Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

SISTEM PETERNAKAN LAHAN KERING

OLEH :
SAMSON D. APLOEGI (1805030158)

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS PETERNAKAN

2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan tentang ‘’Berbagai jenis tanaman
pakan dan ternak yang dapat hidup di lahan kering’’ ini dengan dengan baik. Penulis juga
berterima kasih kepada Bapak Ibu Dosen mata Kuliah Sisitem Peternakan Lahan Kering dan
kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tetapi kami menyadari banyak sekali
kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat dibutuhkan.

Kupang, Februari 2020

Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul ........................................................................................................................................ 1
Kata Pengantar ........................................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 5
2.1 Hijauan Pakan Lahan Kering ........................................................................................................ 5
2.2 Tenak Lahan Kering ..................................................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
3.1. Rumput......................................................................................................................................... 6
3.2. Leguminosa .................................................................................................................................. 7
3.3. Identifikasi Ternak Sapi Yang Bertahan Hidup Dilahan Kering ................................................. 9
BAB IV ................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
4.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 11
4.2.Saran ........................................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nusa Tenggara Timur dikenal sebagai daerah yang memiliki Lahan Kering yang cukup
besar yaitu sekitar 90 %, NTT yang merupakan daerah yang kepulauan dengan curah hujan
yang rendah dikenal juga sebagai daerah yang tandus, namun dengan lahan kering yang
begitu luas NTT mempunyai potensi yang sangat besar dalam bidang peternakan, berbagai
macam jenis tanaman pakan dapat kita temui di daerah NTT, hal ini sangat berguna bagi
kebutuhan produksi ternak. NTT juga dikenal sebagai penghasil ternak yang baik, walaupun
NTT dikenal sebagai daerah yang tandus namun banyak daerah yang memilih untuk membeli
ternak dari NTT karena dikenal memiliki kualitas yang baik. Banyak sekali varietas tanaman
pakan yang dapat di jumpai di daerah ini baik Itu Hijauan rumput dan leguminosa, dan semua
itu dapat tumbuh dengan baik di daerah lahan kering, begitu juga ternak banyak macam jenis
ternak yang hidup di daerah lahan kering seperti NTT ini, Namun dari semua itu masyarakat
NTT masih banyak yang belum sadar akan semua potensi tersebut, banyak masyarakat yang
enggan untuk menerima teknologi baru baik itu dalam pegolahan pakan maupu dalam usaha
ternaknya sendiri sehingga ketersediaan pakan masih menjadi masalah utama di daerah ini,
bnayak juga masyarakat yang memeliha ternak sebagai usaha sampingan, atau hanya sebagai
tabungan. Oleh karena itu masih banyak tugas yang masih harus diselesaikan oleh pemerintah
untuk memberikan penyuluhan peternakan tentang potensi lahan kering yang sangat banyak
bagi Nusa tenggara timur.

1.2 Tujuan

Penulisan laporan ini bertujuan agar kita dapat mengetahui berbagai jenis tanaman pakan
yang dapat hidup di daerah lahan kering seperti NTT baik itu hijauan rumput maupun
leguminosa dan juga untuk mengetahui jenis ternak apa saja yang dapat bertahan hidup di
daerah lahan kering.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hijauan Pakan Lahan Kering


Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan pakan ternak rumansia. Secara
umum bahan pakan adalah segala sesuatu yangdapat dimakan oleh hewan atau ternak,
dapatdicerna sebagian atau seluruhnya tanpamengganggu kesehatan ternak yangmemakannya
(TILLMAN et al., 1983). MenurutHARIS et al., dan MC DOWELL et al., dalamUTOMO
(1999) mengemukakan bahwa pakanternak berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimia,
serta penggunaannya secara internasional dibagi menjadi delapan kelas yaitu: 1) pasture,
tanaman padangan, atau tanaman pakan ternak yang sengaja ditanam untuk diberikan pada
ternak dalam keadaan segar, 2) hijauan kering dan jerami, 3) silase hijauan , 4) bahan pakan
sumber energi dari biji-bijian atau hasil samping penggilingan, 5)sumber protein yang berasal
dari hewan, biji bijian,bungkil, 6) sumber mineral, 7) sumber vitamin dan 8) aditif.
Peternak di lahan kering umumnya melakukan budidaya tanaman pakan hanya sebagai
tanaman penguat teras atau hanya ditanam di pematang. Pada kondisi lahan kering yang
umumnya berlereng dan rawan erosi, penanaman hijauan pakan bukan sematamatauntuk
menghasilkan hijauan, tetapi juga dimaksudkan untuk mengstabilkan teras dan mencegah
erosi. Beberapa hasil penelitian didaerah aliran sungai menunjukkan bahwa usaha pemenuhan
hijauan pakan dengan penanaman rumput di bibir teras sebagai upaya pemeliharaan teras
ternyata berdampak positif terhadap sistem produksi pakan ternak(SUBIHARTA et al., 1989)
selain dapat menekanerosi hingga 86,7% (SEMBIRING et al., 1990), sehingga tanaman
pakan ini diharapkan dapat dwifungsi, atau dapat memberikan tambahanlain selain hijauan
pakan.

2.2 Tenak Lahan Kering

Upaya pengembangan peternakan di NTT dilakukan dengan pola intensifikasi dan


ekstensifikasi. Pola intensifikasi dilaksanakan Pola pemeliharaan ternak secara ekstensif,
yang banyak dilakukan, dimaksudkan agar petani dapat memanfaatkan lokasi yang ditumbuhi
semak belukar dan alang-alang serta lahan yang tidak produktif bagi pertanian, untuk
digunakan sebagai padang pengembalaan. Dalam kenyataannya pola pemeliharaan yang
dilakukan petani, dengan melepaskan ternaknya secara bebas, telah membawa permasalahan
tersendiri dalam budidaya tanaman, terutama tanaman pangan dan hortikultura. Keberadaan
ternak cenderung bersifat kompetitif terhadap tanaman pangan dan hortikultura, dan pada
beberapa kasus kehadiran ternak sudah dirasakan sebagai pengganggu oleh petani. Sehingga
bila petani akan mengusahakan budidaya tanaman, upaya pertama yang dilakukan adalah
pembuatan pagar yang merupakan pekerjaan tambahan yang sebenarnya tidak perlu
dilakukan. Dari gambaran di atas terlihat bahwa pengembangan ternak belum sepenuhnya
dapat saling menunjang dengan pengembangan budidaya tanaman pangan dan hortikultura,
yang merupakan tumpuan utama penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan
rata-rata pemilikan ternak oleh penduduk yang masih rendah, khususnya ruminansia besar
dan kuda (3 ekor/KK), dan pada beberapa kasus ternak yang dimiliki hanya digunakan untuk
membantu mengolah tanah dan sebagai tabungan petani, menjadi suatu ironi bila keberadaan
ternak justru dirasakan sebagai pengganggu tanaman oleh petani.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Rumput
Hasil identifikasi tanaman rumput sebagai berikut:

 Rumput Gajah ( penisetum purpureum)


Rumput gajah banyak dimanfaatkan pada bidang peternakan yaitu sebagai pakan
ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Umumnya rumput gajah yang digunakan diindonesia
adalah rumput yang tumbuh secara liar. Namun untuk peternakan yang relatif besar maka
rumput yang digunakan adalah rumput yang sengaja ditanaman atau dipelihara secara
khusus. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Rumput-rumputan
dipilih karena merupakan tanaman yang produktifitasnya tinggi dan memiliki sifat yang
dapat memperbaiki kondisi tanah
 Ciri-ciri Rumput Gajah.

 Tumbuh dengan cara berumpun dengan perakaran serabut.


 Tinggi batang 3-4,5 meter tebal dan keras.
 Daun berbulu pendek dan berujung runcing.
 Panjang daun 16-90 dan lebar 8-35 cm.
 berbunga seperti es lilin.
 Jika dipotong dapat tumbuh lagi.

 Rumpu Raja (king grass)


Yang sering juga disebut rumput kalanjana (kolonjono) berasal dari Afrikasi Selatan.
Rumput ini hasil kawin silang antara rumput gajah dengan rumput pennisetum tydoides
Burn. Sehingga rumput raja mirip dengan rumput gajah. Namun rumput raja memiliki
keunggulan yaitu mudah ditanam, dapat tumbuh di daerah yang memiliki ketinggian hingga
1500 meter dpl. Yang paling penting adalah produksi rumputnya lebih tinggi dibanding
rumput gajah.
 Ciri-ciri Rumput Raja

 Berasal dari bibit unggul


 Tumbuh tegak dan berumpun mencapai 4 meter
 Batang tebal dan keras serta berbulu halus
 Produksi tinggi mencapai 40 ton rumput segar/hektar
 Jika dipotong akan tumbuh lagi.
 Rumput Setaria (Setaria sphacelata)
Merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kualitas yang baik untuk hijauan
pakan ternak, hal ini apabila dilihat dari tingkat pertumbuhan, produktifitas hasil panen
maupun nutrisi yang terkandung didalamnya. Rumput ini berasal dari kawasan-kawasan
tropika dan subtropika Afrika, kemudian dibawa ke Asia dan Australia dan diperkenalkan ke
daerah-daerah tropika didunia. Penanaman dan pembiakan rumput ini dapat dilakukan
dengan pols (sobekan rumpun) dan menggunakan biji
 Ciri-ciri Rumput Setaria.

 Rumput setaria tumbuh tegak dan berumpun lebat.


 Batang tegak tidak memiliki bulu dan memiliki 5-6 buku-buku.
 Batang pada rumput ini berwarna kemerahan.
 Daunnya lunak dan lembut.
 Pada bagian pelepah daun memiliki bentuk gepeng dan memanjang dengan warna
hijau muda hingga tua.

3.2. Leguminosa

Hasil identifikasi tanaman leguminosa yang ada di NTT sebagai berikut:

 Gamal (Pennisetum purpureum)

Gamal memang merupakan salah satu tanaman yang multi guna. Khusus sebagai pakan
ternak hewan ruminansia terutama sapi, Gamal adalah kombinasi dan partner yang baik bagi
rumput gajah (Pennisetum purpureum). Penanaman dapat dilakukan secara berselang seling
baris dengan rumput Gajah dengan metoda alley cropping atau ditanam memanjang sebagai
pagar hidup. Dengan cara ini manfaat yang diperoleh dapat berlipat ganda. Selain pupuk
hijau, penahan angin juga sebagai bank protein bagi ternak ruminansia.

 Cirri-ciri Gamal.
 Batang tanaman gamal adalah tunggal atau bercabang
 Batang tegak lurus
 Kulit batang coklat keabu-abuan
 Daun majemuk menyirip panjang 19-30 cm, terdiri 7-17 helai daun
 Helai daun berhadapan, panjang 4-8 cm dengan ujung runcing, jarang yang bulat.
 Turi (sesbania glandiflora)

Daun turi merupakan hijauan makanan ternak yang kaya akan kandungan protein
kasar. Komposisi zat gizi daun turi terdiri atas; protein kasar 27,3%, energi kasar 4.825
kkal/kg, SDN 24,4%, lignin 2,7%, abu 7,5%, Ca 1,5% dan P 0,4%.
Salah satu kendala penggunaan daun turi sebagai pakan ternak adalah rendahnya produksi
biomass dan tidak tahan terhadap pemangkasan. produksi daun turi pada musim kemarau (1,7
kg/pohon/3-4 bulan) dan musim hujan (4,1 kg/pohon/2-3 bulan). Akan tetapi, turi relatif
tahan terhadap kekeringan sehingga sangat bermanfaat sebagai sumber pakan kambing pada
musim kemarau. Pada musim kemarau, dimana rumput sangat sulit didapatkan, turi masih
tumbuh subur dan berproduksi dengan baik. Pemetikan daun turi tidak dilakukan secara total,
namun dipetik sebagian besar daunnya dan menyisakan daun pada pucuknya agar pohon turi
tidak mati.

 Cirri-ciri Turi
Majemuk dan tersebar, memiliki daun penumpu, anak daun bentknya jorong
memanjang, rata dan menyirip genap. Besar apabila mekar berbentuk seperti kupu-
kupu, warnanya ada yang merah dan ada yang putih

 Lamtoro (Leucaena leucocephala)


termasuk jenis pohon legum yang bersifat perennial dengan perakaranyang dalam.
Dapat tumbuh dengan baik pada daerah kering Pertumbuhannya relatif cepat, tahan terhadap
pemangkasan yang berulang-ulang. Manfaat Lamtoro Daun, ranting muda, bunga, buah,
bahkan bijinya merupakan bahan baku pakan ternak yang bermutu tinggi. Tanaman ini juga
sering digunakan sebagai tanaman pelindung, pagar hidup dan kayunya sangat baik serta
potensial sebagai sumber kayu bangunan. Tanda dan sifat lamtoro berdaun dan berbiji
banyak, berbiji polong, bunga bulat, tumbuh tinggi, cepat dipanen dan menyuburkan tanah.
Pemotongan/pemanenan pada tahun pertama dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan
 Cirri-ciri lamtoro
 Pohon lamtoro memiliki tinggi hingga 20 meter meski kebanyakannya sekitar 2-10 M
 Daun lamtoro berbentuk mejemuk dan berbentuk menyirrip rangkap,siripnya
berjumlah 3-10 pasang
 Buahnya polong berbentuk pita lurus ,pipih dan tipis,14-26 cm x 2 cm,buah lamtoro
mengandung 15-30 biji

3.3. Identifikasi Ternak Sapi Yang Bertahan Hidup Dilahan Kering

 Sapi bali

Dinamakan Sapi Bali karena memang penyebaran populasi bangsa sapi ini terdapat di
pulau bali. Sapi bali (Bos sondaicus) adalah salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia,
yang merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) dan telah mengalami proses
domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM, sapi bali asli mempunyai bentuk dan
karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang
kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi bali bukan satu
subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah
famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi
masih termasuk genus bos.

 Ciri ciri Sapi Bali


 Warna bulunya pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis kelaminnya
 Kaki di bawah persendian telapak kaki depan (articulatio carpo metacarpeae)
dan persendian telapak kaki belakang (articulatio tarco metatarseae) berwarna
putih
 Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang.
 Badan padat dengan dada yang dalam.
 Tidak berpunuk dan seolah-olah tidak bergelambir
 Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau.
 Pada tengah-tengah (median) punggungnya selalu ditemukan bulu hitam
membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
 Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam
 Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk
jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam
 Sapi Ongole
Sapi Ongole adalah Sapi yang asalnya dari Negeri India dan masih tergolong jenis
sapi zebu atau sapi berpunuk. Banyak dibiakkan oleh para peternak pulau Sumba secara
alami, dengan demikian sapi ini juga dikenal dengan nama Sapi PO
 ciri ciri sapi ongol

 Warna bulunya bervariasi, tetapi kebanyakan berwarna putih atau putih keabu-abuan
 Warna bulu putih abu-abu baru muncul ketika lepas sapih
 Pada jantan kadang dijumpai bercak-bercak berwarna hitam pada lututnya
 Mata besar dan terang
 Bulu sekitar mata berwarna hitam
 Bulu jambul ekor berwarna hitam
 Bentuk kepala pendek melengkung
 Telinga panjang dan menggantung
 Perut agak besar
 Bergelambir longgar dan menggantung
 Punuk besar
 Leher Pendek
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Lahan kering mempuanyai banyak sekali potensi dalam bidang peternakan, potensi
yang sangat penting yaitu lewat tanaman pakan, baik itu hijauan rumput maupun leguminosa
banyak varietas tanaman pakan yang dapat tumbuh di daerah lahan keringn tinggal
bagaimana peternak dapat memanfaatkan potensi tersebut sebagai penunjang kebutuhan
produksi ternak.

4.2.Saran

Peternak di lahan kering harus lebih sadar atau paham akan potensi yang begitu besar
yang ada di daerah lahan kering sehingga usaha yang dijalankan lebih berkembang.
Daftar Pustaka

Irianto, G., P. Perez & T. Prasetyo. 1999. Pengelolaan Embung Untuk Meningkatkan Lahan
Produksi dan Kendalanya. Prosiding P2SUKA. Puslitanak. Bogor.

Reinjtjes, C., Havercort, B., Waters-Beyer, A. 1999. Pertanian Masa Depan (Y. Sukoco,
Penerjemah). Yokyakarta: Penerbit Kanisius.

Jonas, R.J., A.A. Seawrigh and D.A. Little., 1970. Oxalic poisoning in Animal Grazing the
Tropical Grass Setaria Sphaculata. J. of the Aust. Inst. Agric. Sci., 36: 41-4.

Anda mungkin juga menyukai