Anda di halaman 1dari 2

Aspek Lingkungan Dalam Antropogenik Industri

Aspek Lingkungan merupakan aspek yang harus diperhatikan dalam aktivitas antropogenik
dalam bidang industri. Aktivitas antropogenik dalam bidang industri sangat erat kaitannya
dengan aktivitas pertambangan. Aktivitas pertambangan sudah tidak dapat dilepas dari
kegiatan ekonomi negara, mengingat salah satu sumber pendapatan negara terbesar berasal
dari sektor industri pertambangan. Namun, kegiatan pertambangan tanpa memperhatikan
aspek lingkungan akan mengakibatkan masalah-masalah lain karena terjadinya pencemaran,
karena lingkungan hidup bertujuan untuk menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup
dan kelestarian ekosistem, melestarikan fungsi lingkungan hidup, menjamin terpenuhinya
keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan.

Lingkungan akan tercemar apabila dari sektor industri pertambangan tersebut membuang
limbahnya di lingkungan sekitar tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi khususnya di
area perairan. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas tersebut akan mempengaruhi organisme
biotik dan abiotik (ekosistem) yang ada disekitar daerah tersebut. Sehingga bukan hanya
kualitas air yang terpengaruhi, tetapi juga mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.
Namun, secara umum Dampak kerusakan yang ditimbulkan berupa kolam bekas tambang,
hilangnya keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi lingkungan, tercemarnya air laut,
rusaknya ekosistem laut.

Kegiatan pertambangan menghasilkan limbah dengan zat logam berat, sepeti Cu dan Zn.
Dalam salah satu penelitian di sungai Baturusa Kabupaten bangka, Limbah yang dibuang ke
badan Sungai Baturusa diperkirakan telah mempercepat laju sedimentasi yang dapat
meningkatkan kerusakan lingkungan perairan. Penurunan kualitas air pun terjadi seiring
peningkatan laju sedimentasi. Hal ini membuat air sungai menjadi keruh sehingga cahaya ke
perairan menjadi berkurang. Kurangnya cahaya yang masuk akan mengganggu proses
fotosintesis bagi organisme produsen di perairan sehingga ikan di sungai akan kekurangan
makanan sehingga jumlahnya semakin berkurang.

Sifat logam berat yang sulit didegradasi mengakibatkan zat tersebut mudah terkumulasi
terhadap organisme perairan dan keberadaannya secara alami sulit untuk terurai dapat diserap
oleh organisme termasuk kerang dan ikan, serta akan membahayakan kesehatan manusia
yang mengkomsumsi organisme tersebut. Sehingga keberadaan zat tersebut dalam perairan
akan menimbulkan efek yang berbahaya baik organisme secara langsung, maupun manusia
secara tidak langsung.
Bukan hanya itu, zat pencemar dari limbah pertambangan tersebut terus menyebar di daerah
sekitarnya. Aktivitas pertambangan yang biasanya jauh dari pemukiman warga belum
menjamin lingkungan di sekitar warga akan bebas dari limbah hasil pertambangan. Dalam
penelitian di sungai baturusa pula, ditemukan bahwa area yang tercemar sudah sampai ke
tambak dan pemukiman warga.

Hal seperti diatas akan mengakibatkan degradasi lingkungan yang lain apabila tidak adanya
penanganan dalam hal ini. Karena dalam aktivitas pertambangan yang terus dilakukan akan
menghasilkan zat yang sangat berbahaya bagi lingkungan apabila zat tersebut dibuang di
lingkungan sekitar dalam jumlah yang berlebihan. Terdapat banyak contoh ekosistem yang
terganggu dari hasil antropogenik industri pertambangan ini, seperti di Bangka Belitung,
Minahasa, Riau, dll. Dan semua daerah menunjukkan pengaruh terhadap lingkungan yang
sama dalam aktivitas antropogenik industri dalam hal pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai