Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ORIENTASI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH

A. LANDASAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


1. Pengertian Landasan Pendidikan Agama Islam
Dalam hal ini secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan
tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Pada titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat

material misalnya “landasan pesawat terbang”, dapat pula bersifat konseptual misalnya “landasan pendidikan”.
Pendidikan secara etimologi berasa dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “Pais” artinya seseorang,
dan “again” diterjemahkan membimbing. 1 Jadi pendidikan (paedogogie) artinya bimbingan yang diberikan
pada seseorang.

Dalam Bahasa Inggris istilah pendidikan adalah “education” yang berarti mengasuh atau mendidik,

biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan di sekolah, dengan alasan bahwa di sekolah
tempatnya anak di didik oleh para ahli yang khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi.
Di dalam Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep
pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan ta`dib. Namun istilah yang sekarang berkembang di dunia Arab adalah

tarbiyah.2
Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata, raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh, yang kedua
rabiya yarba yang berarti tumbuh dan berkembang, yang ketiga rabba yarubbu yang berarti memperbaiki,
menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti

mengantarkan pada sesuatu kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna

secara berangsur-angsur.3
Jadi pengertian pendidikan secara harfiah berarti membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpin,

menjaga, dan memelihara. Esensi dari pendidikan adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan
keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu,

ketika kita menyebut pendidikan agama Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu:
a. Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam,
b. Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran agama Islam. 4

Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena
itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi
muda agar memiliki kepribadian yang utama.5
Dalam arti khusus, langeveld mengemukakan bahwa “pendidikan ialah bimbingan yang diberikan oleh

seorang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya”. Ahmadi dan Uhbiyati
“1991” mengemukakan beberapa definisi pendidikan, sebagai berikut:

1
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta: 1991), hlm. 69
2Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.3
3 Ibid..,hlm.4
4Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), hlm.75-76
5
Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN Press, 2004), hlm.1
a. Menurut Hoogeveld mendidik ialah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas
hidupnya atas tanggung jawab itu sendiri.

b. Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa
dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
c. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi dalam hal ini, pendidikan adalah bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
kepada anak-anak dalam pertumbuhannya baik jasmani maupuun rohani agar berguna bagi diri sendiri dan

masyarakatnya)”. Dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak
yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala ciri-cirinya,
maka pendidikan dianggap selesai.6
Sedangkan pengertian pendidikan jika ditinjau secara definitive telah diartikan atau dikemukakan oleh
para ahli dalam rumusan yang beraneka ragam, diantaranya adalah:

a. Tayar Yusuf (1986; 35) mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk
mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar

menjadi manusia bertakwa kepada Allah.7

b. Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing ke arah pembentukan

kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat. 8

c. Muhaimin yang mengutip GBPP PAI, bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk

menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, mengamalkan ajaran Islam melalui

kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.

Pengertian pendidikan Agama Islam sebagaimana yang diungkapkan Sahilun A. Nasir, yaitu “Pendidikan
Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam
dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran Ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya,

dan diamalkan menjadi pedoman.


Dengan demikian, maka pengertian Pendidikan Agama Islam berdasarkan rumusan-rumusan di atas

adalah pembentukan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran agama Islam.
Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi dalam usaha menyampaikan seruan agama dengan berdakwah,

menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, member motivasi dan menciptakan
lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim. Untuk itu perlu adanya
usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya.9

6http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-landasan-pendidikan-menurut-para-ahli-beserta-jenis-dan-fungsinya/

7Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.130
8Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN Press, 2004), hlm.11
9
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 28
Pengertian Agama dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu : “kepercayaan kepada Tuhan dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu).Tentunya dalam perjalanan

itu membutuhkan suatu landasan dalam pendidikan Islam.


Landasan Pendidikan Islam ialah dasar untuk membentuk pribadi seseorang agar bertakwa kepada Allah
SWT, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, menghormati dan menyayangi
orang tua dan sesamanya serta mencintai tanah air sebagai karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT.
2. Landasan/Dasar Pendidikan Agama Islam
Terdapat beberapa landasan/dasar yang menjadi dasar pendidikan agama Islam yang dikembangkan di
Indonesia, yaitu:

a. Religius
Landasan/dasar religius adalah yang berasal dari ajaran agama Islam (Al-quran dan Hadis). Bagi
umat Islam melaksanakan pendidikan agama Islam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah di dalam
surat At-Taubah ayat 122 sebagai berikut:
ِ ‫َو َما كَانَ ا ْل ُمؤْ مِ نُونَ ِليَ ْنف ُِروا كَافَّةً ۚ فَ َل ْو ََل َنفَ َر مِ ْن ك ُِل ف ِْرقَ ٍة مِ ْن ُه ْم َطائِفَةٌ ِليَتَفَقَّهُوا فِي الد‬
َ‫ِين َو ِليُ ْنذ ُِروا قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُوا ِإلَي ِْه ْم لَعَ َّل ُه ْم يَحْ ذَ ُرون‬
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi

dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan

mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S At-Taubah/9: 122).10

Ayat diatas turun ketika nabi Muhammad SAW tiba kembali di Madinah dan kemudian beliau

mengutus pasukan ke beberapa daerah untuk berperang, akan tetapi karena banyaknya yang ingin

terlibat dalam pasukan, dan apabila nabi mengizinkannya niscaya tidak ada lagi yang tinggal di Madinah
kecuali beberapa orang, kemudian ayat di atas turun agar sebagian kaum muslimin tetap tinggal untuk

memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri

mereka dan untuk orang lain.11

Al-Qur`an surat Al-Mujadilah ayat 11 juga menerangkan:


‫َّللاُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا مِ ن ُك ْم َوا َّل ِذينَ أُوت ُوا ا ْل ِع ْل َم‬
َّ ِ‫شزُ وا يَ ْرفَع‬
ُ ‫شزُ وا َفان‬
ُ ‫َّللاُ لَ ُك ْم َوإِذَا قِي َل ان‬ َ ‫سحُوا يَ ْف‬
َّ ِ‫سح‬ ْ َ‫ِس ف‬
َ ‫اف‬ َّ َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِذَا قِي َل َل ُك ْم تَف‬
ِ ‫سحُوا فِي ا ْل َمجَال‬
﴾١١﴿ ‫ير‬ ٌ ِ‫َّللاُ بِ َما ت َ ْع َملُونَ َخب‬
َّ ‫ت َو‬ ٍ ‫د ََرجَا‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila

dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah: 11).12
Nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 adalah Allah Swt berfirman

untuk mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman seraya memerintahkan kepada mereka agar sebagian
dari mereka bersikap baik kepada sebagian yang lain dalam majelis-majelis pertemuan.

Al-Qur`an surat Az-Zumar ayat 9 juga menerangkan:


ِ ‫ست َ ِوي ا َّل ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّ ِذينَ ََل يَ ْعلَ ُمونَ إِ َّن َما يَتَذَك َُّر أ ُ ْولُوا ْاْلَ ْلبَا‬
﴾٩ ﴿ ‫ب‬ ْ َ‫قُ ْل َه ْل ي‬

10Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang, Tanjung Mas Inti, 1992), hlm. 302.
11Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 288
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan,(Bandung : CV Penerbit JArt, 2005), hlm.543
Artinya: Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az-

Zumar: 9).13
Maksudnya, apakah orang yang demikian sama dengan orang yang sebelumnya yang menjadikan
tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah? (Jawabannya tentu saja
tidak sama). Yakni sesungguhnya yang mengetahui perbedaan antara golongan ini dan golongan yang
sebelumnya hanyalah orang yang mempunyai akal; hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui.
Az-Zumar ayat 9 ini membandingkan antara orang musrik yang mengikuti hawa nafsu dengan
orang yang beriman, serta membandingkan yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Sebagaimana

Allah ingin menyampaikan bahwa bila kita pikirkan dengan hati dan akal, tentu orang yang beriman,
terutama mereka yang beribadah sholat diwaktu malam serta atakut pada Allah adalah orang yang
beruntung, orang yang beriman dan berilmu tentu akan memilih sesuatu yang lebih besar, yaitu balasan
Allah yang kekal, daripada segala sesuatu yang hanya sementara saja, yaitu dunia ini.
Maka dari ayat ini bisa dimabil pelajaran bahwa manusia harus menyadari bahwa keburuntungan

sebenarnya adalah balasan kebaikan di akhirat kelak, dimana amal baik akan mengahantar kepada
kebahagian yang selamalamanya dan amal buruk menghantarkan pada kesusahan selama-lamanya.

Bukan takaran dunia, karena bahagia, sedih, kaya, miskin, sehat, sakit di dunia hanya sementara saja.

Maka dari ayat ini bisa dimabil pelajaran bahwa manusia harus menyadari tentang keburuntungan

sebenarnya adalah balasan kebaikan di akhirat kelak, dimana amal baik akan mengahantar kepada
kebahagian yang selamalamanya dan amal buruk menghantarkan pada kesusahan selama-lamanya.

Bukan takaran dunia, karena bahagia, sedih, kaya, miskin, sehat, sakit di dunia hanya sementara saja.

Al-Qur`an surat Al-Alaq: 1-5 juga menerangkan:


﴾٥﴿ ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬
َ ‫اْلن‬ َ ‫﴾ الَّذِي‬٣﴿ ‫﴾ ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْلَك َْر ُم‬٢﴿ ‫ق‬
َ ﴾٤﴿ ‫علَّ َم ِبا ْل َقلَ ِم‬ ٍ َ‫عل‬
َ ‫سانَ مِ ْن‬ ِ ْ َ‫﴾ َخلَق‬١﴿ َ‫ا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِبكَ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫اْلن‬
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia

dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya”. (QS Al-Alaq: 1-5).14


Nilai pendidikan yang dapat diambil dari surat Al-Alaq: 1-5 yaitu;

1) Perintah membaca dalam QS. Al-‘Alaq tesirat makna tentang wajibnya manusia membaca, baik
membaca ayat-ayat Allah SWT yang tertulis (Al-Qur’an) maupun ayat-ayat Allah yang tidak tertulis
berupa alam jagad raya beserta hukum kausalitasnya.

2) Allah-lah yang menjadikan manusia berkemampuan untuk membaca dan memberikan ilmu yang
manusia tidak pernah mengetaui sesuatu apapun sebelumnya. Hal ini juga meberikan informasi
kepada masyarakat ilmiah tentang sumber ilmu pengetahuan yaitu dari Allah SWT.
3) Metode dalam belajar tentang ilmu ada dua pendekatan, yaitu ta’lim insani (didaksi dengan

manusia) dan ta’lim rabbani (didaksi dengan bimbingan Tuhan).

13 Ibid,....hlm.459
14
Ibid,....hlm.597
4) Pendidik tidak hanya bertugas untuk mentransfer ilmu saja, melainkan juga harus mampu membina
akhlak dan perilaku anak didiknya, supaya mencapai tingkat kedewasaan sehingga mempu

menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah SWT dan khalifah di muka bumi dengan nilai-nilai
ajaran Islam.
b. Yuridis/Hukum
Landasan yuridis adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik
tolak system pendidikan. Pendidikan harus dilandasi dengan dasar yuridis untuk sanksi. Dalam UUD ’45
pasal 31 ayat 5 dijelaskan bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta

kesejahteraan umat manusia.


Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-undangan yang secara tidak
langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal.
Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Dasar Idiil

Dasar Idiil adalah falsafah Negara Republik Indonesia yakni Pancasila. Pancasila sebagai idiologi
Negara berarti setiap warga Negara Indonesia harus berjiwa Pancasila dimana sila pertama

keTuhanan Yang Maha Esa, menjiwai dan menjadi sumber pelaksanaan sila-sila yang lain.

Sedangkan pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah “Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara.15


Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa pengertian pendidikan secara umum adalah
usaha sadar yang dilakukan si pendidik, atau orang yang bertanggung jawab untuk (membimbing,

memperbaiki, menguasai, memimpin, dan memelihara) mamajukan pertumbuhan jasmani dan


rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
2) Dasar Strukturil/Konstitusionil

Yakni yang termaktub dalam UUD 1945 Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
a) Negara berdasarkan atas keTuhanan Yang Maha Esa

b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing


dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 16

Dari UUD 1945 di atas, mengandung makna bahwa Negara Indonesia memberi kebebasan
kepada sesama warga negaranya untuk beragama dengan mengamalkan semua ajaran agama yang
dianut.
3) Dasar Operasional

15 Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 3
16
Team Pembinaa Penataran dan Bahan-bahan Penataran Pegawai Republik Indonesia, Undang-undang Dasar 1945, p4, GBHN, hlm. 7
Dasar operasional ini adalah merupakan dasar yang secara langsung melandasi pelaksanaan
pendidikan agama pada sekolah-sekolah di Indonesia. Sebagaimana UU RI No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 30 Nomor 3 pendidikan keagamaan dapat di


selenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Dan terdapat pada pasal 12
No. 1/a setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama
sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.17 Sedangkan
bagaimana kejelasan konsep dasar operasional ini, akan terus berkembang sesuai dengan
perkembangan kurikulum pendidikan dan dinamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dan bisanya
berubah setiap kali ganti Menteri Pendidikan Nasional dan Presiden serta akan selalu

mengkondisikan terhadap perkembangan IPTEK internasional.


c. Landasan Sosiologis-Budaya
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola interaksi sosial di
dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari dalam sosiologi pendidikan meliputi empat
bidang:

1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain


2) Hubungan kemanusiaan disekolah

3) Pengaruh sekolah pada prilaku anggotanya

4) Sekolah dalam komunitas

Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik
pendidikan sekolah maupun pendidikan di luar sekolah.

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat

dilestarikan atau dikembangkan dengan dalam mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi

penerus dengan jalan pendidikan, baik formal maupun informal. Bentuk dan ciri-ciri serta pelaksanaan
pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tempat proses pendidikan itu berlangsung.
d. Landasan Psikologis

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landaasan psikologis merupakan
salah satu landasan yang penting dalam pendidikan. Pada umunya, landasan psikologis pendidikan
tertuju pada pemahaman manusia, khususnya proses perkembangan dan proses belajar.

Selain dari itu, psikologis merupakan dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan
masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram
sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.

Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini bahwa semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan
adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu
perasaan yang mengakui adanya zat yang maha kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka
memohon pertolongannya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun

17
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 132.
masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat
mendekat dan mengabdi kepada zat yang maha kuasa. 18

e. Landasan Historis
Ketika Pemerintah Sjahrir menyetujui pendirian Kementrian Agama pada 3 Januari 1946, elit Muslim
menempatkan agenda pendidikan menjadi salah satu agenda utama Kementrian Agama selain urusan
haji, peradilan, dan penerangan. Sebagai reaksi terhadap kenyataan lembaga pendidikan yang tidak
memuaskan harapan mereka, elit Muslim tersebut dalam alam proklamasi memusatkan perhatian kepada
dua upaya utama yang satu sama lain saling berkaitan.
1) Mengembangkan pendidikan agama (Islam) pada sekolah-sekolah umum yang sejak Proklamasi

berada dibawah pembinaan Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (Kementrian PPK).
Upaya ini meliputi:
a) Memperjuangkan status pendidikan agama di sekolah-sekolah umum dan pendidikan tinggi,
b) Mengembangkan kurikulum agama,
c) Menyiapkan guru-guru agama yang berkualitas,

d) Menyiapkan buku-buku pelajaran agama.


2) Upaya yang dilakukan oleh Kementrian Agama ialah peningkatan kualitas atau “modernisasi”

lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini telah memberi perhatian pada

pendidikan/pengajaran agama Islam dan pengetahuan umum modern sekaligus dan strateginya

ialah:
a) Dengan cara memperbarui kurikulum yang ada dan memperkuat porsi kurikulum pengajaran

umum modern sehingga tak terlalu ketinggalan dari sekolah-sekolah umum,

b) Mengembangkan kualitas dan kuantitas guru-guru bidang umum,

c) Menyediakan fasilitas belajar seperti buku-buku bidang studi umum,


d) Mendirikan sekolah Kementrian Agama di berbagai daerah/wilayah sebagai percontohan atau
model bagi lembaga pendidikan Islam setingkat.

Dari landasan sejarah di atas dapat kita pahami bahwa salah satu perjuangan elit Muslim Indonesia
sejak awal kemerdekaan pada bidang pendidikan adalah memperkokoh posisi pendidikan agama Islam
(PAI) di sekolah-sekolah umum sejak tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Dari perjuangan ini dapat

kita pahami bahwa masuknya PAI pada kurikulum sekolah umum seluruh jenjang merupakan perjuangan
gigih para tokoh elit Muslim sejak awal kemerdekaan hingga sekarang ini. Maka dari itu, keberadaan dan

peningkatan mutunya tentunya merupakan kewajiban kita khususnya kalangan akademis di lingkungan
PTAI maupun para praktisi pendidikan di lapangan.

f. Landasan Perundangan-undangan
Landasan perundang-undangan sebagai landasan hukum positif keberadaan PAI pada kurikulum
sekolah sangat kuat karena tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab V Pasal 12
ayat 1 point (a), bahwasannya setiap peserta didik dalam setiap satuan pendidikan berhak: (a)

mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang

seagama.

18
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 133.
Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab
X Pasal 36 ayat 3 point (a), bahwasannya kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan taqwa .
Dan pasal 37 ayat 1 point (a), bahwasannya kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
(a) pendidikan agama. Dengan merujuk beberapa pasal dalam UUSPN No. 20/2003, maka semakin
jelaslah bahwa kedudukan PAI pada kurikulum sekolah dari semua jenjang dan jenis sekolah dalam
perundang-undangan yang berlaku sangat kuat.
Dalam PP No 19 Thn 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Pasal 6 poin 1 dijelaskan
bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah terdiri atas: kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Selanjutnya pada pasal 7 poin 1 dijelaskan bahwa kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau bentuk

lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan,
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Dari beberapa landasan perundang-undangan di atas sangat jelas bahwa pendidikan agama

merupakan salah satu mata pelajaan yang wajib ada di semua jenjang dan jalur pendidikan. Dengan

demikian, eksistensinya sangat strategis dalam usaha mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum.
g. Landasan Ilmiah

Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai ikatan yang sangat erat. Setiap perkembangan iptek

harus segera diakomodasi oleh pendidikan, yaitu dengan segera memasukan perkembangan iptek itu ke

dalam isi bahan ajaran. Kemampuan dan sikap ilmiah sedini mungkin harus dikembangkan dalam diri
peserta didik. Pembentukan keterampilan dan sikap ilmiah sedini mungkin tersebut secara serentak akan
meletakan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar akan iptek dan calon-calon pakar iptek di

kemudian hari.
h. Landasan Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan pada tingkat nasional mencakup usaha pendidikan untuk mencerdaskan

atau membangun bangsa, termasuk seluruh jenjang, jenis dan isinya. Secara lebih luas “perencanaan
pendidikan meliputi adaptif, kontingensi, kompulsif, manipulative, indikatif, bertahap (incremental),

otonomi, ameliorative, normative, fungsional, dan pemrograman pendidikan”.


i. Landasan Kurikulum Pendidikan

Kurikulum secara garis besarnya dapat diartikan dengan seperangkat materi pendidikan dan
pengarjaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Dalam
dunia pendidikan, istilah kurikulum telah dikenal sejak kurang lebih satu abad yang lampau dalam
kamus Webster pada tahun 1856. Kemudian, istilah kurikulum berkembang dan dirumuskan dalam

berbagai arti. Kurikulum meliputi seperangkat kegiatan pembelajaran, filosofi tujuan seluruh mata

pelajaran, serta pengalaman yang digali dari aktifitas di dalam kelas, aktifitas di luar kelas maupun
aktifitas dalam kehidupan masyarakat. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam melaksanakan
proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan
pendidikan. Kurikulum memberikan pegangan bagi pelaksanaan pengajaran di kelas, tetapi merupakan

tugas dan tanggung jawab guru dalam menjabarkannya.


Definisi kurikulum modern ada dua, yaitu:
1) Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian
yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud
menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku
mereka sesuai dengan tujuan-tujuan.
2) Kurikulum adalah sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada lingkuungan pengajaran dan pendidikan

yang disediakan oleh sekolah bagi-bagi murid-muridnya di ddalam dan di luar sekolah, dan
sejumlah pengalaman yang lahir daripada interaksi dengan kekuatan-kekuatan dan faktor-faktor
itu.19
Adapun empat aspek utama yang menjadi cirinya adalah sebagai berikut:
1) Tujuan pendidikan yang akan dicapai kurikulum itu

2) Pengetahuan (knowladge), ilmu-ilmu, data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman yang


menjadi sumber terbentuknya kurikulum itu.

3) Metode-metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti oleh murid-murid untuk

mendorong mereka kearah yang dikehendaki oleh tujuan yang dirancang

4) Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mengukur hasil proses pendidikan yang
dirancang dalam kurikulum.

Tujuan pendidikan yang dicapai oleh kurikulum dalam pendidikan Islam, adalah sama dengan tujuan

pendidikan Islam itu sendiri yaitu membentuk akhlak yang mulia, dalam kaitannya dengan hakikat

penciptaan manusia.
j. Landasan Supervisi Pendidikan
Supervisi adalah usaha petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan

lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk mengembangkan pertumbuhan guru-guru,


menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan dan metode mengajar serta penilaian
pengajaran.

k. Landasan Strategi Pembelajaran


Strategi adalah susunan, pendekatan atau kaidahkaidah untuk mencapai tujuan dengan

menggunakan tenaga, waktu dan kemudahan secara optimal. Strategi pembelajaran terdiri atas semua
komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa dalam

mencapai tujuan yang akan dicapai. Strategi pembelajaran terdiri atas metode atau teknik pengajaran.20

B. TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Jika kita melihat

kembali pengertian pendidikan agama Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah

19Hasan Langgulung,1986
20
Drs. Hasan Basri, M.Ag. Landasan Pendidikan (Bandung;2013 cet.ke1 hal.61-109)
orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi
“insan kamil” dengan pola taqwa insan kamil artinya manusia utuh rohani dan dapat hidup dan berkembang secara

wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Dalam hal ini ada beberapa tujuan Pendidikan Agama Islam
yaitu:

1. Tujuan Umum (Institusional)


Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan

pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah
laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Bantuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar
pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, esuai
dengan tingkat-tingkat tersebut.
Tujuan umum pendidikan harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat

pendidikan Islam itu digunakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional.

2. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya tedapat pada waktu hidup di dunia
ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik
turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.

Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,
mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir
Pendidikan Agama Islam akan dapat lebih dipahami dalam firman Allah SWT:
ْ ‫يَا أَيُّهَا ا َّل ِذينَ آ َمنُواْ اتَّقُواْ َّللاَ حَقَّ تُقَاتِ ِه َوَلَ ت َ ُموت ُنَّ إَِلَّ َوأَنت ُم ُّم‬
﴾١٠٢﴿ َ‫س ِل ُمون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan

janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Al-Imran: 102).21

3. Tujuan sementara (Instruksional)


Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah seseorang didik diberi sejumlah pengalaman

tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan
kamil dengan pola waktu sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sementara, sekurang-kurangnya beberapa
ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi seseorang didik.

4. Tujuan Operasinal
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan tertentu. Satu unit

kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan

tertentu disebut tujuan operasional.


Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari seseorang didik suatu kemampuan dan
keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk

tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya, ia
dapat berbuat, terampil melakukan, lancer mengucapkan, mengerti, memahami, menyakini dan menghayati
adalah soal kecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah, seperti bacaan dari

kafiyat shalat, akhlak, dan tingkah laku. 22

21Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan........,hlm.63


22
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 30
Adapun tujuan pendidikan nasional adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 dan Penjelasan atas UU RI
No. 20 tahun 2003).

C. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Pendidikan Islam sebagai ilmu, yang mempunyai ruang lingkup sangat luas disebabkan karena didalamnya
banyak mengandung aspek yang ikut terlibat, baik langsung ataupun secara yang tidak langsung. Menurut
pendapat Muzayyin Arifin ruang filsafat lingkup pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam

kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungan.
Bagaimanakah semua masalah tersebut disusun, tentu saja harus ada pemikiran yang melatar belakangi. Pemikiran
yang melatar belakanginya disebut filsafat pendidikan Islam. Karena itu dalam konsep pendidikan Islam harus
mampu mengkaji atau memahami konsep tujuan pendidikan, konsep guru yang baik, konsep kurikulum dan
seterusnya.23

Adapun beberapa ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut:


1. Pendidik dan Perbuatan Mendidik
Yang dimaksud perbuatan mendidik ialah seluruh kegiatan, tindakan, dan sikap pendidik sewaktu
menghadapi anak didiknya. Para pendidik adalah guru dan siapa saja dapat memfungsikan dirinya untuk

mendidik baik secara formal ataupun non formal. Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan

Islam. Pendidik mempunyai peran penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik
berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam. Pendidik disebut juga dengan mu’allim, mithazib, ustadz,

kyai dan sebagainya.24


Nabi Muhammad Saw sebagai pendidik pertama, pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan

Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam disamping Sunnah beliau sendiri.25


Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh
pendidik saat mengasuh anak didik. Dengan istilah lain, yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing
atau memberikan ertolongan dari seorang pendidik kepada anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan.

Perbuatan mendidik disebut dengan nama tahzib.


Pendidik dalam Islam harus memiliki 3 kompetensi dasar, yaitu “kompetensi personal religius, kompetensi
sosial religius dan kompetensi profesional religius.
Pendidik juga merupakan profil manusia yang seiap hari didengar perkataannya, dilihat dan ditiru
perilakunya oleh murid-muridnya. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki syarat seperti:

a. Beriman kepada Allah dan beramal shaleh


b. Menjalankan ibadah dengan taat
c. Memiliki sikap pengabdian yang tinggi kepada dunia pendidikan
d. Ikhlas dalam menjalankan tugas pendidikan
e. Menguasai ilmu yang diajarkan

23Drs.H. Hamdani Ihsan dkk. Filsafat Pendidikan Islam., Bandung: CV Pustaka Setia,
24Drs. Hasan Bakri, M.Ag. Landasan Pendidikan.Bandung;2013 Cet.ke-1 hal.29)
25
Ibid. filsafat Pendidikn (Jakarta:,2000,cet.ke-5.hlm.54)
f. Profesional dalam menjalankan tugasnya
g. Tegas dan beribawa dalam menghadapi masalah yang dialami murid-muridnya
2. Anak Didik
Anak didik merupakan unsur terpenting dan objek para pendidik dalam melakukan hal yang bersifat
mendidik. Hal ini disebabkan karena semua upaya yang dilakukan ialah demi menggiring anak didik ke arah
yang lebih sempurna. Anak didik atau siswa dalam pendidikan adalah anak yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik maupun psikis. Anak atau subjek didik adalah orang yang belum dewasa dan
sedang dalam masa perkembangan menuju kedewasaan. Kedudukan peserta didik dapat dilihat dari
perspektif berikut:

a. Perspektif psikologis
Menurut pandangan ini, manusia didik adalah makhluk yang sedang dalam proses perkembangan

dan tumbuh menurut potensi masing-masing. Agar berkembang secara optimal, manusia membutuhkan
arahan dan bimbingan. Secara psikologis, peserta didik yang berada dalam masa perkembangan harus
mengalami perubahan secara kualitatif dan kuantitatif. Contoh perubahan kualitatif seperti bertambah
matang, dewasa, dan sebagainya. Contoh perubahan kuantitatif seperti ia mengalami tumbuh dimulai
dari tinggi badan, berat badan, dan segala yang berhubungan dengan fisik. 26

b. Perspektif pedagogis
Manusia dengan segala potensinya dapat dididik kearah yang diciptakan dan setaraf dengan

kemampuan yang dimilikinya. Untuk bisa hidup dalam lingkungannya, setiap anak memerlukan bantuan
dan penyesuaian diri yang awalnya diajarkan dengan bantuan orang tua (keluarga).

c. Perspektif religius
Menurut pandangan ini, peserta didik adalah manusia yang tergolong sebagai makhluk
berketuhanan yang mempnyai potensi untuk mengembangkan dirinya menjadi manusia yang bertakwa,

taat dan tunduk kepada Allah SWT.


d. Perspektif historis
Menurut pandangan ini, peserta didik diartikan sebagai makhluk belajar yang memiliki kemampuan

menangkap makna peristiwa sejarah sebagai fenomena kebudayaan manusia sepanjang zaman.27

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam


Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan

untuk berdirinya sesuatu.28 Dasar ideal pendidikan islam adalah identik dengan ajaran Islam itu sendiri.

Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Kemudian dasar tadi dikembangkan
dalam pemahaman para ulama dalam bentuk:

a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril
sebagai pedoman hidup manusia bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat
pahala.29

26www.landasanpendidikanislam-bdl.blogspot.com

27Drs. Hasan Bakri, M.Ag. Landasan Pendidikan.Bandung;2013 Cet.ke-1 hal.29)


28Ramayulis, Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Op Pustaka,, hlm 53
29
A. Chaerudji Abdul Chalik, Ulum Al-Qur’an(Jakarta:Diadit media,2007, cet.ke-1 hlm 15)
Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini dengan nama Al-Qur’an di antara kitab-
kitab Allah itu karena kitab ini mencakup inti dari kitab-kitab Nya.30 Hal ini diisyaratkan dalam firman-Nya

QS.An-Nahl ayat 89:


‫سلِمِ ين‬ ْ ُ‫َاب تِ ْبيَانًا ِل ُك ِل ش َْيءٍ َو ُهدًى َو َرحْ َمةً َوب‬
ْ ‫ش َرى ِل ْل ُم‬ َ ‫علَيْكَ ا ْل ِكت‬ َ ‫علَي ِْه ْم مِ ْن أ َ ْنفُس ِِه ْم َو ِجئْنَا بِكَ ش َِهيدًا‬
َ ‫علَى َهؤَُلءِ َونَزَّ ْلنَا‬ َ ‫ث فِي ُك ِل أ ُ َّم ٍة ش َِهيدًا‬
ُ َ‫َويَ ْو َم نَ ْبع‬
Artinya: “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi (rasul) atas
(perbuatan) mereka, dari (kalangan) mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad)
menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat, bagi orang-orang yang
berserah diri."
Nabi Muhammad Saw sebagai pendidik pertama, pada masa awal pertumbuhan Islam telah

menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam disamping Sunnah beliau sendiri.31

Kedudukan Islam sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an itu
sendiri dalam firman Allah:
َ‫اختَلَفُوا فِي ِه َو ُهدًى َو َرحْ َمةً ِل َق ْو ٍم يُؤْ مِ نُون‬ َ ‫َو َما أ َ ْنزَ ْلنَا‬
َ ‫علَيْكَ ا ْل ِكت‬
ْ ‫َاب إَِل ِلتُبَيِنَ لَ ُه ُم ا َّلذِي‬
Artinya: “Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al-Qur’an melainkan agar kamu dapat menjelaskan
kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang

beriman” (QS An-Nahl:64)

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw untuk
disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an merupakan petunjuk yang lengkap dan juga merupakan
pedoman bagi kehidupan manusia yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang bersifat

universal. Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan yang lengkap berupa pendidikan sosial, akidah,
akhlak, ibadah, dan muamalah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Azyumardi Azrah bahwa Al-Qur’an

mempunyai kedudukan yang paling depan dalam pengambilan sumber-sumber pendidikan lainya.
Segala kegiatan dan proses pendidikan harus berorientasi kepada prinsip nilai-nilai Al-Qur’an, (Nur
Uhbiyati,1997:16).

b. Sunnah (Hadis)
Dasar yang kedua selain Al-Qur’an adalah Sunnah Rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh
Rasulullah Saw dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi faktor utama pendidikan Islam karena
Allah Swt menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah Swt yang artinya:

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik. (QS Al-Ahzab:21).
Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah dimaksud dengan pengakuan itu

ialah kejadian atau perbuatan yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau
perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-Qur’an. Sunnah juga berisi
aqidan dan syari’an serta petunjuk untuk kemasalahatan menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang

bertaqwa untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama bagi seluruh umat.

4. Materi Pendidikan

30Manna Khalil Al-Qattan, Ahli Bahasa Mudzakir AS, Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 2000, cet.ke-5,
hlm.16)
31
A Chaerudin Abdul Khalik, Ulum Al-Qur’an(Jakarta:media,2007.cet.ke-1 hlm.15)
Materi pendidikan Islam yaitu bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian
rupa untuk disajikan kepada anak didik. Dalam pendidikan Islam materi pendidikan Islam sering disebut

dengan Maddatul Tarbiyah.

5. Metode Pendidikan
Metode yaitu cara yang dilakukan oleh pendidik dalam penyampaian materinya. Metode tersebut
mencakup cara pengelolaan, penyajian materi pendidikan agar materi tersebut dengan mudah diterima oleh

anak didik.

6. Alat Pendidikan
Alat-alat dan media pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung terlaksananya
pendidikan.

7. Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan adalah cara-cara mengadakan evaluasi (penilaian) terhadap hasil belajar anak didik.
Evaluasi ini diadakan dengan tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar selama proses
pembelajaran.

8. Lingkungan Pendidikan
Maksud lingkungan pendidikan Islam disini ialah keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam

pelaksaan serta hasil pendidikan Islam. Lingkungan pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam membentuk
kepribadian anak didik, olehnya itu hendaklah diupayakan agar lingkungan belajar senantiasa tercipta

sehingga mendorong anak didik untuk lebih giat belajar, (al-Syaibany,1979).

D. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


1. Pendidikan Islam selalu mempetimbangkan dua sisi kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam setiap langkah dan
geraknya.

Laksana sebuah mata uang yang mempunyai dua muka. Pertama, sisi keagamaan yang merupakan
wahyu Ilahi dan sunah Rasul, berisikan hal-hal mutlak dan berada diluar jangkauan indera dan akal
(keterbatasan akal dan indera). Di sini wahyu dan sunah berfungsi memberikan petunjuk dan mendekatkan

jangkauan indera dan akal budi manusia untuk memahami segala hakikat kehidupan. Kedua , sisi
pengetahuan berisikan hal-hal yang mungkin dapat dindera dan diakali, berbentuk penglaman-pengalaman

faktual maupun pengalaman-penglaman pikir, baik yang berasal dari wahyu maupun dari sunah mapun dari
para pemeluk (kebudayaan). Sisi pertama lebih menekankan pada kehidupan akhirat dan sisi kedua lebih
menekanan pada kehidupan dunia. Kedua sisi terseut selalu diperhatikan dalam setiap gerak dan ushanya.

Karena memang pendidikan Islam mengacu kebahagian hidup duniawi dan ukhrowi.
2. Pendidikan Islam merujuk kepada aturan-aturan sudah pasti
Pendidikan Islam mengikuti aturan atua garis-garis yang sudah jelas dan pasti serta tidak dapat ditolak
dan ditawar. Aturan itu yaitu Wahyu Tuhan yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muammad saw. Semua yang
terlibat dalam pendidikan harus berpedomankan kepada wahyu Tuhan tersebut. Kenyataan manusia bukan
hanya digembirakan dan di dorong untuk memiliki sistem nilai dan sesuai dengan ajaran agamanya, melaikan
juga diancam seandainya mereka mengingkari atau melangarnya. Pendidikan pada umumnya bersifat netral,

artinya pengetahuan itu diajarkan sebagaimana adanya dan terserah kepada manusia hendak diapakannya
pengetahuan itu. Ia hanya mengajarkanya tetapi tidak memberikanya petunjuk ke arah mana dan
memberlakukan pengetahuan itu. Pengajaran umum mengajarkan pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap
yang bersifat relatif, sehingga tidak bisa diramlakan ke arah mana pengetahuan keterangan dan nilai itu akan

digunakan, disertai dengan sikap yang tidak konsisten karena terperangkap oleh pertimbangan untung rugi,
sedangkan pendidikan Islam memiliki arah dan tujuan yang jelas tidak seperti pendidikan umum.
3. Pendidikan Islam berisikan pembentukan akhlakul karimah
Pendidikan Islam selalu menekankan pada pembentukan hati nurani, menanamkan dan
mengembangkan sifat-sifat illahiyah yang jelas dan pasti, dalam hubungan manusia dengan Maha pencipta,
dengan sesamanya, maupun dengan alam sekitar. Budi manusia deterangi oleh wahyu dan sunnah, sehingga
pikiran, kemauan dan perasaanya dan tidak bergerak melawan semuanya sendiri dan mengenal keterbatasan-

keterbatsannya. Pendidikan pada umumnya lebih menekankan pada pembentukan akal, walaupun memang
tidak mengabaikan pembentukan kemauan dan perasaan dan perasaan, karakter dan kepribadian, namun
tidak pernah diberikan batas-batas sehingga membuka peluang keterlanjuran terjadi, karena hanya akal
semata-mata yang menjadi ukuran dan landasan berbuat.
4. Pendidikan Islam diyakini sebagai tugas yang suci

Umunya kaum Muslimin berkeyakinan bahwa penyelenggaraan pendidikan Islam merupakan bagian dari
misi masalah, karena itu mereka menganggapnya sebagai misi suci. Hal ini memang sejalan dengan

pernyataan Nabi dalam sebuah hadits yang artinya: “Sesunggungnya saya diutus semata-mata sebagai

pendidik” (HR. Ibnu Majah). Karena itu dengan menyelenggarakan pendidikan Islam berarti pula menegakan

agama.
5. Pendidikan Islam bermotifkan ibadat sejalan dengan No. 4 di atas, maka berkiprah di dalam pendidikan Islam

merupakan ibadah yang akan dipahalai oleh Tuhan. Dari segi sebagai pengajar, pekrjaan tu terpuji karena

merupakan penerus tugas Nabi, disamping itu perbuatan merupakan amal jariyah yaitu amal yang terus

berlangsung sampai yang bersangkutan meninggal dunia, dengan ketentuan ilmu yang diajarkan itu
diamalkan oleh peserta didik ataupun ilmu itu didikan secara berantai kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila telah meniggal anak Adam akan terputus segala amalanya kecuali 3

buah saja yaitu: Shodaqoh jariah, Ilmu yang diambil manfaatnya, dan Anak sholeh yang mau mendo’akan
kepada kedua orang tuanya”. (HR. Muslim).
Sedangkan bagi peserta didik sendiri disamping memenuhi perintah Tuhan (Wajib) juga akan

mendapatkan pahala yang banyak serta diampuni segala dosanya. 32

32
Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam, PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2013

Anda mungkin juga menyukai