Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang
penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat
ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia
(Yastroki, 2009). Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke
yang semula menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia produktif. Bahkan, kini
banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008).

Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda-tanda
yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu World Health Organization(WHO,
2005).

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.


Mengacu pada laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika
Serikat terserang stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.000 diantaranya merupakan
serangan stroke pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada
4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke, dan 15-
30% di antaranya menderita cacat menetap Centers for Disease Control and Prevention (
CFDCP, 2009).

Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat
ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan
stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun
berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya
menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan
produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas
40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia
seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia,
2006).

Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena stroke akan
memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi
masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009).

1
Stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena Stroke, dari jumlah tersebut,
sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan
sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang
mengharuskan penderita terus menerus di tempat tidur (HIMAPID FKM UNHAS,2007).

Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Stroke
merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh RS di Indonesia.
Angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke tahun, Setiap tahun 7 orang yang
meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke (DEPKES,2011).

Berdasarkan catatan rekam medis RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat, Khususnya
Ruang ICU pada bulan Januari – Maret 2015, pasien dengan masalah Stroke Haemoragik
berjumlah 6 orang dari 429 pasien (1,39%), selama tiga bulan terakhir ini.

Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor yang
tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik, dan
riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung,
diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dislipidemia (PERDOSSI, 2007).

c. Tujuan

1. Tujuan umum

Penulis memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Stroke

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Stroke

b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan Stroke

c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan Stroke

d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Stroke

e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Stroke.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Stroke

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa
saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).

B. ETIOLOGI

Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):

1. Thrombosis Cerebral

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk
pada 48 jam setelah trombosis.

Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

a. Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan
arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin,
2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan
atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-
macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:

3
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.

· Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.

· Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan


thrombus (embolus).

· Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.

b. Hyperkoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat melambatkan


aliran darah serebral.

c. Arteritis( radang pada arteri )

d. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak
dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).


b. Myokard infark

c. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel


sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.

d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-


gumpalan pada endocardium.

2. Haemorhagi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang


subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin
herniasi otak.

3. Hipoksia Umum

4
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:

A. Hipertensi yang parah.

B. Cardiac Pulmonary Arrest

C. Cardiac output turun akibat aritmia

4. Hipoksia Setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

1. A. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.

2. B . Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

C. PATOFISIOLOGI

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah
yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada
gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/
cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan
lambat atau terjadi turbulensi.

Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran
darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah
yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Areaedema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema
pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika
tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan
meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur.

Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian

5
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan


disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.

Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan
perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar
serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di
daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar
menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian
sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila
terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan
kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.
(Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)

D. MANIFESTASI KLINIS

Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana
yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya.

1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)

2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang
timbul mendadak.

3. Tonus otot lemah atau kaku

4. Menurun atau hilangnya rasa

5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”

6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)

6
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)

8. Gangguan persepsi

9. Gangguan status mental

10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

E. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokan berdasarkan:

1. Berhubungan dengan immobilisasi nfeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,


konstipasi dan thromboflebitis.

2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,


deformitas dan terjatuh

3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.

4. Hidrocephalus

Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan
atau kardiovaskuler dapat meningg

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan


tindakan sebagai berikut:

Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering,
oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.

· Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha


memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

· Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

· Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

· Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan meninggikan kepala 15-30


menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,

7
Pengobatan Konservatif

a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi


maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis
atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :

a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri
karotis di leher.

b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling


dirasakan oleh pasien TIA.

c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut Patoflow

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.

2. Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.

3. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain.

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

Pengumpulan data

A. Aktivitas/istirahat:

Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.

B. Sirkulasi

Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.

9
C. Integritas Ego.

Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.

D. Eliminasi

Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.

E. Makanan/caitan :

Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia

F. Neuro Sensori

Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan
dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang
menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan
kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.

G. Nyaman/nyeri

Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka

H. Respirasi

Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.

I. Keamanan

Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan
orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi.
Tidak mampu mengambil keputusan.

J. Interaksi sosial

Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak


terhambat

2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler

4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran

10
3. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Keperawatan


Keperawatan (NOC) (NIC)

1. Ketidak Setelah NIC : 1. Memantau adanya tanda-tanda penurunan perfusi


efektifan dilakukan serebral :GCS, memori, bahasa respon pupil.
Perfusi tindakan Intrakranial
jaringan keperawatan Pressure 2. Mengobservasi tanda-tanda vital (tiap jam sesuai
serebral b.d selama 3 x 24 (ICP) kondisi pasien)
aliran darah ke jam, Monitoring
(Monitor 3. Memantau intake-output cairan, balance tiap 24
otak diharapkan jam
terhambat. suplai aliran tekanan
darah keotak intrakranial) 4. Mempertahankan posisi tirah baring pada posisi
lancar dengan - Berikan anatomis atau posisi kepala tempat tidur 15-30
kriteria hasil: informasi derajat

NOC : kepada 5. Menghindari valsava maneuver seperti batuk,


keluarga mengejang dan sebagainya.
Circulation - Monitor
status tekanan 6. Mempertahankan ligkungan yang nyaman
perfusi
Tissue 7. Menghindari fleksi leher untuk mengurangi
serebral
Prefusion : resiko jugular
- Catat respon
cerebral pasien
Kriteria Hasil terhadap
: stimuli
- Monitor
1. mendemon tekanan
strasikan intrakranial
status pasien dan
sirkulasi yang respon
ditandai neurology
dengan : terhadap
aktivitas
-Tekanan
- Monitor
systole
jumlah
dandiastole
drainage
dalam
cairan
rentang yang
serebrospinal
diharapkan
- Monitor
-Tidak ada intake dan

11
ortostatikhipe output cairan
rtensi - Restrain
pasien jika
-Tidk ada perlu
tanda tanda - Monitor
peningkatan suhu dan
tekanan angka WBC
intrakranial - Kolaborasi
(tidak lebih pemberian
dari 15 antibiotik
mmHg) - Posisikan
2. mende pasien pada
monstrasikan posisi
kemampuan semifowler
kognitif yang - Minimalkan
ditandai stimuli dari
dengan: lingkungan

- Terapi
berkomunik oksigen
asi dengan 1. Bersihka
jelas dan n jalan nafas
sesuai dengan dari sekret
kemampuan
2. Pertahan
- kan jalan
menunjukka nafas tetap
n perhatian, efektif
konsentrasi
dan orientasi 3. Berikan
oksigen
- memproses sesuai
informasi intruksi
- membuat 4. Monitor
keputusan aliran
dengan benar oksigen,

3. menunj kanul oksigen


ukkan fungsi dan sistem
sensori humidifier
motori cranial

12
yang utuh : 5. Beri
tingkat penjelasan
kesadaran kepada klien
mambaik, tentang
tidak ada pentingnya
gerakan pemberian
gerakan oksigen
involunter
6. Observas
i tanda-tanda
hipo-ventilasi

7. Monitor
respon klien
terhadap
pemberian
oksigen

8. Anjurkan
klien untuk
tetap
memakai
oksigen
selama
aktifitas dan
tidur

2 Kerusakan Setelah 1. Libatka 1. Mengevaluasi sifat dan beratnya afasia pasien,


komunikasi dilakukan n keluarga jika berat hindari memberi isyarat non verbal
verbal b.d tindakan untuk
penurunan keperawatan membantu 2. Melakukan komunikasi dengan wajar, bahasa
sirkulasi ke selama 3 x memahami / jelas, sederhana dan bila perlu diulang
otak 24 jam, memahamkan 3. Mendengarkan dengan tekun jika pasien mulai
diharapkan informasi dari

13
klien mampu / ke klien berbicara
untuk
berkomunikas 2. Dengar 4. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat
i lagi dengan kan setiap bicara
ucapan klien
kriteria hasil:
dengan penuh 5. Melatih otot bicara secara optimal
- dapat perhatian 6. Melibatkan keluarga dalam melatih komunikasi
menjawab verbal pada pasien
pertanyaan 3. Gunaka
yang diajukan n kata-kata 7. Mengkolaborasi dengan ahli terapi wicara
perawat sederhana
dan pendek
- dapat dalam
mengerti dan komunikasi
memahami dengan klien
pesan-pesan
melalui 4. Dorong
gambar klien untuk
mengulang
- dapat kata-kata
mengekspresi
kan 5. Berikan
perasaannya arahan /
secara verbal perintah yang
maupun sederhana
nonverbal setiap
interaksi
dengan klien

6. Progra
mkan speech-
language
teraphy

7. Lakuka
n speech-
language
teraphy setiap
interaksi
dengan klien

3 Kerusakan - joint NIC : Memantau tingkat kemampuan mobilisasi klien


mobilitas fisik Movement :

14
b.d kerusakan Active Exercise 2. Memantau kekuatan otot
neurovaskuler therapy :
- ambulation 3. Merubah posisi tiap 2 jan
Mobili
ty Level - 4. Memasang trochanter roll pada daerah yang
Monito lemah
- Self ring vital sign
care : ADLs 5. Melakukan ROM pasif atau aktif sesuai
sebelm/sesud kemampuan dan jika TTV stabil
- ah latihan dan
Transfe lihat respon 6. Melibatkan keluarga dalam memobilisasi klien
r performance pasien saat
7. Mengkolaborasi: fisioterapi
latihan
Kriteria Hasil 8. Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
: -
ADLs secara mandiri sesuai kemapuan
Konsult
- Klien asikan
meningkat dengan terapi
dalam fisik tentang
aktivitas fisik rencana
ambulasi
-
sesuai dengan
Menger
kebutuhan
ti tujuan dari
peningkatan - Bantu
mobilitas klien untuk
menggunakan
-
tongkat saat
Memve
berjalan dan
rbalisasikan
cegah
perasaan
terhadap
dalam
cedera
meningkatkan
kekuatan dan -
kemampuan Ajarka
berpindah n pasien atau
tenaga
-
kesehatan
Mempe
lain tentang
ragakan
teknik
penggunaan
ambulasi
alat Bantu
untuk - Kaji

15
mobilisasi kemampuan
(walker) pasien dalam
mobilisasi

- Latih
pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan
ADLs secara
mandiri
sesuai
kemampuan

-
Dampi
ngi dan Bantu
pasien saat
mobilisasi
dan bantu
penuhi
kebutuhan
ADLs ps.

-
Berikan
alat Bantu
jika klien
memerlukan.

1. Ajarka
n pasien
bagaimana
merubah
posisi dan
berikan
bantuan jika
diperlukan

16
4 Pola nafas Setelah 1. Mengauskultasi bunyi nafas
tidak efektif dilakukan
berhubungan tindakan NIC : 2. Mengukur tanda-tanda vital
dengan perawatan Airway 3. Memberikan posisi semi fowler sesuai dengan
penurunan selama 3 x 24 Management kebutuhan (tidak bertentangan dgn masalah
kesadaran jam, keperawatan lain)
diharapkan · Buka
pola nafas jalan nafas, 4. Melakukan penghisapan lendir dan pasang OPA
pasien efektif guanakan jika kesadaran menurun
dengan teknik chin
kriteria hasil :lift atau jaw 5. Melakukan fisioterapi dada dan latihan nafas
thrust bila dalam
- Menujukkan perlu
6. melakukan suction pada mayo
jalan nafas
paten ( tidak · Posisik 7. Mengatur intake cairan untuk meoptimalkan
merasa an pasien keseimbangan
tercekik, untuk
irama nafas memaksimalk 8. Memantau respirasi dan status O2
normal, an ventilasi
9. Memberikan bronkodilator bila diperlulan
frekuensi
· Identifi
nafas 10. Memberikan pelembab udara kassa basah NaCl
kasi pasien
normal,tidak lembab
perlunya
ada suara
pemasangan
nafas
alat jalan
tambahan
nafas buatan
- NOC :
· Pasang
v Respiratory mayo bila
status : perlu
Ventilation
· Lakuka
v Respiratory n fisioterapi
status : dada jika
Airway perlu
patency
· Keluar
v Vital sign kan sekret
Status dengan batuk
atau suction
Kriteria Hasil
: · Auskul
tasi suara

17
- nafas, catat
Mendemonstr adanya suara
asikan batuk tambahan
efektif dan
suara nafas · Lakuka
yang bersih, n suction
tidak ada pada mayo
sianosis dan · Berika
dyspneu n
(mampu bronkodilator
mengeluarkan bila perlu
sputum,
mampu · Berika
bernafas n pelembab
dengan udara Kassa
mudah, tidak basah NaCl
ada pursed Lembab
lips)
· Atur
- intake untuk
Menunjukkan cairan
jalan nafas mengoptimal
yang paten kan
(klien tidak keseimbanga
merasa n.
tercekik,
· Monito
irama nafas,
r respirasi dan
frekuensi
status O2
pernafasan
dalam Oxygen
rentang Therapy
normal, tidak
ada suara -
nafas Bersihk
abnormal) an mulut,
hidung dan
Tanda Tanda secret trakea
vital dalam
rentang -
normal Pertaha
(tekanan nkan jalan

18
darah, nadi, nafas yang
pernafasan paten

- Atur
peralatan
oksigenasi

-
Monito
r aliran
oksigen

-
Pertaha
nkan posisi
pasien

-
Onserv
asi adanya
tanda tanda
hipoventilasi

-
Monito
r adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi

19
BAB IV

Penutupan

Kesimpulan

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara
cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa
saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).

Saran

Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di pahami dan
dimengerti oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di pelajari dengan baik karena dengan
mengetahui “Askep pada Klien Stroke” dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam
ilmu medis. Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan wawasan tersebut maka kita
akan temotivasi lagi untuk belajar menjadi orang yang lebih baik dalam hal ilmu
pengetahuan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta: Salemba Medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:
EGC.

Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan Penyakit
Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo

21

Anda mungkin juga menyukai