Anda di halaman 1dari 10

FARMAKOLOGI VETERINER II

FARMAKOLOGI DESINFEKTANSIA

NAMA : Arindya Andrian


NIM : 170210101044
KELAS :2

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
Karunia-Nya lah penulis mampu menyelesaikan tugas paper makalah yang
berjudul “Farmakologi Desinfektansia“ dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Bapak drh.
Abdul Haris, M.P. yang telah memberikan penulis kesempatan dalam membuat
tugas paper makalah ini.

Penulis begitu sadar bahwasanya dalam penyusunan paper ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berharap saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan paper ini. Penulis pun berharap
semoga paper ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi para pembaca pada
umumnya.

BandaAceh, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. ...... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... ...... 1
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2
A. Pengertian Desinfektan dan Desinfeksi.................................... ......... 2
B. Kriteria Desinfektan....................................................................... 3
C. Klasifikasi Desinfektan............................................................... ......... 3
D. Faktor Efektivitas Desinfektan....................................................... 4
E. Aplikasi Desinfektan Pada Kedokteran Hewan............................... 5

BAB III PENUTUP.......................................................................... .......... 6


A. Kesimpulan.................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia
yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri,
jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk
proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut
harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses
sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua
bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Bahan kimia tertentu merupakan alat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat
menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik pemanasan dan cara
kimia penambahan bahan kimia. Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara
kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

B. RUMUSAN MASALAH

 Apa pengertian dari desinfektan dan desinfeksi ?


 Bagaimana kriteria desinfektan ?
 Apa saja klasifikasi desinfektan ?
 Apa saja faktor efektivitas desinfektan ?
 Bagaimana pengaplikasian desinfektan pada bidang kedokteran Hewan ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

 Untuk mengetahui pengertian dari desinfektan dan desinfeksi


 Untuk mengetahui kriteria desinfektan
 Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari desinfektan
 Untuk mengetahui faktor efektivitas desinfektan
 Untuk mengetahui cara pengaplikasian desinfektan pada bidang Kedokteran
Hewan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DESINFEKTAN DAN DESINFEKSI

DESINFEKTAN

Desinfektan adalah suatu zat yang mencegah infeksi dengan menghancurkan


mikroorganisme patogen, terutama istilah ini digunakan pada benda benda mati
(Theodorus, 2008). Desinfektan adalah preparat kimia yang digunakan untuk
desinfeksi kandang dan peralatan, guna membasmi mikroorganisme, khususnya
mikroorganisme yang membahayakan. Preparat ini tersedia secara komersial yang
masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya danpenggunaan
tertentu.
DESINFEKSI
Desinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua
mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri. Biasanya
menggunakan cairan kimia, pasteurisasi atau perebusan.
Terdapat 3 tingkat desinfeksi : 1. Desinfeksi tingkat tinggi yaitu membunuh
semua organisme dengan perkecualian spora bakteri. 2. Desinfeksi tingkat sedang
yakni membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri. 3. Desinfeksi
tingkat rendah yaitu membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan beberapa
jamur tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil
tuberkel dan spora bakteri (Kurniawati dan Nursalam, 2007).

B. KRITERIA DESINFEKTAN

 Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar


 Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
 Tidak toksik pada hewan dan manusia
 Tidak bersifat korosif
 Tidak berwarna dan meninggalkan noda
 Tidak berbau/ baunya disenangi
 Bersifat biodegradable/ mudah diurai
 Larutan stabil
 Mudah digunakan dan ekonomis
 Aktivitas berspektrum luas
C. KLASIFIKASI DESINFEKTAN

 Desinfektan kimiawi
1. Alkohol
Berbentuk etil alkohol dengan konsentrasi 60 – 90% dapat bekerja sebagai
bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal, tetapi tidak membunuh
spora bakteri. Cara kerja alkohol adalah denaturasi protein. Alkohol efektif
untuk desinfeksi termometer oral maupun rektal dan serat optik endoskopi.

2. Klorin dan ikatan klorin


Klorin membunuh bakteri diduga dengan cara menghambat reaksi enzimatik
yang esensial dalam sel, denaturasi protein, dan inaktivasi asam nukleat.

3. Formaldehyde
Formaldehyde dijual dalam bentuk cair yang dikenal dengan formalin.
Formaldehyde berfungsi sebagai bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan
virusidal, serta sporasidal, tetapi bersifat karsinogenik shingga jarang
digunakanlagi. Cara kerja formaldehyde adalah melalui alkilasi asam amino
atau protein.

4. Glutaraldehyde
Cara kerja glutaraldehyde adalah merusak DNA, RNA, menghambat sintesis
mikroorganisme yang rentan terhadap glutaraldehyde pada konsentrasi 2% dan
pH 7,5 – 8,5 meliputi bakteri vegetatif, M. tuberculosa, fungi, berbagai virus,
spora Bacillus dan Clostridium spp, Oocyt cryptosporridium. Banyak
digunakan untuk DTT alat medis seperti endoskopi, pipa spirometer, alat
dialisis, transduser, peralatan anestesi, dan terapi respirator.

5. H2O2
Bekerja dengan cara memproduksi radikal hidroksil bebas merusak selubung
lipid sel, DNA dan unsur sel yang esensial. Di pasar tersedia H2O2 3% yang
cukup stabil dan efektif sebagai desinfektan. H2O2 3 – 6% dapat digunakan
sebagai desinfeksi lensa kontak, tonometer biprisma, dan ventilator.

6. Asam parasetat
Asam parasetat atau asam peroksiasetat mempunyai kemampuan membunuh
kuman secara cepat termasuk spora dalam konsentrasi rendah.
Mikroorganisme yang rentan adalah bakteri gram positif dan gram negatif,
fungi dan yeast, virus, spora.

7. Fenol
Nama lainnya adalah lisol atau karbol. Fenol konsentrasi tinggi bekerja
sebagai zat racun yang menembus protoplasma, merusak dinding sel dan
menggumpalkan protein sel. Kombinasi turunan fenol dengan deterjen
digunakan untuk dekontaminasi lingkungan rumah sakit, termasuk permukaan
meja, lantai laboratorium, dan alat kesehatan risiko rendah. Fenol tidak
digunakan untuk alat kesehatan risiko tinggi dan sedang karena meninggalkan
residu.

 Desinfeksi fisik
1. Radiasi dengan ultraviolet (UV)
UV dapat merusak DNA, efektivitas dalam membunuh mikroorganisme
dipengaruhi oleh panjang gelombangnya, bahan organik, jenis media, suhu,
jenis mikroorganisme, dan intensitas sinar UV.

2. Pasteurisasi
Bertujuan merusak mikroorganisme patogen yang mungkin ada tanpa merusak
spora bakteri. Digunakan desinfeksi kimiawi alat terapi pernapasan anestesi.

3. Mesin desinfektor
Mesin pencuci yang dirancang untuk bekerja otomatis dan tertutup untuk
membersihkan pispot, waskom, alat kesehatan bedah, dan pipa
anestesi(Kurniawati dan Nursalam, 2007).
Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
DTT merupakan alternatif penatalaksanaan alat kesehatan bila sterelisasi tidak
tersedia atau tidak mungkin terlaksana. DTT dapatmembunuh semua
mikroorganisme, tetapi tidak dapat membunuh endospora dengan sempurna
seperti tetanus atau gas gangren. Cara melakukan DTT antara lain : 1) Merebus
dalam air mendidih selama 20 menit, 2) rendam dalam desinfektan kimiawi
seperti glutaraldehyde dan formaldehyde 8%, 3) steamer (Kurniawati dan
Nursalam, 2007).

D. FAKTOR EVEKTIVITAS DESINFEKTAN


Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama
paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu. pH merupakan
faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan
kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10. Contoh senyawa pengganggu
yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organik

E. APLIKASI DESINFEKTAN PADA KEDOKTERAN HEWAN

 Tindakan dipping menggunakan desinfektan pada sapi atau kambing perah

Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan


bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Kualitas susu dapat
dijaga salah satu diantaranya dengan melakukan perlakuan dipping.Dipping adalah
suatu tindakan dengan mencelupkan puting susu ke dalam desinfektan setelah
pemerahan berakhir, yang bertujuan untuk mencegah terkontaminasinya susu oleh
bakteri yang dapat merusak kualitas susu dan menyebabkan mastitis. Perlakuan
dipping dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara merusak dinding sel
bakteri bagian luar dan membran sel sehingga desinfektan dapat masuk kedalam
sitoplasma sampai kedalam nukleus, akibatnya bakteri tidak dapat berkembang biak,
sehingga terhambat sampai akhirnya bakteri mati (Mahardika dkk., 2012).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Desinfektan adalah suatu zat yang mencegah infeksi dengan menghancurkan


mikroorganisme patogen, terutama istilah ini digunakan pada benda benda mati.
Desinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua
mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri. Biasanya
menggunakan cairan kimia, pasteurisasi atau perebusan. Beberapa kriteria desinfektan
Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu
kamarAktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban Tidak toksik pada hewan dan manusia. Kriteria desinfektan terdiri dari
fisik dan kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati, N. D. dan Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi


HIV/AIDS. Salemba Medika, Jakarta.
Mahardika, O., Sudjatmogo. Dan Suprayogi, T. H. (2012). Tampilan total bakteri dan pH
pada susu kambing perah akibat dipping desinfektan yang berbeda (Total Bacteria
anda pH of Goat Milk with Various Udder Dipping Methods). Animal Agriculture
Journal. 1 (1) : 819 – 828.
Srikartika, P., N. Suharti, E. Anas. 2016. Kemampuan Daya Hambat Bahan Aktif Beberapa
Merek Dagang Hand sanitizer terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Jurnal
Kesehatan Andalas. 5(3) : 540-545.
Theodorus. (2008). Kumpulan Kuliah Farmakologi. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai