PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga
atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang
maha esa (UU pernikahan No.1 tahun 1974).
Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum
agamanya masing-masing dan kepercayaannya (pasal 2 ayat 1) dan tiap-
tiap pernikahan dicatat menurut peraturan perundangan yang berlaku
(pasal 2 ayat 2). Pernikahan menciptakan hubungan keluarga antara
suami-istri dan anak serta orang tua agar tercapai kehidupan aman,
tentram, (sakinah), pergaulan yang saling mencintai (mawaddah) dan
saling menyantuni (rahmah) (Tri wiji lestari.dkk, 2013).
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia
yang terlalu muda. Usia muda artinya, usia yang belum matang secara
medis dan psikologinya. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah
20-35 tahun dan 25-40 tahun untuk pria. Penyebab terjadinya
pernikahan dini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, di antaranya
adalah rendahnya tingkat pendidikan mereka yang mempengaruhi pola
pikir mereka dalam memahami dan mengerti hakikat dan tujuan
pernikahan serta orang tua yang memiliki ketakutan bahwa anaknya
akan menjadi perawan tua. Pernikahan dini bisa terjadi karena keinginan
mereka untuk segera merealisasikan ikatan hubungan kekeluargaan
antara kerabat mempelai laki-laki dan kerabat mempelai perempuan.
Faktor ekonomi lebih banyak dilakukan dari keluarga miskin dengan
alasan dapat mengurangi beban tanggungan dari orang tua. Daerah di
Indonesia, masih terdapat beberapa pemahaman tentang perjodohan,
anak perempuan sejak kecil telah dijodohkan orang tuanya dan akan
1
segera dinikahkan setelah anak tersebut mengalami masa menstruasi.
Padahal umumnya perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun, maka
dapat dipastikan jauh di bawah batas usia minimum sebuah pernikahan
yang ideal. Pemahaman agama menurut sebagian masyarakat
menganggap bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis
telah terjadi pelanggaran agama dan merupakan suatu perzinaan, oleh
karena itu sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan segera
menikahkan anaknya. Idealnya usia pernikahan untuk perempuan adalah
minimal 20 tahun. Secara psikologis, sudah stabil dalam menyikapi
banyak hal, dan ini berpengaruh dalam perkawinan. Wanita yang masih
berumur kurang dari 20 tahun cenderung belum siap karena kebanyakan
diantara mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan pendidikan
yang baik dan bersenang-senang. Laki-laki minimal 25 tahun, karena
laki-laki pada usia tersebut kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat,
sehingga mampu menopang kehidupan keluarga untuk melindungi baik
secara psikis emosional, ekonomi dan sosial. Hasil survey di beberapa
Negara menunjukkan bahwa pernikahan muda menjadi kecenderungan
di berbagai negara berkembang. Berdasarkan United Nations
Development Economic and Social Affairs (UNDESA), Indonesia
merupakan negara ke-37 dengan jumlah pernikahan dini terbanyak di
dunia. Hasil data Riskesdas 2010 menunjukkan 41,9% usia menikah
pertama di Indonesia adalah 15-19 tahun dan 4,8% usia 10-14 tahun
sudah menikah. Hal itu menempatkan Indonesia termasuk negara
dengan persentase pernikahan muda tinggi di dunia (rangking 37) dan
tertinggi kedua di ASEAN setelah di Kamboja (Kemenkes, 2010).
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa saja dampak dari pernikahan dini dan
pernikahan tua.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
2. Keluarga
a. Social ekonomi
b. Tinggkat pendidikan keluarga
c. Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga
d. Kemampuan yang dimiiki dalam menghadapi problema para
remaja.
3. Masyarakat dan lingkungan
a. Faktor lingkungan adat istiadat
b. Pandangan dan kepercayaan
c. Penyalah gunaan wewenang atau kekuasaan
d. Tingkat pendidikan masyarakat
e. Tingkat social ekonomi masyarakat
f. Tingkat pendidikan kesehatan
g. Perubahan nilai
h. Peraturan perundangan
5
c. Mendorong peningkatan peristiwa pengguguran
3. Terhadap keluarga
a. Menimbulkan perkawinan yang tidak lestari dengan berbagai
akibat ikatan.
b. Menjadi penyebab sulitnya meningkatkan pendapatan keluarga.
c. Menjadi penyebab tidak sempurnanya pendidikan dan
pengasuhan anak serta anggota keluarga yang dimiliki.
4. Terhadap individu
a. Terhambatnya kelanjutan pendidikan.
b. Tidak sempurnanya fungsi sebagai ibu dan/istri.
c. Dapat menimbulkan perasaan kurang aman, malu, atau frustasi.
d. Terganggunya status kesehatan yang dapat berujung pada
kematian.
6
c. Kelainan letak (sunsang).
Hal ini merupakan dampak dari panggul ibu yang sempit.
d. Abortus.
Abortus dapat terjadi secara sengaja (diinginkan oleh
pasangan muda) atau secara tidak sengaja akibat terkejut, cemas,
dan stress.
e. Ketuban pecah dini (KPD)
Kondisi ini disebabkan karena panggul sempit dan kelainan
letak janin.
f. Plasenta previa
g. Toksemia gravidarum.
2. Dampak selam persalinan
a. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun berisiko lebih tinggi
menjalani persalinan dengan persalinan buatan.
b. Persalinan lama.
Hal ini terjadi karena sang ibu belum siap hamil dan
melahirkan sehingga menimbulkan rasa cemas pada diri sang ibu
sendiri. Kondisi ini juga sering disebabkan karena kelainan letak
janin, kelaianan pangul dan lain-lain.
c. Bayi premature dan BBLR.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama Rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan.
Ibu yang hamil usia muda biasanya kurang memiliki pengetahuan
mengenai gizi sehingga akan berakibat kekuragan berbagai zat
yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan
mengakibatkan tingginya kelahiran premature dan BBLR.
3. Dampak selama masa nifas.
Salah satu dampak selama masa nifas pada ibu yang
melahirkan pada usia muda adalah infeksi peurperalis. Infeksi
peurperalis adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai kuman
7
yang masuk ke alat genetalia ibu pada waktu persalinan dan nifas.
Kondisi ini disebabkan karena status social ekonomi yang buruk,
nutrisi yang buruk, partus lama terutama akibat ketuban pecah dini,
dan lain sebagainya
8
F. Pengertian Pernikahan Tua
Pernikahan usia tua adalah perkawinan yang dilakukan bila
perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
9
H. Kelebihan pernikahan usia tua:
1. Kematangan fisik.
Secara fisik karena usia yang sudah tua maka alat – alat
reproduksi mereka sudah siap atau sudah matang jika terjadi
adanya pembuahan, namun hal ini juga menjadi sebuah dilemma
tersendiri dimana semakin tua usia seseorang maka secara fisik
mereka juga akan mengalami perubahan-perubahan fisiologis.
2. Kematangan psikologis.
Diawal telah dibahas bahwa secara psikologis seorang
anak remaja dan dewasa memiliki tingkatan yang berbeda
sehingga hal ini bisa menjadi modal dasar untuk membangun
sebuah keluarga karena mereka sudah siap dengan perkawinan
itu sendiri.
3. Social
4. Financial sehingga harapan membentuk keluarga sejahtera
berkualitas terbentang.
10
J. Pencegahan pernikahan lanjut usia:
1. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduksi sehat.
2. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak
mendukung.
3. Meningkatkan kegiatan sosialisasi.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
D. Saran
Jadi menikah pada usia tua dan usia muda dapat menyebabkan
dampak-dampak negatif, sehingga menggangu keharmonisan keluarga
dan berpengaruh pada kesehatan reproduksi yang dapat mempengaruhi
keturunan. Sebaiknya, pernikahan dilakukan pada usia yang ideal,
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak kita inginkan.
13
DAFTAR PUSAKA
Mudjid Abdul, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih, Jakarta, Cetakan Ke-9, Mei 2013
Doi Abdurahman I, Perkawinan Dalam Syariat Islam, Alih Bahas: H.
Basri Iba Asgha, H. Cuadi Musturi, Cet Ke-1, Jakarta Rineka
Cipta.1992.
14