PENGANTAR PENDIDIKAN
“Permasalahan pendidikan”
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
Kata Pengantar
Puji syukur patut Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan pertolongan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang“Permasalahan pendidikan”.Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah penulis yaitu Pengantar Pendidikan. Penulis berharap dengan makalah ini pembaca
dapat menambah wawasan dan pengetahuannya tentang “Permasalahan pendidikan” secara
khusus di lingkungan masyarakat umum.
Terlepas dari semua itu,penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih banyak
kekurangan baik dari segi materi,pemilihan kalimat dan tata bahasa yang digunakan. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini.Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun, manusia
tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Menurut wadah yang menyelenggarakan
pendidikan, pendidikan dapat dibedakan menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal.
Pendidikan formal adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara
terorganisasi dan berjenjang.Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi negeri maupun swasta.Pendidikan informal adalah jenis pendidikan atau
pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang diselenggarakan tanpa ada
organisasi tertentu.Pendidkan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yang diberikan secara
terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan formal.
Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan dua macam dampak
yang saling bertentangan.Kedua dampak itu adalah dampak positif dan dampak negatif.Dampak
positif adalah segala sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut,
dengan kata lain dapat disebut sebagai tujuan. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu
yang bukan merupakan harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat disebut
sebagai hambatan atau masalah yang ditimbulkan.
Jika peristiwa di atas dihubungkan dengan pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan akan
menimbulkan dampak negatif yang disebut sebagai masalah dan hambatan yang akan dihadapi.
Hal ini akan lebih tepat bila disebut sebagai Permasalahan Pendidikan.
PEMBAHSAN
Istilah permasalahan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah
segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti
sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah
segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat juga disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia
adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan
di negara Indonesia.
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan
masyarakat sebagai suprasistem sehingga menciptakan kondisi yang sedemikian rupa dan
permasalahan interen system pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, permasalahan
interen dalam system pendidikan kaitannya dengan masalah-masalah diluar system pendidikan
itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari
kondisi social budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya, dan masih banyak lagi factor-faktor
lainnya di luar system persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Namun pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di
tanah air kita dewasa ini yaitu :
2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang
mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
2.JENIS PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN
Masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu
diprioritaskan penanggulangannya.Ada empat jenis permasalahan pokok pendidikan yang telah
menjadi kesepakatan nasional. Masalah yang dimasud yaitu:
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil
sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran
tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen
tenaga dengan sistem tes untuk kerja (performance test).Lazimnya sesudah itu masih dilakukan
pelatihan/ pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di
lapangan.Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang
bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang
bermutu. Jika terjadi belajar yang tidak optiimal menghasilkan skor ujian yang baik maka hampir
dipastikan bahwa hasil ujian belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan
mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran
pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik,
tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran bahkan juga masyarakat sekitar. Seberapa
besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan, sangat terkandung kepada
kualittas komponen dan kerja samanya serta mobilitas komponen yang mengarah kepada
pencapaian tujuan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu. Di dalam Tap MPR
RI 1998 tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih
disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan dan matematika. (BP-7 Pusat.
1989: 68) umumnya kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di daerah
pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah perkotaan. Acuan usaha
pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar sistem, pendidikan khususnya sistem persekolahan
dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota dan desa) mengalami
peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinyamasing-masing.
Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai
pelaksanaannya.Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep. Apakah kurikulum
tersebut cukup andal secara yuridis (merupakan penjabaran undang-undang pendidikan) dan
secara psikologis (berdasarkan hukum perkembangan peserta mendasarkan diri pada proses
kematangan anak). Konsep seperti itu bermasalah. Selanjutnya jika suatu kurikulum sudah andal,
dapat dilaksanakan apa tidak. Jika tidak, timbullah masalah pelaksanaan atau masalah
operasional. Perlu di pahami bahwa tidak semua masalah aktual tersebut merupakan masalah
baru. Bahkan ada yang sudah lama. Sudah sejak lama masalah aktual itu kita sepakati untuk
mengatasinya, tetapi dari tahun ke tahun hasilnya tetap sama.Berikut ini masalah aktual tersebut:
Didalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sisten Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah
dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya.Kemudian dipertegas dalam GBHN butir 2a dan b tentang arah dan tujuan pendidikan
bahwa yang dimaksud dengan manusia yang utuh itu adalah manusia yang sehat jasmani dan
rohani.Tetapi dalam pelaksanaannya pendidikan afektif belum ditangani
semestinya.Kecendrungan mengarah kepada pengutamaan aspek kognitif.
2. Masalah Kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan pelaksanaannya.Yang menjadi sumber masalah
adalah bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke lapangan
kerja bagi yang tidak melanjutkan sekolah dan memberikan bekal dasar yang kuat untuk ke
perguruan tinggi bagi yang melajutkan sekolah.
Menurut Tirtarahardjapada (2010:252) Konsep kurikulum 1984 juga memiliki kelebihan kareana
adanya keluwesan antara lain:
1) Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan untuk
memasuki lapangan kerja
Untuk memandu proses pembelajaran murid,guru dibantu oleh petugas lainnya seperti konselor
(guru BP), pustakawan, laboratorium dan teknisi sumber belajar. Jadi guru tidak mengemban
multi tugas selain mengajar.Maka dari itu waktu itu dapat digunakan utuk :
1) Melakukan kontak dan pendekatan manusiawi yang lebih intensif dengan murid-muridnya.
Masalahnya adalah di beberapa sekolah di tanah air masih belum mempunyai pendamping guru
tersebut.Hal ini dikarenakan penempatan tenaga pengajar yang masih belum merata.
Keberadaan pendidikan dasar 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI Nomor 2 1989
Pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya
tamat pendidikan dasar, dan pasal 13 menyatakan tujuan pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor
28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar
merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program
pendidikan 3 tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu, memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN 1993 tentang arah pendidikan nasional
butir 26 yang antara lain menyatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan, terutama
peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan dasar yaitu 9 tahun,kita sudah
mengalami langkah maju dibanding dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib
belajar hanya 6 tahun yaitu tingkat SD. Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh
ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan pembangunan, antara lain:
a) Untuk memasuki PJPT II diperlukan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
b) Persyaratan kerja yang dituntut dunia kerja semakin meningkat sehingga dengan basis
pendidikan dasar 9 tahun tentunya lebih baik daripada hanya 6 tahun. Khususnya persyaratan
usia, usia tamat pendidikan dasa semakin mendekati usia kerja menurut peraturan Menaker No:
Per-01/Men/1987, pasal 1 tentang batas umur layak kerja yaitu 14 tahun.
Hambatan nya berasal dari sambutan masyarakat, utamanya dari orang tua yang kalangan yang
kurang mampu. Mereka mungkin cenderung untuk tidak menyekolahkan anaknya karena harus
membiayai anaknya lebih lama. Padahal tidak dapat berharap banyak dari anaknuya untuk segera
memperoleh pekerjaan setelah tamat dari sekolah
b. Cara Inovatif
Sistem Pamong atau Inpact System (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan
guru). Sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
· SD kecil pada daerah terpencil, Sistem Guru Kunjung , SMP terbuka, Kejar paket A dan
B, Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Hasil yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang
bermutu. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu.Ada 2 faktor yang
dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat
diusahakan pada saat demikian :
b. kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu
karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang
kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan
seterusnya.Umumnya mutu pendidikan di pedesaan lebih rendah dari mutu pendidikan di
perkotaan. Acuan usaha pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar system pendidikan
khususnya system persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air
(kota dan desa) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya
masing-masing.
a. Perkembangan Iptek
b. Pekembangan Seni
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia yang seutuhnya,aktivitas
kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan afektif
khususnya emosi yang positif serta keterampilan disamping kognitif dan psikomotorik.Dilihat
dari segi lapangan kerja,dewasa ini dunia seni telah mendapat tempat dalam kehidupan
masyarakat sebagai mata pencaharian.Masalahnya adalah walaupun dunia seni begitu penting
namun di sekolah sekolah saat ini masih menduduki posisi kelas dua.Selain itu,sulit untuk
menyediakan tenaga pendidiknya dan sarana penunjang yang mahal.
a. Pertambahan Penduduk
Dengan bertambahnya jumlah penduduk ,maka penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
harus ditambah.
b. Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air ini tidak merata.Kondisi yang seperti ini juga
menyulitkan dalam hal penempatan tenaga pendidik.
3. Aspirasi Masyarakat
Aspirasi masyarakat harusnya menjadi baik ketika masih dalam keadaan standar.Namun
menjadi masalah ketika terjadinya massalisasi pendidikan dimana di suatu wilayah terjadi
lamaran di sekolah sekolah,sementara sekolah di wilayah tersebut tidak mencukupi baik dari
fasilitas ataupun pengajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:
2. Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama antara unsur-
unsur pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dan
pihak-pihak pendidikan terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah
korupsi dana di dalam dunia pendidikan.
3. Peningkatan mutu pendidikan akan dapat terlaksana jika kemampuan dan profesionalisme
pendidik dapat ditingkatkan.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Munib,Achmad,dkk. 2011.Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang:Universitas Negeri
Semarang Press.
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:PT Rineka
Cipta.
Rineka Cipta.
http://forum.detik.com.
http://zuhdifirdaus.wordpress.com/2008/08/29/permasalahan-pendidikan-masa-kini/
https://smandoe-sawahlunto.sch.id/index/17-masalah-pendidikan-di-indonesia/
arrieffatriansyah.blogspot.com/.../makalah-pengantar-pendidikan
http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/permasalahan-pokok-pendidikan-dan.html
https://fatamorghana.wordpress.com/tag/masalah-aktual-pendidikan/
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :
Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai
akibat kurang matangnya perencanaan. Banyak gedung SD Inpres karena beberapa sebab
dibangun pada lokasi yang tidak tepat, akibatnya banyak SD yang kekurangan murid atau yang
ruang belajarnya kosong.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di masa transisi yang relative lama ini proses pendidikan
berlangsung kurang efisien dan efektif. Hal ini dapat dilihat dengan seringnya kebijakan
pemerintah merubah kurikulum pendidikan nasional, padahal perubahan kurikulum sering
membawa akibat tidak dipakainya lagi buku-buku dan perangkat lainnya. Namun perubahan
kurikulum tidak selamanya buruk, karena perubahan kurikulum itu sendiri diselaraskan dengan
perkembangan zaman di masa globalisasi ini.
Sesuai dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran pemerataan pendidikan
dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah lain yang dinggap penting dalam
pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas pendidikan. Permasalahan efisiensi
pendidikan dipandang dari segi internal pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila sasaran
dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan
akan dapat memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada,
seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti
waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang
optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana
pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan.
Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah
mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat
pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh
dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak
efektif.
Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini
mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut,
pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki
kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak
diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran. Penanggulangan
masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga pengajar. Jika
kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau produk
pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana
pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan dana
dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat
dalam usaha penghematan waktu dan tenaga.
Misalnya:
Tidak adanya kesesuaian antara output (lulusan) pendidikan dengan tuntutan perkembangan
ekonomi.
Solusinya:
Solusinya: