Anda di halaman 1dari 7

JURNAL HUTAN LESTARI (2015)

Vol. 4 (1) : 58 – 64

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN


KEMASYARAKATAN DI DESA MERAGUN KECAMATAN
NANGA TAMAN KABUPATEN SEKADAU

The People Perception for The Existence of Community Forest in The Village Meragun
Subdistrict Nanga Taman District Sekadau

Dhani Heryatna, Sofyan Zainal dan Harnani Husni


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
E-mail : dhaniheryatna@gmail.com

ABSTRACT
Community forests in the Meragun village is the designed of Indonesian Forestry
Ministry which has the goal to improve the welfare of society. Relationship between
community and existence of community forests has led to the perception the public as an
attempt to maintain and preserve forests. The purpose of this study was to determine the
public perception of the existence of a community forest in the Meragun village,
Sekadau district and factors that influence. The method based on survey and sampling
techniques or interviews the respondents conducted by purposive sampling. The number
of respondents were 81 respondents. The results showed the level of public perception
to the existence of a community forest in the Meragun village tend to be higher as many
as 50 respondents (61.72%) have a high perception of the existence of a community
forest in the Meragun village, 23 respondents (28.39%) perceive moderate and 8
(9.87%) respondents who had a low perception.
Keywords : Community forests, Public perception

PENDAHULUAN tenaga listrik (perkiraan potensi listrik


Kementerian kehutanan telah sektar 100MW). Air terjun Sirin Meragun
melakukan revitalisasi kehutanan dalam dengan tinggi 127 meter berpotensi juga
pengelolaan kawasan Hutan lindung sebagai sumber tenaga listrik (perkiraan
melalui program social forestry dengan potensi listrik dapat mencapai 600 KW)
pola Hutan Kemasyarakatan, Hutan serta berpotensi sebagai objek wisata
Kemasyarakatan merupakan program alam. Dengan potensi tersebut perlu
reboisasi keHutanan sekaligus memberi perlindungan lebih dengan cara
lapangan pekerjaan bagi masyarakat di melibatkan pemberdayaan masyarakat
sekitar Hutan. Kawasan Hutan lindung dalam Hutan Kemasyarakatan (HKM)
Gunung Naning memiliki potensi sebagai upaya meningkatkan kemampuan
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa dan kemandirian masyarakat setempat
lingkungan dan potensi pemungutan agar dapat memanfaatkan sumber daya
hasil Hutan bukan kayu. Potensi yang hutan secara optimal. Penelitian ini
telah dirasakan pemanfaatan jasa bertujuan untuk mengetahui persepsi
lingkungan dengan pemanfaatan jasa masyarakat terhadap keberadaan Hutan
aliran air. Peluang aliran sungai atau riam Kemasyarakatan di Desa Meragun
terapugan dengan tinggi air terjun 100 Kabupaten Sekadau, serta menganalisis
meter yang berpotensi sebagai sumber faktor–faktor yang mempengaruhinya.

58
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 4 (1) : 58 – 64

Berdasarkan persepsi masyarakat Penentuan responden menggunakan


tersebut maka diharapkan dapat rumus Slovin (Kusmayadi dan Endar,
menunjang keberhasilan upaya 2000) Dalam Dhimas (2010) :
pengelolaan dan pemanfaatan Hutan
Kemasyarakatan yang melibatkan n=
masyarakat untuk kelestarian sumber Keterangan : n = Ukuran Sampel
daya Hutan yang akan datang. e = Presisi 10%
N= Ukuran Populasi
METODE PENELITIAN Kriteri masyarakat yang akan dijadikan
Penelitian ini dilaksanakan di Desa responden secara pruposive sampling
Meragun Kabupaten Sekadau. adalah
Pelaksanaan penelitian yaitu dari tanggal (1). Sebagai kepala keluarga
21 Juni – 21 Juli 2015. Terdapat di tiga (2). Berdomisili atau menetap selama 5
Dusun yang dijadikan responden yaitu tahun
Dusun Meragun, Dusun Kelampuk, (3). Sehat jasmani dan Rohani
Dusun Ladak (4). Umur minimal 20 tahun dan sudah
Metode pengumpulan data dilakukan menikah .
dengan teknik wawancara langsung Berdasarkan perhitungan
dibantu alat kuesioner berupa daftar menggunakan rumus Slovin di dapat
pertanyaan yang diajukan kepada Total 81 kepala keluarga, jumlah kepala
responden. Objek penelitian ini adalah keluarga harus dapat dibagi kategori
masyarakat di Desa Meragun Kecamatan (tinggi, sedang, rendah) akan
Nanga Taman Kabupaten Sekadau. mempermudah dalam sistem penilaian
Pengambilan data dengan cara skala likert. Responden yang diambil
purposive sampling yaitu penentuan terdapat di Desa Meragun. Untuk lebuh
sampel dengan pertimbangan tertentu. jelas dapat dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Jumlah Sampel Penelitian (Total Population and
Total Sample Research)
No Dusun Objek Penelitian Populasi (KK) Sampel(KK)

1 Meragun 193 32
2 Ladak 147 25
3 Kelampuk 145 24
Total 485 81

Data yang dikumpulkan antara lain : Responden, Persepsi Masyarakat


Terhadap Hutan Kemasyarakatan,
(1). Data primer yaitu data yang
Umur, Pengetahuan dan
diperoleh dari hasil wawancara
Kosmopolitan Masyarakat Terhadap
dengan masyarakat yang
Keberadaan Hutan Kemasyarakatan.
menggunakan alat berupa daftar
pertanyaan (kuesioner). Data primer
dalam penelitian ini adalah : Identitas
59
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 4 (1) : 58 – 64

(2). Data sekunder yaitu data penunjang HASIL DAN PEMBAHASAN


lainya berhubungan dengan keadaan Dari penelitian yang dilakukan di
lokasi penelitian yang diperoleh dari Desa Meragun di dapat data mengenai
beberapa instansi terkait yang persepsi masyarakat. Adapun frekuensi
menunjang penelitian, data tersebut yang diperoleh berdasarkan persepsi
ditabulasikan dan kemudian masyarakat terhadap keberadaan Hutan
dianalisis dengan menggunakan Chi Kemasyarakatan di Desa Meragun
Square. Kabupaten Sekadau seperti pada Tabel 2 :

Tabel 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Terhadap


Keberadaan Hutan Kemasyarakatan di Desa Meragun Kecamatan Nanga
Taman Kabupaten Sekadau (Frequency of Respondents Based on Public
Perception of Existence of Community Forest in the Nanga Taman Subistrict,
Meragun Village, Sekadau District)
No Persepsi Jumlah Sampel Persentase ( %)
1 Tinggi 50 61,72
2 Sedang 23 28,39
3 Rendah 8 9,87
Jumlah 81 100

Responden yang memiliki persepsi fungsi adanya Hutan Kemasyarakatan di


tinggi terhadap keberadaan Hutan daerah mereka, ini disebabkan
kemasyarakataan merupakan responden masyarakat kurang mendapatkan
yang merasakan secara langsung maupun informasi mengenai keberadaan Hutan
tidak langsung manfaat Hutan Kemasyarakatan. Tidak terdapat
kemasyarakataan, masyarakat yang responden yang memiliki persepsi rendah
mengerti serta mengetahui fungsi dan terhadap keberadaan Hutan
tujuan dari Hutan kemasyarakataan. Kemasyarakatan ini dikarenakan
Sejalan dengan pendapat Wibowo (2009) masyarakat menyadari fungsi dan
yang menjelaskan bahawa kelestarian manfaat keberadaan Hutan
Hutan bukan saja menjadi tanggung kemasyarakataan merupakan bagian
jawab pemerintah, namu kesadaran atau penting dalam kehidupan dan lingkungan
peran partisipasi aktif masyarakat juga mereka.
sangat menentukan kelestarian Hutan. Berdasarkan penelitian yang telah
Hal ini dikarenakan masyarakat Hutanlah dilakukan, tingkat umur tidak memiliki
yang berhubungan langsung dengan hudungan yang signifikan dengan
keberadaan Hutannya. persepsi masyarakat. Berdasarkan
Responden persepsi sedang adalah perhitungan menunjukan bahwa hipotesis
responden yang mengetahui keberadaan asosiatif yang menyatakan hubungan
Hutan kemasyarakataan dan merasakan antara tingkat umur dengan persepsi
adanya manfaat akan tetapi tidak masyarakat tidak dapat diterima. Hasil
sepenuhnya memahami akan tujuan dan menunjukan pada usia muda masyarakat
60
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 4 (1) : 58 – 64

belum memiliki pemahaman sepenuhnya lebih mengetahui tentang manfataa Hutan


terhadap keberadaan Hutan itu sendiri. Hal ini sejalan dengan
Kemasyarakatan, sedangkan pada usia pendapat Harsojo (1996) dalam Peres
dewasa masyarakat sudah memiliki (2012) bahwa faktor umur tidak
pemahaman yang baik tentang menentukan kebebasan seseoramg dalam
keberadaan Hutan Kemasyarakatan bertindak dan tidak memiliki peran
dengan berbagai informasi yang didapat penting pada diri seseorang manusia serta
dan pengetahuan yang mereka miliki. tidak lagi menentukan apakah seseorang
Responden dengan tingkat usia lanjut mempunyai pengetahuan yang banyak
yang memiliki persepi yang sedang atau tidak.
terhadap keberadaan Hutan Hubungan antara tingkat umur
Kemasyarakatan ini menyatakan bahwa dengan persepsi masyarakat terhadap
usia tidak membatasi seseorang untuk keberadaan Hutan Kemasyarakatan di
dapat mengetahui segala sesuatu bagi Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman
kehidupan, sehingga di usia lanjut Kabupaten Sekadau dapat di lihat pada
masyarakat tetap menjaga kelestarian Tabel 3 :
Hutan karena masyarakat di usia lanjut
Tabel 3. Hubungan Tingkat Umur dengan Persepsi Masyarakat Terhadap
Keberadaan Hutan Kemasyarakatan di Desa Maragun Kabupaten
Sekadau ( Age Level connection with Public Perception of Existence of
Community Forest Meragun Village Sekadau District)
Umur
Persepsi Usia Usia Usia Jumlah %
% % %
Muda Dewasa Lanjut
Tinggi 10 58,82 27 64,28 13 59,09 50 61,72
Sedang 4 23,52 11 26,19 8 36,36 23 28,39
Rendah 3 17,64 4 9,52 1 4,54 8 9,87
Jumlah 17 100 42 100 22 100 81 100

Hubungan antara tingkat Kemasyarakatan dapat dilihat pada Tabel


pengetahuan dengan persepsi masyarakat 4:
terhadap keberadaan Hutan
Tabel 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Persepsi Masyarakat Terhadap
Keberadaan Hutan Kemasyarakatan di Desa Maragun Kabupaten Sekadau
(Level Cosmopolitan connection with Public Perception Of Existence of Community
Forest in the Meragun village, Sekadau District)
Pengetahuan
Persepsi Jumlah %
Tinggi % Sedang % Rendah %
Tinggi 43 76,78 6 33,33 2 28,57 51 62,96
Sedang 12 21,42 9 50 1 14,28 22 27,16
Rendah 1 1,78 3 16,66 4 57,14 8 9,87
Jumlah 56 100 18 100 7 100 81 100

61
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 4 (1) : 58 – 64

Tingkat pengetahuan memiliki memiliki pengetahuan yang rendah


hubungan yang signifikan dengan maupun sedang bukan berarti
persepsi terhadap keberadaan Hutan pemahaman mereka kurang karena
Kemasyarakatan. Tinggi tingkat masyarakat cenderung menilai dari apa
pengetahuan masyarakat berpengaruh yang mereka lihat, berdasarkan
pada tingginya tingkat persepsi pengetahuan dan berdasarkan
masyarakat terhadap keberadaan Hutan pengalaman yang mereka miliki. Sejalan
Kemasyarakatan. dengan pendapat Nazaruladha (2010)
Responden dengan tingkat dalam Milunardi (2014) pengetahuan
pengetahuan tinggi cenderung memiliki adalah hal-hal yang diketahui seseorang
persepsi tinggi terhadap keneradaan tentang dirinya sendiri, tingkah laku dan
Hutan Kemasyarakatan ini menjelaskan keadan sekitarnya.
bahwa pengetahuan masyarakat berkaitan Responden dengan tingkat
dengan pemahaman seseorang, jika pengetahuan rendah yang memiliki
pengetahuan seseorang tinggi maka persepsi tinggi, dikarenakan masyarakat
semakin baik seseorang menilai sesuatu menyadari akan pentingnya kelestarian
dan pemahamanya. Terdapat beberapa kawasan Hutan, karena mereka tahu
faktor yang menyebabkan tingginya bagaimana dampak buruk yang dapat
tingkat pengetahuan masyarakat pada terjadi jika Hutan tidak dikelola dengan
umumnya masyarakat telah mengetahui benar.
bahaya yang dapat terjadi apa bila Hutan Hubungan Tingkat Kosmopolitan
tidak dikelola dengan baik dan dengan Persepsi Masyarakat Terhadap
melestarikan Hutan, kondisi Hutan sangat Keberadaan Hutan Kemasyarakatan di
rentan dan rawan terhadap penebangan. Desa Meragun Kabupaten Sekadau dapat
Responden dengan pengetahuan dilihat pada Tabel 5 :
yang sedang cenderung memiliki
persepsi yang tinggi terhadap keberadaan
Hutan Kemasyarakatan, ini menjelaskan
pengetahuan seseorang berpengaruh
terhadap pandangan jika masyarakat
Tabel 5. Hubungan Tingkat Kosmopolitan dengan Persepsi Masyarakat Terhadap
Keberadaan Hutan Kemasyarakatan di Desa Maragun Kabupaten Sekadau
(Level Cosmopolitan connection with Public Perception Of Existence of
Community Forest in the Meragun village, Sekadau District)
Kosmopolitan
Persepsi Jumlah %
Tinggi % Sedang % Rendah %

Tinggi 43 76,78 6 37,50 2 22,22 51 62,96


Sedang 10 17,85 9 56,25 3 33,33 22 27,16
Rendah 3 5,35 1 6,25 4 44,44 8 9,63
Jumlah 56 100 16 100 9 100 83 100

62
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 4 (1) : 58 – 64

Tingkat kosmopolitan memiliki lingkungan mereka dari berbagai dampak


hubungan yang signifikan dengan buruk yang akan ditimbulkan jika
persepsi masyarakat terhadap keberadaan keberadaan Hutan tidak tidak dikelola
Hutan Kemasyarakatan mempengaruhi dengan baik. Sejalan dengan pendapat
tinggi rendahnya persepsi masyarakat Budiono (2005) yang menyatakan
terhadap keberadaan Hutan kosmopolitan merupakan suatu wawasan
Kemasyarakatan. dan pengetahuan yang luas.
Responden yang memilki tingkat
kosmopolitan tinggi cenderung memiliki PENUTUP
persepsi tinggi yaitu masyarakat yang Kesimpulan
cenderung mempunyai wawasan pola 1. Masyarakat di Desa Meragun
pikir luas yang bisa menerima informasi Kecamatan Nanga Taman Kabupaten
dari luar mengenai keberadaan Hutan Sekadau memilki tingkat persepsi
Kemasyarakatan, masyarakat Desa tinggi terhadap keberadaan Hutan
Meragun mengetahui manfaat keberadaan Kemasyarakatan, tingginya tingkat
Hutan Kemasyarakatan yang ada di Desa persepsi tersebut dikarenakan
mereka dan memahami pentingnya sebagiab besar masyrakat telah
melestarikan keberadaan huatn bagi menyadari bahwa pentingnya tujuan
kehidupan mereka sendiri maupun orang dan manfaat Hutan Kemasyarakatan
lain. sebagai salah satu sistem dalam
Pada responden tingkat kosmopolitan keHutanan untuk mengelola dengan
sedang memilki persepsi tinggi adalah baik dan benar sehingga mencapai
masyarakat yang juga memiliki wawasan tujuan dalam melestarikan dan
yang luas dan mau menerima keberadaan mensejahterakan masyarakat.
Hutan Kemasyarakatan sehingga sampai Walaupun demikian, bukan berarti
saat ini masyarakat masih mau mengelola kegiatan pemanfaatan pada kawasan
Hutan Kemasyarakatan agar dapat Hutan yang dilakukan secara turun
berkembang sebelumnya. Sejalan dengan temurun tidak dilakukan lagi,
pendapat Adha dalam Yudhi (2013) sebagian masyarakat masih
semakin tinggi tingkat kosmopolitan menggunakan kawasan Hutan seperti
masyarakat akam memiliki berladang.
kecenderungan yang besar untuk dapat 2. Faktor yang berhubungan dengan
mnerima suatu objek atau seustau hal persepsi terhadap Hutan
yang bersifat membangun. Kemasyarakatan, yaitu umur,
Untuk responden tingkat pengetahuan dan kosmopolitan.
kosmopolitan rendah yang memiliki Faktor yang tidak signifikan dapat
persepsi tinggi adalah masyarakat dengan dilihat pada faktor umur, dan faktor
keinginan dan menyadari pentingnya yang signifikan adalah faktor
Hutan kemasyrakatan sebagai salah satu pengetahuan dan faktor
tujuan mensejahterakan tarap hidup kosmopolitan.
mereka dan sebagai bentuk pelestarian
63
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 4 (1) : 58 – 64

Saran
1. Perlu ditingkatkan kesadaran Milunardi, Fahrizal dan Iskandar. 2014.
masyarakat terkait pentingnya Partisipasi Masyarakat Sekitar
menjaga dan melestarikan Hutan Hutan Dalam Melestarikan Hutan
yaitu melalui sosial serta menambah Adat Sebagai Daerah Penyangga
pemberdayaan masyarakat sekitar Sumber Air di Desa Menyabo
Kecamatan Tayan Hulu
Hutan dalam bentuk Hutan
Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan
Kemasyarakatan supaya masyarakat Lestari. Vol.02.No .02.
mendapat informasi secara
Peres Simon. 2012. Persepsi Monteredo
mendalam tentang manfaat dan
Terhadap Kawasan Cagar Alam
tujuan dari Hutan Kemasyarakatan Lho Fat Fun Fie di Kecamatan
maupun Hutan. Untuk itu diperlukan Montoredo Kabupaten
dukungan dari berbagai pihak baik Bengkayang [Skripsi]. Fakultas
itu pemerintah setempat. Kehutanan. Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
2. Masyarakat yang ada di Desa
Wibowo. 2009. Motivasi Dan Partisipasi
Meragun perlu meningkatkan Masyarakat Desa Buluh Cina
kerjasama dalam meningkatkan Dalam Upaya Melestarikan
kualitas dari Hutan Kemasyarkatan Hutan Adat Buluh Cina Kec Siak
agar kesejahteraan dan kelestarian Hulu Kab. Kampar Provinsi Riau.
tujuan Hutan Kemasyarakatan dapat Jurnal Lingkungan Hidup.Vol.1
tercapai. Yudhi Satria Y,Surachman M dan
Purwati. 2013. Persepsi
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat Terhadap Usaha
Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Tani Tanaman Karet (Havea
Indonesia. Karya Agung. Brasilliensis) di Desa Nanga
Surabaya. Tekungai Kecamatan Serawai
Kabupaten Sintang. Jurnal Hutan
Dhimas Wiharyanto dan Asbar Laga.
Lestari .Vol.1.No.03.
2010. Penegelolaan Hutan
Mangrove di Kawasan
Konservasi Desa Memburungan
Kota Tarakan Kalimantan Timur.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Borneo.
Tarakan. Jurnal Sainstek.
Vol.2.no.1.

64

Anda mungkin juga menyukai