Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral yang mengelilingi suatu zat organic
seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati. Kebanyakan dari renal calculi terdiri dari
garam-garam calcium (oxalate dan posphat), atau magnesium-ammonium phospat dan uric acid.
(diktat Sr.Mary Baradero,Renal Sistem)
Batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam ginjal yang terbentuk melalui proses
fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air kemih. Batu ginjal terbentuk secara
endogen yaitu dari unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat tumbuh menjadi besar.
Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat mengalami pembatuan (
kalsifikasi ). (Price & Wilson, 1995 : 797)

Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces dari
ginjal. Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi
biasanya terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di pasu ginjal (renal pelvis) dan
calix renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi asam urat yang biasanya
larut di dalam urine. (Hadipratomo Y, 2008)

RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian dari sistem pencernaan pada renal calculi?
Apa etiologi dari renal calculi?
Bagaimana tentang patofisioligi tentang renal calculi?
Apa manifestasi tentang penyakit renal calculi?

Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
Mahasiswa diharapkan untuk mengetahui pengertian renal calculi
Mengetahui penyebab renal calculi
Cara pencegahan renal calculi dan askep tentang renal calculi
Dan diharapkan bermanfaan bagi kita semua baik penulis maupun pembac

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KOSEP PENYAKIT


2.1.1. Pengertian
Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral-mineral yang mengelilingi suatu zat organic
seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati. Kebanyakan dari renal calculi terdiri dari
garam-garam calcium (oxalate dan posphat), atau magnesium-ammonium phospat dan uric acid.
(diktat Sr.Mary Baradero,Renal Sistem)
Dalam istilah kedokteran penyakit batu ginjal disebut nephrolithiasis atau renal calculi. Batu
ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces dari
ginjal (Indridason et al., 2005). Pembentukan batu ginjal dapat dapat terjadi di bagian mana saja
dari saluran kencing, tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian tebanya pada ginjal, yaitu di pasu
ginjal dan calcyx renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi asam urat
yang biasanya larut dalam urin (Sun et al., 2010).

2.1.2. Etiologi
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih. Tetapi hingga kini
masih belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori pembentukan batu ginjal adalah
:
Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel
yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam
nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di
saluran kemih.

Penghambatan kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium,
sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu
berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih.(Basuki, 2000 hal. 63).
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada ginjal.
Faktor-faktor itu adalah:

a. Faktor intrinsik
Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik umumnya
sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
Hereditair dan Ras
Diduga diturunkan dari orang tuanya dan ternyata anggota keluarga lebih banyak mempunyai
kesempatan untuk menderita penyakit yang sama dari pada orang lain. Misalnya faktor genetik
familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer.
Umur.
Paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun.
Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan dan pada
pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih sering
ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.

b. Faktor ekstrinsik
Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila penyebabnya
diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau kebiasaaan
sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah . Beberapa faktor ekstrinsik, diantaranya
adalah :
Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada daerah lain,
sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
Iklim dan temperatur
Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urine dan mempermudah pembentukan
batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya asupan air pada
masyarakatnya.
Asupan air
Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urine akan meningkat dan
akan mempermudah pembentukan batu dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu.
Diet
Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu. Pada golongan
masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu berkurang
sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah lebih sering
morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu buli-buli dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau batu piala
ginjal.
Pekerjaan
Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life.

Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism ) dan
membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-
garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
Obstruksi dan stasis urin
Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat, akan
menyebabkan stasis urine sedangkan urine sendiri adalah substansi yang banyak mengandung
kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu. (Basuki Purnomo,
2003 : 57)
Sumber lain juga mengatakan bahwa terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat
pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung
berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit. Batu struvit nesium, amonium
dan fosfat) juga disebut "batu infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut "kalkulus staghorn". Batu
ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.

Faktor-faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah sebagai berikut :
Pemakan Antasid dalam jangka panjang
Terlalu banyak vitamin D,
Terlalu banyak calsium carbonate (Diktat Sr.Mary Baradero,Renal System)

Anda mungkin juga menyukai

  • Typoid
    Typoid
    Dokumen5 halaman
    Typoid
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen2 halaman
    Malaria
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Diare Adalah
    Diare Adalah
    Dokumen5 halaman
    Diare Adalah
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Konjungtivitis
    Pengertian Konjungtivitis
    Dokumen2 halaman
    Pengertian Konjungtivitis
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Migrain
    Penyakit Migrain
    Dokumen2 halaman
    Penyakit Migrain
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Hidrosefalus
    Hidrosefalus
    Dokumen3 halaman
    Hidrosefalus
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Diabetes Melitus
    Penyakit Diabetes Melitus
    Dokumen8 halaman
    Penyakit Diabetes Melitus
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Stunting
    Stunting
    Dokumen4 halaman
    Stunting
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Anoreksia
    Anoreksia
    Dokumen1 halaman
    Anoreksia
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Makalah Diare
    Makalah Diare
    Dokumen2 halaman
    Makalah Diare
    asmawati mas'ud
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen1 halaman
    Hipertensi
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Artritis
    Artritis
    Dokumen4 halaman
    Artritis
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Kardiomegali
    Kardiomegali
    Dokumen4 halaman
    Kardiomegali
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Gastritis
    Gastritis
    Dokumen5 halaman
    Gastritis
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen2 halaman
    Vertigo
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Surat Pengantar Pengajuan Pencairan
    Surat Pengantar Pengajuan Pencairan
    Dokumen1 halaman
    Surat Pengantar Pengajuan Pencairan
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Migrain
    Migrain
    Dokumen2 halaman
    Migrain
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • SOP Penatalaksanaan Pemeriksaan Kes. Haji
    SOP Penatalaksanaan Pemeriksaan Kes. Haji
    Dokumen2 halaman
    SOP Penatalaksanaan Pemeriksaan Kes. Haji
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    100% (1)
  • Influenza
    Influenza
    Dokumen2 halaman
    Influenza
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • SOP Survailans
    SOP Survailans
    Dokumen5 halaman
    SOP Survailans
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • SOP Rabies
    SOP Rabies
    Dokumen2 halaman
    SOP Rabies
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Sop Layanan Klinis Neww
    Sop Layanan Klinis Neww
    Dokumen2 halaman
    Sop Layanan Klinis Neww
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • SOP Pemakaian APD
    SOP Pemakaian APD
    Dokumen2 halaman
    SOP Pemakaian APD
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    100% (1)
  • Cover 75 %
    Cover 75 %
    Dokumen1 halaman
    Cover 75 %
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • SOP Rabies
    SOP Rabies
    Dokumen2 halaman
    SOP Rabies
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • SOP Survailans
    SOP Survailans
    Dokumen5 halaman
    SOP Survailans
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Cacar Air
    Cacar Air
    Dokumen2 halaman
    Cacar Air
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • DERMATITIS
    DERMATITIS
    Dokumen3 halaman
    DERMATITIS
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • VERTIGO
    VERTIGO
    Dokumen4 halaman
    VERTIGO
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat
  • Influenza
    Influenza
    Dokumen8 halaman
    Influenza
    PUSKESMAS SUKOSEWU
    Belum ada peringkat