AGAMA
“Pengertian Agama dari Berbagai Sudut Pandang ”
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan pertolongan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Pengertian Agama dari Berbagai Sudut Pandang”.Penyusunan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penulis yaitu pendidikan
agama Kristen Protestan. Penulis berharap dengan makalah ini pembaca dapat
menambah wawasan dan pengetahuannya tentang “Pengertian agama” dalam aspek
kehidupan.
Terlepas dari semua itu,penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih
banyak kekurangan baik dari segi materi,pemilihan kalimat dan tata bahasa yang
digunakan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan
kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Anjeli Tuna’
Daftar Isi
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
1. Pengertian Agama dari Berbagai Sudut Pandang
a. Pengertian Agama dan Religi
b. Cara Pandang Beragama
A.Kesimpulan
B. Saran
C.Pertanyaan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai seorang manusia kita harus mempunyai pegangan yang kuat yang
mana bisa menghantarkan kita pada satu tujuan,yang akan membawa kita ke jalan
lurus yakni sebuah agamalah yang kita jadikan pedoman untuk melaksanakan
sesuatu. Jadi agam sangatlah penting bagi kita.
PEMBAHASAN
1. Religion (Inggris)
2. De religie (Belanda)
3. La religion (Perancis)
4. Die religion (Jerman )
5. Ad din (Bahasa Arab dan Semit)
Jadi religi adalah hubungan antara manusia dengan Yang Kudus. Dalam hal
ini yang kudus itu terdiri atas ber-bagai kemungkinan, yaitu bisa berbentuk
benda, tenaga, dan bisa pula berbentuk pribadi manusia.Dalam agama,
Tuhan adalah pihak pertama yang mempunyai kekuasaan, kekuatan yang
lebih tinggi, ditakuti, juga diharapkan untuk memberikan bantuan dan bagi
manusia. Kata din dengan arti hari kiamat juga milik Tuhan dan manusia
tunduk kepada ketentuan Tuhan. Manusia merasa takut terhadap hari
kiamat sebagai milik Tuhan karena pada waktu itu dijanji-kan azab yang
pedih bagi orang yang berdosa. Adapun orang beriman merasa segan dan
juga menaruh harapan mendapat rahmat dan ampunan Allah pada hari
kiamat itu. Kata dain yang berarti utang juga terdapat pihak pertama
sebagai yang berpiutang yang jelas lebih kaya dan yang kedua sebagai
yang berutang, bertaraf rendah, dan merasa segan terhadap yang
berpiutang. Dalam diri orang yang berutang pada dasarnya terdapat
harapan supaya utangnya dimaafkan dengan arti tidak perlu dibayar,
walaupun harapan itu jarang sekali terjadi. Dalam Islam manusia berutang
kepada Tuhan berupa kewajiban melaksanakan ajaran agama.
Dalam bahasa Semit istilah di atas berarti undang-undang atau hukum.
Kata itu juga berarti menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan dan
semua itu memang terdapat dalam agama. Di balik semua aktifitas dalam
agama itu terdapat balasan yang akan diterimanya nanti. Balasan itu
diperoleh setelah manusia berada di akhirat.
Ada empat hal penting dalam setiap agama, yaitu :
1. Kekuatan gaib, manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada
kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh sebab itu, manusia merasa
harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan
baik itu dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan
gaib itu.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidup
akhirat tergantung pada adanya hu-bungan baik dengan kekuatan gaib itu.
Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan, yang
dicari akan hilang pula.
3. Respon yang bersifat emosionil dari manusia. Res-pon itu bisa berupa
rasa takut seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan
cinta seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya
respon mengambil bentuk penyembahan yang terdapat di dalam agama
primitif, atau pemujkaan yang terdapat dalam agama menoteisme. Lebih lanjut
lagi respon itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang
bersangkutan.
4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci dalam bentuk kekuatan
gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama itu dan dalam
bentuk tempat-tempat tertentu.
Harun Nasution mengemukakan bahwa filsafat agama adalah berfikir tentang
dasar-dasar agama menurut logika yang bebas. Pemikiran ini terbagi menjadi
dua bentuk, yaitu:
1. Pertama membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa
terikat kepada ajaran agama, dan tanpa tujuan untuk menyatakan kebenaran
suatu agama.
2. Kedua membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis dengan
maksud untuk menyatakan kebenaran suatu ajaran agama atau sekurang-
kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah
mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dasar-dasar agama yang
dibahas antara lain pengiriman rasul, ketuhanan, roh manusia, keabadian
hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, soal kejahatan, dan hidup sesudah
mati dan lain-lain. Oleh sebab itu pengertian filsafat agama adalah berfikir
secara kritis dan analitis menurut aturan logika tentang agama secara
mendalam sampai kepada setiap dasar-dasar agama itu.
Theodore Flournoy menyusun prinsip-prinsip studi psikologi agama:
(1) prinsip menjauhkan studi dari transenden;
(2) prinsip mempelajari perkembangan;
(3) prinsip dinamika; dan
(4) prinsip perbandingan.
1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara
beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya.
Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru
atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan
demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di
lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya
orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat
dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan
atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika
memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat
meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang
mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya.
Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya
dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang
beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalip
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Allah adalah segala sumber pengharapan bagi manusia yang dimana semua agama
mempercayai adanya Allah atau sejenisnya dan kepercayaan tentang Allah inilah
yang membedakan agama dengan fenomena lainya.
B. SARAN
Sebaiknya kita sebagai manusia jangan pernah meragukan Tuhan karena Tuhan
adalah terang bagi umatnya dan kita selalu mengenal Tuhan.
C.Pertanyaan