Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN

“Permasalahan pendidikan”

Disusun oleh : Kelompok 5

Dosen Pengampuh : Dr.Hj. Gamar B.N Shamdas,. M.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2018
Kata Pengantar
Puji syukur patut Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan pertolongan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang“Permasalahan pendidikan”.Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah penulis yaitu Pengantar Pendidikan. Penulis berharap dengan makalah ini pembaca
dapat menambah wawasan dan pengetahuannya tentang “Permasalahan pendidikan” secara
khusus di lingkungan masyarakat umum.

Terlepas dari semua itu,penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih banyak
kekurangan baik dari segi materi,pemilihan kalimat dan tata bahasa yang digunakan. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN MATERI

1. Pengertian Permasalahan Pendidikan

2. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan

3. Permasalahan aktual pendidikan dan penanggulangannya

4.saling keterkaitan antara masalah-masalah pendidikan

5. Pemecahan masalah pemerataan pendidikan

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerataan pendidikan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini.Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun, manusia
tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Menurut wadah yang menyelenggarakan
pendidikan, pendidikan dapat dibedakan menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal.

Pendidikan formal adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara
terorganisasi dan berjenjang.Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA dan
perguruan tinggi negeri maupun swasta.Pendidikan informal adalah jenis pendidikan atau
pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang diselenggarakan tanpa ada
organisasi tertentu.Pendidkan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yang diberikan secara
terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan formal.

Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan dua macam dampak
yang saling bertentangan.Kedua dampak itu adalah dampak positif dan dampak negatif.Dampak
positif adalah segala sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut,
dengan kata lain dapat disebut sebagai tujuan. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu
yang bukan merupakan harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat disebut
sebagai hambatan atau masalah yang ditimbulkan.

Jika peristiwa di atas dihubungkan dengan pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan akan
menimbulkan dampak negatif yang disebut sebagai masalah dan hambatan yang akan dihadapi.
Hal ini akan lebih tepat bila disebut sebagai Permasalahan Pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

. 1. Pengertian Permasalahan Pendidikan

2. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan

3. Permasalahan aktual pendidikan dan penanggulangannya

4.saling keterkaitan antara masalah-masalah pendidikan

5. Pemecahan masalah pemerataan pendidikan

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerataan pendidikan


Bab II

PEMBAHSAN

Istilah permasalahan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah
segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti
sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah
segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.

Dari uraian di atas, dapat juga disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia
adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan
di negara Indonesia.

1.PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN

Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan social budaya dan
masyarakat sebagai suprasistem sehingga menciptakan kondisi yang sedemikian rupa dan
permasalahan interen system pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, permasalahan
interen dalam system pendidikan kaitannya dengan masalah-masalah diluar system pendidikan
itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari
kondisi social budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya, dan masih banyak lagi factor-faktor
lainnya di luar system persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.

Namun pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di
tanah air kita dewasa ini yaitu :

1. Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.

2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang
mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
2.JENIS PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN

Masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu
diprioritaskan penanggulangannya.Ada empat jenis permasalahan pokok pendidikan yang telah
menjadi kesepakatan nasional. Masalah yang dimasud yaitu:

 Masalah pemerataan pendidikan.


 Masalah mutu pendidikan.
 Masalah efisiensi pendidikan.
 Masalah relevansi pendidikan.
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh
pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pemabangunan sumber daya manusia
untuk menunjang pembangunan.Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan itu
telah dinyatakan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Pada Bab XI, Pasal 17 berbunyi:Tiap-tiap warga negara Republik
Indonesia mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-
syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu dipenuhi.Selanjutnya
dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI, Pasal 10 Ayat 1, menyatakan: “Semua anak yang
sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah,
sedikitnya 6 tahun lamanya.” Ayat 2 menyatakan: “Belajar di sekolah agama yang telah mendapat
pengakuan mentri agama dianggap telah memenuhi kewajiaban belajar.”
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan
pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai bangsa yang
pernah di jajah oleh bangsa lain.Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam
upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi
dalam pembangunan, maka setelah pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai
diperhatikan juga upaya berkembangnya mutu pendidikan.

2 Masalah Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil
sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran
tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen
tenaga dengan sistem tes untuk kerja (performance test).Lazimnya sesudah itu masih dilakukan
pelatihan/ pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di
lapangan.Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang
bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang
bermutu. Jika terjadi belajar yang tidak optiimal menghasilkan skor ujian yang baik maka hampir
dipastikan bahwa hasil ujian belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan
mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran
pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik,
tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran bahkan juga masyarakat sekitar. Seberapa
besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan, sangat terkandung kepada
kualittas komponen dan kerja samanya serta mobilitas komponen yang mengarah kepada
pencapaian tujuan.

Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu. Di dalam Tap MPR
RI 1998 tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih
disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan dan matematika. (BP-7 Pusat.
1989: 68) umumnya kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di daerah
pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah perkotaan. Acuan usaha
pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar sistem, pendidikan khususnya sistem persekolahan
dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota dan desa) mengalami
peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinyamasing-masing.

3 Masalah Efisiensi Pendidikan

Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan


mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya
hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensinya
berarti rendah.

4 Masalah Relevansi Pendidikan

Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat


menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan.Luaran pendidikan
diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan, yaitu yang beraneka ragam seperti sektor
produksi, sektor jasa, dan lain-lain. Baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas. Jika sistem
pendidikan menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang
aktual (yang tersedia) maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan
oleh lapangan kerja, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.

3. Permasalahan Aktual Pendidikan dan penanggulangannya


Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa
yang diharapkan dengan hasil yang dapat di capai dari proses pendidikan. Permasalahan aktual
berupa kesenjangan-kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk
ditanggulangi.Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah
keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, dan pendidikan dasar 9 tahun.

Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai
pelaksanaannya.Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep. Apakah kurikulum
tersebut cukup andal secara yuridis (merupakan penjabaran undang-undang pendidikan) dan
secara psikologis (berdasarkan hukum perkembangan peserta mendasarkan diri pada proses
kematangan anak). Konsep seperti itu bermasalah. Selanjutnya jika suatu kurikulum sudah andal,
dapat dilaksanakan apa tidak. Jika tidak, timbullah masalah pelaksanaan atau masalah
operasional. Perlu di pahami bahwa tidak semua masalah aktual tersebut merupakan masalah
baru. Bahkan ada yang sudah lama. Sudah sejak lama masalah aktual itu kita sepakati untuk
mengatasinya, tetapi dari tahun ke tahun hasilnya tetap sama.Berikut ini masalah aktual tersebut:

1 Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran

Didalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sisten Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah
dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya.Kemudian dipertegas dalam GBHN butir 2a dan b tentang arah dan tujuan pendidikan
bahwa yang dimaksud dengan manusia yang utuh itu adalah manusia yang sehat jasmani dan
rohani.Tetapi dalam pelaksanaannya pendidikan afektif belum ditangani
semestinya.Kecendrungan mengarah kepada pengutamaan aspek kognitif.

Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan misalnya yang semestinya mengutamakan


pemahaman nilai nilai agama dan kewarganegaraan bergeser menjadi pengetahuan pelajaran
tersebut.Pengrmbangan daya fikir di nomor satukan sementara pengembangan perasaan dan hati
terabaikan.Padahal pemahaman terhadap nilai nilai tidak hanya cukup dengan pengenalan atas
pengetahuannya.Berdasarkan sistem pendidikan kita sekarang apakah masih ada memberi
peluang demi terjadinya pengamalan pengamalan seperti semangat kebangsaan,kesetiakawanan
sosial,kedisiplinan,minat belajar,ketakwaan pada Allah dan lain lain.

2. Masalah Kurikulum

Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan pelaksanaannya.Yang menjadi sumber masalah
adalah bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke lapangan
kerja bagi yang tidak melanjutkan sekolah dan memberikan bekal dasar yang kuat untuk ke
perguruan tinggi bagi yang melajutkan sekolah.

Menurut Tirtarahardjapada (2010:252) Konsep kurikulum 1984 juga memiliki kelebihan kareana
adanya keluwesan antara lain:
1) Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan untuk
memasuki lapangan kerja

2) Adanya program inti yang sifatnya nasioal

3) Adanya program pusat dan program daerah (muatan lokal)

3. Masalah Peranan Guru

Untuk memandu proses pembelajaran murid,guru dibantu oleh petugas lainnya seperti konselor
(guru BP), pustakawan, laboratorium dan teknisi sumber belajar. Jadi guru tidak mengemban
multi tugas selain mengajar.Maka dari itu waktu itu dapat digunakan utuk :

1) Melakukan kontak dan pendekatan manusiawi yang lebih intensif dengan murid-muridnya.

2) Dari sisi pembelajaran ia mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer),


menunjukkan tujuan pembelajaran (direktor), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
(koordinataor), mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar (komunikator),
menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan belajar (fasilitatator), dan memberikan
doronagn belajar (stimulator)

Masalahnya adalah di beberapa sekolah di tanah air masih belum mempunyai pendamping guru
tersebut.Hal ini dikarenakan penempatan tenaga pengajar yang masih belum merata.

4. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun

Keberadaan pendidikan dasar 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI Nomor 2 1989
Pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya
tamat pendidikan dasar, dan pasal 13 menyatakan tujuan pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor
28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar
merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program
pendidikan 3 tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu, memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN 1993 tentang arah pendidikan nasional
butir 26 yang antara lain menyatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan, terutama
peningkatan kualitas pendidikan dasar.

Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan dasar yaitu 9 tahun,kita sudah
mengalami langkah maju dibanding dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib
belajar hanya 6 tahun yaitu tingkat SD. Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh
ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan pembangunan, antara lain:
a) Untuk memasuki PJPT II diperlukan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

b) Persyaratan kerja yang dituntut dunia kerja semakin meningkat sehingga dengan basis
pendidikan dasar 9 tahun tentunya lebih baik daripada hanya 6 tahun. Khususnya persyaratan
usia, usia tamat pendidikan dasa semakin mendekati usia kerja menurut peraturan Menaker No:
Per-01/Men/1987, pasal 1 tentang batas umur layak kerja yaitu 14 tahun.

Hambatan nya berasal dari sambutan masyarakat, utamanya dari orang tua yang kalangan yang
kurang mampu. Mereka mungkin cenderung untuk tidak menyekolahkan anaknya karena harus
membiayai anaknya lebih lama. Padahal tidak dapat berharap banyak dari anaknuya untuk segera
memperoleh pekerjaan setelah tamat dari sekolah

4. Saling Keterkaitan antara Masalah-masalah Pendidikan


Ada dua faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu:

a. Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi


rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya.
b. Kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu
karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang kompeten, sarana yang
tidak memadai, dan seterusnya.

5 .Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan ditempuh melalui dua cara, yaitu


a. Cara Konvensional
Menbangun gedung sekolah seperti SD Inpers dan atau ruangan belajar.
Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (system bergantian padi dan sore).

b. Cara Inovatif

Sistem Pamong atau Inpact System (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan
guru). Sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.

· SD kecil pada daerah terpencil, Sistem Guru Kunjung , SMP terbuka, Kejar paket A dan
B, Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Hasil yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang
bermutu. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu.Ada 2 faktor yang
dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat
diusahakan pada saat demikian :

a. gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan dan kesempatan pendidikan


bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dana dan daya.

b. kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu
karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang
kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan
seterusnya.Umumnya mutu pendidikan di pedesaan lebih rendah dari mutu pendidikan di
perkotaan. Acuan usaha pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar system pendidikan
khususnya system persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air
(kota dan desa) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya
masing-masing.

3. Masalah Efisiensi Pendidikan

Masalah efisiansi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan


mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya
hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensi tinggi. Jika terjadi sebaliknya, efisiensi berarti
rendah.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan


Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan:

1. Perkembangan Iptek Dan Seni

a. Perkembangan Iptek

Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek.Ilmu pengetahuan


merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta, dan
teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat.

b. Pekembangan Seni

Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia yang seutuhnya,aktivitas
kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan afektif
khususnya emosi yang positif serta keterampilan disamping kognitif dan psikomotorik.Dilihat
dari segi lapangan kerja,dewasa ini dunia seni telah mendapat tempat dalam kehidupan
masyarakat sebagai mata pencaharian.Masalahnya adalah walaupun dunia seni begitu penting
namun di sekolah sekolah saat ini masih menduduki posisi kelas dua.Selain itu,sulit untuk
menyediakan tenaga pendidiknya dan sarana penunjang yang mahal.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Masalah ini bersumber pada dua hal yaitu:

a. Pertambahan Penduduk

Dengan bertambahnya jumlah penduduk ,maka penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
harus ditambah.

b. Penyebaran Penduduk

Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air ini tidak merata.Kondisi yang seperti ini juga
menyulitkan dalam hal penempatan tenaga pendidik.

3. Aspirasi Masyarakat

Aspirasi masyarakat harusnya menjadi baik ketika masih dalam keadaan standar.Namun
menjadi masalah ketika terjadinya massalisasi pendidikan dimana di suatu wilayah terjadi
lamaran di sekolah sekolah,sementara sekolah di wilayah tersebut tidak mencukupi baik dari
fasilitas ataupun pengajar.

4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan


Keterbelakangan budaya disini di maksudkan dengan kurang tahunya sebuah masyarakat akan
perkembangan baru seperti teknologi pada alat transportasi dan telekomunikasi,paham ber-KB
dan lain sebagainya.Dimana permasalahan timbul karena masyarakat yang keterbelakang budaya
menjadi tidak dapat ikut berperan serta dalam pembangunan,sebab mereka kurang memiliki
dorongan untuk maju.Jadi permasalahan nya adalah bagaimana menyadarkan masyarakat
tersebut akan ketertinggalannya,bagaimana menyediakan sarana kehidupan dan bagaimana
sistem pendidikan dapat melibatkan masyarakat tersebut.Karena bukankah pendidikan
mempunyai misi sebagai tranformasi budaya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh


pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam
bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan belajar pada
jenjang pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan
pendidikan.

2. Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama antara unsur-
unsur pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dan
pihak-pihak pendidikan terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah
korupsi dana di dalam dunia pendidikan.

3. Peningkatan mutu pendidikan akan dapat terlaksana jika kemampuan dan profesionalisme
pendidik dapat ditingkatkan.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Munib,Achmad,dkk. 2011.Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang:Universitas Negeri

Semarang Press.

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:PT Rineka

Cipta.

Tirtaraharja,Umar dan Sulo, La.2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta:Depdiknas,PT

Rineka Cipta.

http://forum.detik.com.

http://www.sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/Lhani di/pada Maret 8, 2009/

http://zuhdifirdaus.wordpress.com/2008/08/29/permasalahan-pendidikan-masa-kini/

https://smandoe-sawahlunto.sch.id/index/17-masalah-pendidikan-di-indonesia/

arrieffatriansyah.blogspot.com/.../makalah-pengantar-pendidikan

http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/permasalahan-pokok-pendidikan-dan.html

https://fatamorghana.wordpress.com/tag/masalah-aktual-pendidikan/
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :

a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan ?

Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pembangunan tenaga. Masalah


pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah
pengangkatan yang sangat terbatas. Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang
penempatan atudy, sering mengalami kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan. Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat,
khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru dan setiap pembaruan kurikulum
menurut adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan.

b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan ?

Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai
akibat kurang matangnya perencanaan. Banyak gedung SD Inpres karena beberapa sebab
dibangun pada lokasi yang tidak tepat, akibatnya banyak SD yang kekurangan murid atau yang
ruang belajarnya kosong.

c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan ?

Dalam penyelenggaraan pendidikan di masa transisi yang relative lama ini proses pendidikan
berlangsung kurang efisien dan efektif. Hal ini dapat dilihat dengan seringnya kebijakan
pemerintah merubah kurikulum pendidikan nasional, padahal perubahan kurikulum sering
membawa akibat tidak dipakainya lagi buku-buku dan perangkat lainnya. Namun perubahan
kurikulum tidak selamanya buruk, karena perubahan kurikulum itu sendiri diselaraskan dengan
perkembangan zaman di masa globalisasi ini.

d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga ?

Pada pasal 28 UU RI no. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS menyatakan bahwa


penyelenggaraan kegiatan pendidikan pada suatu jenis dan jenjang pendidikan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga pendidik yang mempunyai wewenang mengajar. Namun pada kenyataanya
di Indonesia ini sangat kurang efisien dalam memfungsikan tenaga pendidik, mengapa
demikian ? karena di Indonesia ini masih banyak tenaga pendidik yang diizinkan untuk mengajar
padahal tidak memiliki akta mengajr, dan juga masih banyak penempatan tenaga pengajar yang
kurang sesuai, misalnya D3 masih diperkenankan mengajar SMP atau SMA sehingga tenaga
pendidik yang demikian dapat dianggap kurang kompeten dibidangnya.
4. Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan

Sesuai dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran pemerataan pendidikan
dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah lain yang dinggap penting dalam
pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas pendidikan. Permasalahan efisiensi
pendidikan dipandang dari segi internal pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila sasaran
dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan
akan dapat memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada,
seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya.

Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti
waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang
optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana
pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan.
Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah
mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat
pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.

Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh
dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak
efektif.

Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini
mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut,
pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki
kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak
diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran. Penanggulangan
masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga pengajar. Jika
kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau produk
pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana
pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan dana
dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat
dalam usaha penghematan waktu dan tenaga.

5. Masalah Relevansi Pendidikan


Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana system pendidikan dapat menghasilkan
luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang
digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.

Misalnya:

Lembaga pendidikan tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai.

Tidak adanya kesesuaian antara output (lulusan) pendidikan dengan tuntutan perkembangan
ekonomi.

Solusinya:

Membuat kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dunia usaha

Mengganti kurikulum yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman.

6. Tenaga pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan belum diperhatikan sebagaimana pendidik. selama ini penilaian


keberhasian pendidikan hanya diukur dari faktor pendidik (guru dan dosen) saja. Sebagaimana
telah disebutkan dalam UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional “Tenaga
kependidikan adalah penunjang penyelenggaraan pendidikan”. Namun terdapat permasalahan
yang terkait pada Tenaga kependidikan.

Solusinya:

· Meluruskan kesenjangan yang ada di antara pendidik dan kependidikan.

· Memandang setiap unsur penunjang pendidikan sama dimata pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai