neraka, sehingga jarak antaranya dengan neraka tidak lebih dari sehasta, lalu dia
didahului oleh ketentuan tulisan kitab lantas dia mengerjakan amalan ahli syurga lalu dia
memasuki syurga.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Anda mungkin juga menyukai