Anda di halaman 1dari 9

TEORI PEMBELAJARAN

ALBERT BANDURA

Di Su sun Ol eh :
 Zu lfa Wid a Di na T (20181112013)
 Fi tri Nazil atul M (20181112014)
 Fi rd a Ayu Saf i tri (20181112015)
 And ri ean y S etyawati (20181112016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019
A. B I O GRAFI AL B E RT B ANDURA
Bandura dilahirkan di Canada, tepatnya di kota kecil
alberta yaitu Mundare pada 4 Desember 1925 yang memiliki
nama lengkap Albert Bandura. Perolehan gelar B. A didapatkan
pada tahun 1951 berasal dari University of British yang berada
di Columbia, gelar M.A. dan Ph.D berturut-turut ia dapatkan dari
university of Lowa pada tahun 1951 dan 1952. Beliau melakukan
penelitian dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti
tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen (Lefudin
2017). Albert bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran
sosial salah satu konsepnya menekankan pada komponen
pemahaman, evaluasi, kognitif dan pikiran. Alberts Bandura
pernan dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award tahun 1980. (Lebond,
2017) Pada tahun berikutnya, Bandura mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial
dan mengambil Richard Walters murid yang pertama mendapat gelar doktor dan ia jadikan
sebagai asistenya. Menurut Bandura, prinsip belajar memang cukup menjelaskan dan
meramalkan mengenai perubahan tingkah laku, namun prinsip tersebut harus
memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma
behaviorisme. (Ridwan, 2017)

B . KO NSE P E KS PE RIME N ALBE RT B ANDURA


Social learning theory adalah teori yang berusaha menjelaskan sosialisasi dan
pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian.Dalam hal ini, tidak sedikit teori yang
menjelaskan bagaimana manusia bersosialisasi, antara lain psikoanalisis, fungsionalisme,
teori konflik, dan teori interaksi simbolik. Sociallearnigtheory, seperti teori-teori ini,
mengkaji proses pembelajaran, pembentukan kepribadian, dan pengaruh lingkungan
terhadap individu yang sedang bersosialisasi (Ainiyah 2017).
Konsep teoretis utama mengatakan bahwa belajar observasional terjadi secara
independen dari penguatan adalah bukan berarti bahwa variabel lainnya tidak
mempengaruhinya. Determinisme menjadi konsep utama Bandura yang menyatakan
bahwa terdapat interaksi konstan antara lingkungan, perilaku, dan orang. Bandura
mengatakan bahwa perilaku memengaruhi lingkungan sebagai lingkungan memengaruhi
perilaku. Selain itu, orang memengaruhi perilaku dan lingkungan (Hergenhahn dan Olson
2017).
Konsep saling menentukan(reciprocal determinismn), tanpa penguatan(beyond
Reinforcement), dan pengaturan diri atau berfikir(selfregulation/cognition) merupakan
dasar dari teori belajar sosial (Anggie Puspasari 2018), berikut penjelasannya:
 Determinism respirokal
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal
balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral, dan lingkungan.
Kekuatan lingkungan di pengaruhi oleh seseorang dalam menentukan perilakunya tetapi
orang tersebut juga bisa di kontrol oleh kekuatan lingkungan itu sendiri, semuanya terjadi
secara beriringan dan seperti ada hubungan timbal balik. Determinsm respirokal adalah
konsep yang penting dalam memahami tingkah laku untuk menganalisis fenomena
pisikososial diberbagai tingkat komplektivitas dan perkembangan intrapersonal sertafungsi
interaktif dari organisasi dan system social (Anggie Puspasari 2018).
Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan diulangi
kembali mengenai apa yang dia lihat tanpa adanya penguatan. Belajar melalui observasi
tanpa ada penguatan yang terlihat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi
konsekuensi.
 Kognisi dan regulasi diri
Bandura memiliki konsep yang menempatkan seseorang sebagai pribadi yang dapat
mengatur dirinya sendiri, mempengaruhi bahagimana tingkah lakunya dengan cara
mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi
tingkah lakunya sendiri. Kecerdasan berfikir simbolik sarana yang kuat untuk menangani
lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman (ingatan) dalam wujud verbal dan
gambar animajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang.
Penggambaran kemampuan secara imajinatif mengenai hasil yang diinginkan pada masa
mendatang yang digunakan untuk mengembangkan strategi tingkah laku membimbing
kearah tujuan jangka panjang (Anggie Puspasari 2018).
Dalam teori Bandura tak lepas dari prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi teori
ini memberikan banyak penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan proses-proses
internal. Pembelajaran sosial dalam teori ini akan menggunakan jenis penjelasan kognitif
internal dan reinsforment eksternal yang dapat digunakan untuk memahami bagaimana
belajar dari orang lain (Lefudin 2017).
Jadi konsep dari teori pembelajaran albert bandura ini menunjukkan bahwa anak
meniru secara persis akan perilaku orang dewasa yang mereka katakana atau yang mereka
lakukan itu menjadi contoh untuk anak-anak.

C. T EO RI PH YSICOLO GI ALB ERT B ANDURA


Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Bandura disebut teori pembelajaran
social-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui peniruan. Teori
Bandura berdasarkan pada tiga asumsi, yaitu:
a. Individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya,
terutama perilaku-perilaku orang lain. Perilaku orang lain yang ditiru disebut sebagai
perilaku model atau perilaku contoh. Apabila peniruan itu memperoleh penguatan, maka
perilaku yang ditiru itu akan menjadi perilaku dirinya. Proses pembelajaran menurut
proses kognitif individdu dan kecakapan dalam membuat keputusan.
b. Terdapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Pembelajaran
terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitu; lingkungan, perilaku dan faktor-faktor
pribadi.
c. Hasil pebelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam
perilaku sehari-hari.

Atas dasar asumsi tersebut, maka teori pembelajaran Bandura disebut sosial kognitif
karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran,
sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial. Individu akan
mengamati perilaku di lingkungannya sebagai model, kemudian ditirunya sehingga
menjadi perilaku miliknya. Dengan demikian, maka teori Bandura ini disebut teori
pembelajaran melalui peniruan. Perilaku individu terbentuk melalui peniruan terhadpa
perilaku di lingkungan, pembelajaran merpakan suatu proses bagaimana membuat peniruan
yang sebaik-baiknya sehingga bersesuaian dengan keadaan dirinya dan tujuannya.

Proses pembelajaran menurut Teori Bandura, terjadi dalam tiga komponen (unsur)
yaitu perilaku model (contoh),pengaruh perilaku model, dan proses internal pelajar. Jadi
individu melakukan pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model (perilaku yang
akan ditiru), kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru sehingga
menjadi perilakunya sendiri. Perilaku model ialah berbagai perilaku yang dikenal di
lingkungannya. Apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya (minat, pengalaman, cita-cita,
tujuan dan sebagainya) maka perilaku itu akan ditiru (Surya 2004).

Setiap proses belajar dalam hal ini belajar sosial terjadi dalam urutan tahapan
peristiwa. Tahap-tahap ini berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian perilaku
model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance) tertentu sebagai hasil
atau perolehan belajar seorang siswa. Tahap-tahap dalam proses belajar tersebut adalah
sebagai berikut;
1. Tahap Perhatian (Attentional Phase)

Pada tahap pertama ini para siswa atau para peserta didik pada umumnya
memusatkan perhatian (sebab para siswa atau peserta didik tidak bisa mengimitasi sebuah
model tanpa memberikan perhatian yang cukup kepada kepada model tersebut) pada obyek
materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding
dengan materi atau perilaku lain yang mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika
menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh
perilau tertentu.
2. Tahap Penyimpanan dalam Ingatan (Retention Phase)

Pada tahap kedua ini, informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu
ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan lebih
baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku
yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang
jelas serta contoh perbuatan yang akurat.
3. Tahap Reproduksi (Reproduction Phase)

Tahap ketiga ini, segala bayangan atau citra mental (imagery) atau kode-kode
simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam
memori peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan
para peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa
yang telah mereka serap, misalnya dengan menggunakan sarana post-test.
4. Tahap Motivasi (Motivation Phase)
Tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap
penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcement (penguatan)
bersemayamnya segala informasi dalam memori para peserta didik. Pada tahap ini, guru
dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada para peserta didik yang
berkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukkan kinerja
yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang
disajikan model (guru) bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya
ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi atau perilaku
tersebut(Syah t.thn.)

Pendidikan, ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan sosial), adalah upaya


penumbuhkembangan sumber daya melalui proses hubungan antar pribadi yang
berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam hal ini masyarakat
pendidikan dan keluarga. Berdasarkan hal ini, tentu tak mengherankan apabila seorang
siswa sering menggantungkan responnya terhadap pelajaran di kelas pada persepsinya
terhadap guru pengajar dan teman-teman sekelasnya. Positif atau negatifnya persepsi siswa
terhadap guru dan teman-temannya itu sangat mempengaruhi kualitas hubungan sosial para
siswa dengan lingkungan sosial kelasnya dan bahkan mungkin dengan lingkungan
sekolahnya.

Selanjutnya pendidikan baik yang berlangsung secara formal di sekolah maupun


yang berlangsung secara infromal di lingkungan keluarga memiliki peranan penting dalam
mengembangkan psikososial siswa. Perkembangan psikososial siswa atau sebut saja
perkembangan sosial siswa adalah proses perkembangan kepribadian siswa selaku seorang
anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan ini berlangsung
sejak masa bayi hingga akhir hayatnya.
Seperti dalam proses-proses perkembangan sosial dan moral siswa juga selalu
berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial
siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa
tersebut baik di lingkungan sekolah dan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas.
Ini bermakna bahwa proses belajar itu amat menentukan kemamuan siswa dalam bersikap
dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral
hukum, dan norma moral lainnya yang berlku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan.

Prinsip dasar belajar hasil temuan Banduratermsuk belajar sosial dan moral. Menurut
Bandura seperti yang dikutip (Barlow 1985), sebagian besar dari yang dipelajari manusia
terjadi melalui peniruan (Imitation) dan penyajian contoh perilaku (Modeling). Dalam hal
ini seorang siswa yang beajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang
atau sekelompok orang mereaksi atau merespon sebuah stimulus tertentu. Siswa ini juga
dapat mempelajari respon-respon baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh
dari orang lain, misalnya guru atau orang tuanya (Syah t.thn.)

Secara garis besar, ada tiga hal yang menjadi pemikiran Albert Bandura berkenaan
dengan pendidikan moral, yaitu:

a. Albert Bandura memandang pendidik sebagai model atau teladan yang baik, sebab anak
selalu meniru apa yang dilakukan oleh model. Sedangkan peserta didik merupakan
subyek pendidikan yang selalu memperhatikan model (lebih cenderung sebagai
pengamat).
b. Tentang lingkungan, bahwa lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat) mempunyai
pengaruh yang besar dalam pembentukan moral siswa baik secara langsung maupun
tidak langsung.
c. Terdapat dua metode dalam pendidikan moral, yaitu conditioning (pembiasaan
merespon) dan imitation (peniruan). Hal ini berarti membiasakan suatu perilaku dengan
menunjukkan mana perilaku yang mendapat rewards (hadiah) dan mana yang
mendapatkan punishment (hukuman) sehingga nantinya perilaku tersebut akan
ditirunya. Dengan kata lain, seorang anak itu meniru suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang yang ada di sekitarnya apakah perilaku itu mendapat hadiah atau mendapat
hukuman.

D. I MPL E ME NT AS I TE ORI PH YS ICOLOGI DAL AM PE MBE LAJARAN


ALB ERT BANDURA
Adapun im pl em ent asi t eori bel aj ar sosi al dal am pem bentukan akhlak
anak usi a di ni dapat dil ihat dari proses bel aj ar, yang m ana proses bel aj ar
akan m enekankan pada konsep m odel li ng. Dal am t eori i ni t erdapat em apat
t ahap bel aj ar yan g tel ah di paparkan di at as, keem pat t ahap itu yakni ;
1 . Tahap perhat i an, dal am t ahap i ni guru akan m em perol eh perhat i an dari
s iswa ji ka guru m enyaj i kan i syarat -i s yar at yang j el as, perhati an si swa
j uga akan di perol eh dengan m emoti vasi siswa agar m enaruh perhat i an,
m aksudn ya di si ni i al a h si swa akan m emperhati kan guru apabil a
t erdapat hal -hal yan g unik dal am m et ode pem bel aj aran guru.
2 . Tahap ret ensi, dal am t ahap ini siswa akan dapat bel aj ar dengan baik
han ya dengan m engi ngat berbagai hal yan g t el ah di am at i ol eh panca
i ndera, t ahap i ni l ebi h m enit ik berat kan kepada ingat an si swa m el alui
pengli hat an, pendengaran yang m ereka tangkap.
3 . Tahap reproduksi, dal am t ahap i ni siswa harus m emi li ki komponen
ket eram pil an, dan mem erlukan pergerakan i ndividu yang dapat dengan
m udah t erli hat t ahap i ni si swa a kan mel akukan kembal ai apa yan g
m ereka li hat at aupun dengar dengan kem ampuan yang m ereka mil iki.
4 . Tahap m oti vasi, dal am t ahap i ni siswa akan m eni ru m odel sebab m ereka
m erasa ji ka m el akukan hal t ersebut m ereka akan m endapat kan
rei nforcem ent . Motivasi dangat i denti k dengan puj i an at au rew ard ol eh
karena i tu si swa akan memperhat ikan m odel, m el akukan l ati han,
s el anjutn ya akan meni ru karena m ereka m enganggap bahwa hal i ni
s angat disukai ol eh guru (Yanto, Murni; , S yari pah; 2017) .

S ebagai cont oh yang n yat a i al ah saat seorang anak m encoba unt uk


bel aj ar bersepeda. P ert am a yang akan dil akukan anak t ersebut i al ah
m emperhati kan orang yang sedang bersepeda, mulai dari pert am a kali
m enginj ak pedal hingga t eknik m engayuh sepeda. Kedua, anak akan
m engingat kembali apa yang sudah m ereka perhat i akan sebelum nya s aat
s i anak i ni m el ihat lagi orang yang sedang m enai ki sepeda. Ket i ga, s aat
anak t el ah si ap untuk bel aj ar bersepeda dia akan kembali m engi ngat
t eknik pertam a yang dil akukan saat berseped a. Terakhi r, set el ah anak
t ersebut dapat bersepeda dengan lancar orang t ua seharus n ya
m emberikan m ot ivasi at au dorongan bisa berupa hadi ah kecil agar anak
m erasa bahwa apa yang di a l akukan adal ah hal yang benar dan
m enj adi kan anak t ersebut m endapatkan hadi ah. Ol eh karena it u benar
bahwa t eori ini tidak ada penguat an disaat proses t ahapan, t et api
penguat an t erdapat di akhi r set el ah berhasil m elakukan sem ua t ahapan.
Menum buhkan m oral at au akhl ak pada si swa m em ang berasal dari
proses peni ruan, sebagai cont oh p roses bel aj ar m el alui peni ruan i al ah
m engaj arkan anak cara berwudhu yang benar. Maksudnya i al ah anak akan
m el akukan hal yang sam a dengan apa yang m ereka lihat oleh karenanya
s osok guru di harapkan m em beri kan hal terbaik dan l ebih m em perhati kan
apakah i a sud ah m el akukan hal ya ng benar karena apapun yan g
dil akukann ya akan m enj adi cont oh bagi si swa.
Kel u arga ad al ah komp on en terp en tin g seb elu m seseoran g terjun
d i k eh idup an n yata. Kel uarga sebagai fokus pem bent ukan sel f -eff i cacy .
P embent ukan efi kasi di ri t idak m ungkin dili hat sebagai upa ya personal
bel aka , bahkan t erdapat fakt or l uar ya ng j uga m enj adi kan dorongan.
S ebagai bagi an dari sebuah l em baga sosi al , m asi ng -m asing anggot a
kel uarga ti dak mungki n hidup sendi ri -sendiri secara otonom. Banyak di
ant ara t uj uan h idup yan g m ereka cari han ya bi sa di capai dengan bekerj a
s am a m el alui usaha yan g sal ing berhubungan karena sej at in ya m anusi a
t idak bi sa hi dup dengan sendi ri n ya m ereka j uga m em but uhkan bantuan
dari orang l ai n . Oleh karena it u social cogniti ve t heory perl u m e mperluas
konsepn ya t ent ang peran m anusi a ( human agency ) hingga bisa m encakup
peran kol ekti f ( coll ect i ve agency ) (Bandura, Albert; 2011) .
Dengan demikan hubungan orang t ua dan anak sangat m enj ami n
pem bent ukan awal kepribadi an sebelum terkont am inasi ol eh kehi dupan di
s eki t ar. Apabil a anak berada dikeluarga yan g kuat dan mudah
m en yesuai kan di ri dengan li ngkungan baru, m aka anak akan lebi h percaya
di ri dal am m enghadapi m as yrakat dan juga dapat m em bant u m em perkuat
faktor prot ekti f kel uarga yang akan m engurangi , at aupun menghil angkan,
depresi dan segal a bent uk gangguan m ent al yang m ungki n saj a akan
m en yerang para anggot a kel uarga.
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, Qurrotul. 2017. “Social Learning theory dan Perilaku Agresif Anak dalam Keluarga.”
JURNAL ILMU SYARI'AH DAN HUKUM 93.
Bandura, Albert;. 2011. “Impact of Family Efficacy Beliefs on Quality of Family Functioning
and Satisfaction with Family Life.” Applied Psychology 60: 421-448.
Hergenhahn, B.R., dan Matthew H. Olson. 2017. Theories of Learning (Teori Belajar). Jakarta:
KENCANA.
Lefudin. 2017. BELAJAR & PEMBELAJARAN. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
Syah, Muhibbin. t.thn. “Psikologi Belajar.” 36-37.
Yanto, Murni; , Syaripah;. 2017. “PENERAPAN TEORI SOSIAL DALAM MENUMBUHKAN
AKHLAK ANAK KELAS 1 MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 1 REJANG
LAMBUNG.” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar 4: 69-79.

Anda mungkin juga menyukai