PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ginjal kronis ( GGK ) yang sudah lanjut kadar natrium, kalium, magnesium,
sementara kadar kalsium menurun. Retensi natrium dan air akan menaikan
kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa
Serikat angka kejadian penyakit ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun, dari
data tahun 2002 terjadi 34.500 kasus, tahun 2007 menjadi 80.000 kasus, dan
pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta orang yang menderita
1
meningkat hingga 43% selama decade tersebut (Lukman et al., 2015 ).
mencapai 400.000 juta orang tetapi belum semua pasien tertangani oleh
tenaga medis, baru sekitar 25.000 orang pasien yang dapat ditangani, artinya
adalah kabupaten Surakarta dengan 54,2% dari jumlah total 56 ribu penderita.
Diperkirakan tiap tahun ada 2000 pasien baru. Berdasarkan data tersebut
sekitar 60%-70% dari pasien tersebut berobat dalam kondisi sudah masuk
Masalah yang dapat muncul pada pasien Gagal ginjal kronik yaitu dapat
pasien dewasa dengan penyakit kronik tidak hanya terbatas pada masalah
2
hidupnya ( Rusmail, 2018 ). Akibat dari stress yang dialami pasien
Chou, 2017 ). Hal ini jelas menunjukan, bahwa dampak stress lainnya pada
dilakukan dua tahap yaitu dengan terapi konservatif dan terapi pengganti
dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien gagal ginjal kronis. Tujuan dari
terapi hemodialisa adalah untuk mengambil zat – zat nitrogen yang toksik
dari dalam darah pasien ke dialyzer tempat darah tersebut dibersihkan dan
hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal
dilaksanakan ginjal dan tampak dari ginjal serta terapinya terhadap kualitas
hidup pasien ( Cahyaningsih, 2019 ). Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi
diatas 75% ( gagal ginjal terminal atau tahap akhir ), proses cuci darah atau
3
merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya memperpanjang
menunjukan beberapa tanda dan gejala, mayor harus ada edema, kulit tegang
dan mengilap, minor yang mungkin ada asupan cairan lebih banyak daripada
anoreksia, mual, muntah dan cegukan, haus, rasa kecap logam dalam mulut,
perubahan.
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan
5
2. Klasifikasi CKD
cronoic renal failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih
baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini,
kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa
masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
(cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang
stadium :
a. Stadium I :
tes GFR
b. Stadium II :
c. Stadium III:
6
gagal ginjal stadium akhir atau uremia, kadar ureum dan kreatinin
3. Etiologi
amiloidosis.
timbale.
h) Nefropati obstruktif
7
i) Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis,
netroperitoneal.
4. Patofisiologi
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
rendah itu.
8
a) Gangguan Klirens Ginjal
akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar
merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh
penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon
9
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk
status uremik.
d) Asidosis
e) Anemia
dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.
fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
10
gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan
c. Stomatitis uremia
11
e. Pankreatitis
3) Kelainan mata
4) Kardiovaskuler :
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
5) Gatal
12
B. KONSEP HEMODIALISA
1. Definisi
elektrolit pada pasien gagal ginjal (Black & Hawks, 2016; Ignatavicius &
Workman, 2016).
pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara
difusi dan ultrafiltrasi yang kemudian darah kembali lagi ke dalam tubuh
2018).
tersebut.
2. Epidemiologi
13
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, pada bulan Januari sampai
Desember tahun 2015, didapatkan jumlah penderita penyakit ginjal kronik yang
tercatat dari Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Daerah berjumlah 1171 rawat
inap dan laporan pada bulan Januari sampai Desember tahun 2017 jumlah
pasien yang mengalami rawat jalan adalah 661. Peningkatan kasus baru
Malik Medan didapatkan total pasien HD pada Februari 2018 sebanyak 197
3. Tujuan Hemodialisa
cairan, elektrolit, dan sisa metabolisme tubuh, sehingga secara tidak langsung
mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air
yang berlebihan. Pada hemodialisa, aliran darah yang penuh dengan toksin dan
limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut
14
4. Indikasi Hemodialisa
b. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
h. Sindrom hepatorenal
(produksi urine <200 ml/12 jam), anuria (produksi urine <50 ml/12 jam),
asidosis berat (PH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/I), uremia (BUN >150
hemodialysis. Dialisis dimulai jika GFR <15 ml/menit, keadaan pasien yang
15
mempunyai GFR <15 ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap
baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari: 1) GFR <15 ml/menit,
yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan dan 5) komplikasi metabolik
yang refrakter
5. Kontraindikasi Hemodialisa
a. Aliran darah
membatasi kemungkinan tersebut antara lain: tekanan darah dan jarum yang
penderita.
Luas selaput yang biasa dipakai adalah 1−1,5 cm2 tergantung dari besar
c. Aliran dialisat
16
Semakin cepat aliran dialisat semakin efisien proses hemodialisa, sehingga
Temperature dialisat tidak boleh kurang dari 360C karena bisa terjadi
spasme dari vena sehingga aliran darah melambat dan penderita menggigil.
Temperatur dialisat tidak boleh lebih dari 420C karena bisa menyebabkan
hemolisis.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
stadium :
d. Stadium I :
tes GFR
e. Stadium II :
f. Stadium III:
gagal ginjal stadium akhir atau uremia, kadar ureum dan kreatinin
18
Initiative) merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium
B. Saran
19