Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AGAMA
“Pengertian Agama dari Berbagai Sudut Pandang ”

Nama : Anjeli Tuna’

NIM : A 221 18 049

Dosen Pengampuh : Dr. Amran Rede.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan pertolongan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Pengertian Agama dari Berbagai Sudut Pandang”.Penyusunan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah penulis yaitu pendidikan
agama Kristen Protestan. Penulis berharap dengan makalah ini pembaca dapat
menambah wawasan dan pengetahuannya tentang “Pengertian agama” dalam aspek
kehidupan.

Terlepas dari semua itu,penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih
banyak kekurangan baik dari segi materi,pemilihan kalimat dan tata bahasa yang
digunakan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan
kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

Anjeli Tuna’
Daftar Isi

Kata Pengantar

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah

Bab II Pembahasan
1. Pengertian Agama dari Berbagai Sudut Pandang
a. Pengertian Agama dan Religi
b. Cara Pandang Beragama

Bab III Penutup

A.Kesimpulan

B. Saran

C.Pertanyaan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan
manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi,
simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan /
atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama
atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama
di dunia. Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan,
definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat
suci, dan kitab suci. Praktek agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan
atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi,
jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat
layanan atau aspek lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung
mitologi.

Sebagai seorang manusia kita harus mempunyai pegangan yang kuat yang
mana bisa menghantarkan kita pada satu tujuan,yang akan membawa kita ke jalan
lurus yakni sebuah agamalah yang kita jadikan pedoman untuk melaksanakan
sesuatu. Jadi agam sangatlah penting bagi kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Agama dari berbagai sudut pandang
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Agama dari berbagai sudut pandang


a.Pengertian Agama dan Religi (Etimologi)

Agama dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan peraturan. Kata


agama berasal dari bahasa Sansekerta ‘a’ berarti tidak dan ‘gamma’ berarti
kacau, agama berarti tidak kacau.
Agama semakna dengan kata “religion” (bahasa Inggeris), “religie”
(Belanda), “religio” (Latin), yang berarti mengamati, berkumpul/bersama,
mengambil dan menghitung. Dengan padanan kata re + Leg + io, yang
artinya:
Leg = to observe - mengamati
= to gather - berkumpul/bersama
= to take up - mengambil (njumput/jawa)
= to caout - menghitung
Agama semakna juga degan kata “ad-Dien” (Bahasa Arab) yang berarti
cara, adat kebiasaan, peraturan, undang-undang, perhitungan, hari kiamat,
dan nasihat.
2. Pengertian Agama Menurut Definisi (Pengertian Termonologis)
 Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan
dan tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan yang ghaib.
 Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan
yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan
(amal perbuatan di akhirat). (M. Ali Yatim Abdullah,2004:5)
 Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan
yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang
bersifat suci dan supernatur, dan yang bersifat berada dengan
sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolute yang disebut
Tuhan.
Pengertian agama menurut berbagai agama:
 Agama menurut agama Hindu ialah satya, arta, diksa, tapa, brahma
dan yajna. Satya berarti kebenaran yang absolute. Arta adalah
dharma atau perundang-undangan yang mengatur hidup manusia.
Diksa adalah penyucian. Tapa adalah semua perbuatan suci. Brahma
adalah doa atau mantra-mantra. Yajna adalah kurban.
Pengertian lain ialah dharma atau kebenaran abadi yang mencakup
seluruh jalan Kehidupan manusia. Jadi agama menurut agama Hindu
ialah kepercayaan hidup pada ajara-ajaran suci dan diwahyukan oleh
Sang Hyang Vidi yang kekal abadi.
 Agama menurut agama Budha ialah suatu kepercayaan atau
persujudan atau kepercayaan manusia akan adanya daya
pengendalian yang istimewa dan terutama dari suatu manusia yang
harus ditaati dan pengaruh pemujaan tadi atas perilaku manusia.
Pengertian lain dari agama adalah suatu badan dari ajaran kesusilaan
dan filsafat dan pengakuan berdasarkan keyakinan terhadap
pelajaran yang diakui baik yang ajaran yang budha yang sangat
mulia.
Dalam pengertian yang lain bahwa agama adalah cara tertentu untuk
pemujaan kepada para dewa, dewa agung yaitu adanya kekuatan
gaya tak terlihat yang menguasai alam semesta.
 Agama menurut agama Kristen ialah segala bentuk hubungan
manusia dengan yang suci. Terhadap yang suci ini manusia
tergantung, takut karena sifatnya yang dahsyat dan manusia tertari
karena sifat-sifatnya yang mempesonakan.
 Agama menurut agama Islam ialah, kata Islam berasal dari kata:
salam yang artinya selamat, aman sentosa, sejahtera: yaitu aturan
hidup yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. .
Agama dalam pengertiannya dapat dikelompokkan pada dua
bahagian yaitu agama menurut bahasa dan agama menurut istilah.
Beberapa persamaan arti kata“agama’’ dalam berbagai bahasa :

1. Religion (Inggris)
2. De religie (Belanda)
3. La religion (Perancis)
4. Die religion (Jerman )
5. Ad din (Bahasa Arab dan Semit)

Pemahaman mengenai agama dapat di definisikan sebagai berikut :


kesadaran manusia bahwa manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran
dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada
sesuatu yang luar biasa diluar dirinya ( manusia ). Dalam sejarah
perkembangan pemikirian manusia, filsafat juga bukan diawali dari definisi,
tetapi diawali dengan kegiatan berfikir tentang segala sesuatu secara
mendalam. Orang yang berfikir tentang segala sesuatu itu tidak semuanya
merumuskan definisi dari sesuatu yang dia teliti, termasuk juga pengkajian
tentang sumber yang luar biasa tersebut. Sesuatu yang luar biasa itu tentu
berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada
bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan,
Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya
saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada
Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu :
menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin
berasal dari Tuhan; menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang
diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu
penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3
unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran
yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut
agama.

Berdasarkan kitab, SUNARIGAMA yang memunculkan dua istilah;


AGAMA dan UGAMA, agama berasal dari kata A-GA-MA, huruf A berarti
“awang-awang, kosong atau hampa”, GA berarti “genah atau tempat” dan MA
berarti “matahari, terang atau bersinar”, sehingga agama dimaknai sebagai
ajaran untuk menguak rahasia misteri Tuhan, sedangkan istilah UGAMA
mengandung makna, U atau UDDAHA yang berarti “tirta atau air suci” dan
kata GA atau Gni berarti “api”, sedangkan MA atau Maruta berarti “angin atau
udara” sehingga dalam hal ini agama berarti sebagai upacara yang harus
dilaksanakan dengan sarana air, api, kidung kemenyan atau mantra.
Religi juga merupakan kecenderungan asli rohani manusia yang
berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya,
makna yang terakhir hakikat dari semua itu. Religi mencari makna dan
nilai yang berbeda-beda sama sekali dari segala sesuatu yang dikenal.
Karena itulah religi tidak berhubungan dengan yang kudus. Yang kudus
itu belum tentu Tuhan atau dewa-dewa. Dengan demikian banyak sekali
kepercayaan yang biasanya disebut religi, pada hal sebenarnya belum
pantas disebut religi karena hubungan antara manusia dan yang kudus
itu belum jelas. Religi-religi yang bersahaja dan Budhisma dalam
bentuk awalnya misalnya menganggap Yang kudus itu bukan Tuhan
atau dewa-dewa. Dalam religi betapa pun bentuk dan sifatnya selalu ada
penghayatan yang berhu-bungan dengan Yang Kudus.
Manusia mengakui adanya ketergantungan kepada Yang Mutlak atau
Yang Kudus yang dihayati sebagai kontrol bagi manusia. Untuk
mendapatkan pertolongan dari Yang Mutlak itu manusia secara
bersama-sama men-jalankan ajaran tertentu.

Jadi religi adalah hubungan antara manusia dengan Yang Kudus. Dalam hal
ini yang kudus itu terdiri atas ber-bagai kemungkinan, yaitu bisa berbentuk
benda, tenaga, dan bisa pula berbentuk pribadi manusia.Dalam agama,
Tuhan adalah pihak pertama yang mempunyai kekuasaan, kekuatan yang
lebih tinggi, ditakuti, juga diharapkan untuk memberikan bantuan dan bagi
manusia. Kata din dengan arti hari kiamat juga milik Tuhan dan manusia
tunduk kepada ketentuan Tuhan. Manusia merasa takut terhadap hari
kiamat sebagai milik Tuhan karena pada waktu itu dijanji-kan azab yang
pedih bagi orang yang berdosa. Adapun orang beriman merasa segan dan
juga menaruh harapan mendapat rahmat dan ampunan Allah pada hari
kiamat itu. Kata dain yang berarti utang juga terdapat pihak pertama
sebagai yang berpiutang yang jelas lebih kaya dan yang kedua sebagai
yang berutang, bertaraf rendah, dan merasa segan terhadap yang
berpiutang. Dalam diri orang yang berutang pada dasarnya terdapat
harapan supaya utangnya dimaafkan dengan arti tidak perlu dibayar,
walaupun harapan itu jarang sekali terjadi. Dalam Islam manusia berutang
kepada Tuhan berupa kewajiban melaksanakan ajaran agama.
Dalam bahasa Semit istilah di atas berarti undang-undang atau hukum.
Kata itu juga berarti menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan dan
semua itu memang terdapat dalam agama. Di balik semua aktifitas dalam
agama itu terdapat balasan yang akan diterimanya nanti. Balasan itu
diperoleh setelah manusia berada di akhirat.
Ada empat hal penting dalam setiap agama, yaitu :
1. Kekuatan gaib, manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada
kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh sebab itu, manusia merasa
harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan
baik itu dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan
gaib itu.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidup
akhirat tergantung pada adanya hu-bungan baik dengan kekuatan gaib itu.
Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan, yang
dicari akan hilang pula.
3. Respon yang bersifat emosionil dari manusia. Res-pon itu bisa berupa
rasa takut seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan
cinta seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya
respon mengambil bentuk penyembahan yang terdapat di dalam agama
primitif, atau pemujkaan yang terdapat dalam agama menoteisme. Lebih lanjut
lagi respon itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang
bersangkutan.
4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci dalam bentuk kekuatan
gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama itu dan dalam
bentuk tempat-tempat tertentu.
Harun Nasution mengemukakan bahwa filsafat agama adalah berfikir tentang
dasar-dasar agama menurut logika yang bebas. Pemikiran ini terbagi menjadi
dua bentuk, yaitu:
1. Pertama membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa
terikat kepada ajaran agama, dan tanpa tujuan untuk menyatakan kebenaran
suatu agama.
2. Kedua membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis dengan
maksud untuk menyatakan kebenaran suatu ajaran agama atau sekurang-
kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah
mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dasar-dasar agama yang
dibahas antara lain pengiriman rasul, ketuhanan, roh manusia, keabadian
hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, soal kejahatan, dan hidup sesudah
mati dan lain-lain. Oleh sebab itu pengertian filsafat agama adalah berfikir
secara kritis dan analitis menurut aturan logika tentang agama secara
mendalam sampai kepada setiap dasar-dasar agama itu.
Theodore Flournoy menyusun prinsip-prinsip studi psikologi agama:
(1) prinsip menjauhkan studi dari transenden;
(2) prinsip mempelajari perkembangan;
(3) prinsip dinamika; dan
(4) prinsip perbandingan.

Sementara itu masih terdapat isu perdebatan seputar istilah psychology


of religion dan religious psychology. Yang pertama dirujukkan pada corak
aliran yang memberi penekanan pada bagaimana psikologi seharusnya
mencerahkan pemahaman kita tentang agama. Sedangkan yang kedua lebih
menekankan pada interpretasi keagamaan tentang psikologi.

b.Cara Pandang Beragama dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara
beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya.
Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru
atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan
demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di
lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya
orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat
dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan
atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika
memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat
meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang
mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya.
Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya
dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang
beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalip
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Allah adalah segala sumber pengharapan bagi manusia yang dimana semua agama
mempercayai adanya Allah atau sejenisnya dan kepercayaan tentang Allah inilah
yang membedakan agama dengan fenomena lainya.

B. SARAN

Sebaiknya kita sebagai manusia jangan pernah meragukan Tuhan karena Tuhan
adalah terang bagi umatnya dan kita selalu mengenal Tuhan.
C.Pertanyaan

1. jelaskan pengertian agama menurut pendapat anda setelah


mempelajari materi di atas?
2. Jelaskan mengapa masyarakat di dunia secara khusus masyarakat
Indonesia harus memiliki agama?
3. Bagaimana pendapat anda terhadap agama di Indonesia apakah
sudah sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku atau belum?
jelaskan tanggapan anda?
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1984. Sejarah Agama. Solo : CV. Ramadhani.


Ali, Abdullah. 2007. Agama dan Ilmu Perbandingan. Bandung : Nuansa Aulia.
Abdullah, Yatimin. 2004. Studi Islam Kontemporer. Jakarta : Amzah.
Manaf, Abdul, Mudjahid. 1994. Sejarah Agama-agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Manaf, Abdul, Mudjahid. 1993. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai