Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

2.1.1 Hak Asasi Manusia

HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak-hak dasar manusia yang dimiliki sejak berada
dalam kandungan dan setelah lahir ke dunia(kodrat) yang berlaku oleh semua orang bisa juga
diartikan HAM adalah suatu hal yang mendasar dan utama yang dimiliki oleh manusia.

Berikut ini adalah pengertian HAM (Hak Asasi Manusia) menurut para ahli:

1. John Locke
Menurut John Locke, pengertian HAM adalah hak-hak yang langsung diberikan
Tuhan kepada manusia sebagai hak yang kodrati. Oleh karena itu, tidak ada kekuatan
apapun di dunia yang bisa mencabutnya. HAM ini sifatnya mendasar (fundamental)
bagi kehidupan manusia dan pada hakikatnya sangat suci.
2. Jan Materson
Menurut Jan Materson (komisi HAM PBB), pengertian HAM adalah hak-hak yang
ada pada setiap manusia yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai
manusia.
3. Miriam Budiarjo
Menurut Miriam Budiarjo, pengertian HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang
sejak lahir ke dunia, hak itu sifatnya universal sebab dimiliki tanpa adanya perbedaan
kelamin, ras, budaya, suku, dan agama.
4. Prof. Koentjoro Poerbopranoto
Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, pengertian HAM adalah suatu hak yang
sifatnya asasi atau mendasar. Hak-hak yang dimiliki setiap manusia berdasarkan
kodratnya yang pada dasarnya tidak akan bisa dipisahkan sehingga bersifat suci.
5. Oemar Seno Adji
Menurut Oemar Seno Adji, pengertian HAM adalah hak yang melekat pada setiap
martabat manusia sebagai insan dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya
tidak boleh dilanggar oleh siapapun.

3
6. UU No 39 tahun 1999
Menurut UU No 39 Tahun 1999 pasal 1, pengertian HAM adalah seperangkat hak
yang melekat pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
dimana hak tersebut merupakan anugerah yang wajib di dilindungi dan hargai oleh
setiap manusia.

Pada praktiknya, ada banyak sekali pelanggaran HAM yang terjadi di penjuru dunia.
Pelanggaran HAM tersebut dilakukan semata-mata untuk kekuasaan dan kepemilikan sumber
daya yang ada di suatu tempat. Pengelompokkan hak-hak dasar manusia seperti hak hidup,
hak persamaan dan kebebasan, kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat, kebebasan
berkumpul, hak beragama, hak ekonomi, hak pelayanan kesehatan, dan hak memperoleh
HAM dalam pelayanan kesehatan.

Dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 4-8 tentang semua orang
berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya di bidang kesehatan, pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau. Juga berhak menentukan sendiri pelayanan kesehatan
yang diperlukan bagi dirinya, lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan
informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

2.1.2 Hak Asasi Manusia di dalam kesehatan

Hak kesehatan adalah hak asasi manusia yang melekat pada seseorang sejak lahir dan
bukan karena pemberian seseorang atau negara, maka oleh sebab itu tidak dapat dicabut oleh
siapa pun. Makna dari hak atas kesehatan tersebut yaitu pemerintah harus menciptakan
kondisi yang memungkinkan bagi setiap individu untuk hidup sehat. Berarti pemerintah harus
menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau untuk semua.
Adapun dua asas yang melandasi Hukum kesehatan :

a. The right to health care

Hak atas pemeliharaan kesehatan berarti setiap orang memiliki hak untuk
mendapatkan standar tertinggi dari kesehatan fisik dan mental meliputi akses terhadap
jasa pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan, seperti: akses terhadap nutrisi, air
bersih, perumahan yang sehat, imunisasi, pendidikan, sanitasi, dan akses terhadap
informasi terkait kesehatan. Faktor yang mempengaruhi hak atas pemeliharaan
kesehatan yaitu:

4
1. Faktor Sarana Kesehatan

2. Faktor Geografis

3. Faktor Finansial/Keuangan

4. Faktor Kualitas

b. The right of self determination

Sebagai hak dasar atau hak primer individual yang merupakan sumber dari
hak-hak individual terdiri dari Hak atas privacy dan hak atas tubuhnya sendiri. 3 Hak
atas privacy Right to privacy atau Right to be Let Alone secara sederhana
diterjemahkan sebagai hak untuk tidak diusik dalam kehidupan pribadinya(Cooley,
1888).

 Hak atas privasi juga dapat diterjemahkan sebagai hak dari setiap orang
melindungi aspek-aspek pribadi kehidupannya untuk dipergunakan dan
dimasuki oleh orang lain(Gillmor, 1990:281).
 Hak atas tubuhnya sendiri Merupakan hak pasien memilih dokter, hak atas
informed consent, hak menolak pengobatan atau perawatan tindakan medis
tertentu, hak menghentikan pengobatan atau perawatan, dan hak atas second
opinion serta hak memeriksa rekam medis.

Hak yang dimuat dalam UU no 36 thn 2009 pasal 4-8 yang berbunyi setiap
orang berhak atas:

1) Kesehatan.

2) Akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

3) Pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

4) Menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

5) Lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

6) Informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung


jawab.

5
7) Informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan
yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

2.1.3 Peraturan yang Mengatur Hak Asasi Manusia dalam Kesehatan


1. Hak yang dimuat dalam UU no 36 thn 2009 pasal 4-8 yang berbunyi setiap orang
berhak atas:
a. Kesehatan.
b. Akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
d. Menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
e. Lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
f. Informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
g. Informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan
yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
2. Kewajiban yang dimuat dalam UU no 36 thn 2009 pasal 9-13 yang berbunyi
setiap orang memiliki kewajiban yaitu :
a. Mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

b. Menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang


sehat,baik fisik, biologi, maupun sosial.

c. Berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan


kesehatan yang setinggi-tingginya.

d. Menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi
tanggung jawabnya.

e. Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
3. Deklarasi Alma-Ata tahun 1978 tentang peran negara untuk memenuhi hak atas
kesehatan WN :
a. Penyediaan pelayanan kesehatan dasar
b. Promosi penyediaan makanan dan gizi yg baik
c. Penyediaan air bersih yang cukup dan sanitasi
d. Perawatan ibu dan anak termasuk KB
e. Imunisasi untuk penyakit menular berbahaya

6
f. Pencegahan dan kontrol terhadap penyakit-penyakit endemik lokal
g. Pengobatan yg baik, penyakit umum dan luka-luka
h. Penyediaan obat-obat esensial
i. Menyiapkan program pendidikan kesehatan

2.1.4 Hak dan Kewajiban dalam Profesi


Keahlian medis harus dimiliki tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada pasien. Dalam praktiknya, tenaga kesehatan memiliki
beberapa hak dan kewajiban, yaitu:
A. Hak Tenaga Kesehatan
Hak tenaga kesehatan yang dimuat dalam pasal 57 UU Nomor 36 Tahun 2014
antara lain:
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur
operasional
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari penerima pelayanan
kesehatan dan keluarganya
c. Menerima imbalan jasa
d. Memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta
nilai-nilai agama
e. Mendapat kesempatan untuk mengembangkan profesi
f. Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak lain yang
bertentangan dengan standar profesi, kode etik, standar pelayanan, standar
prosedur operasional atau ketentuan peraturan perundang-undangan
g. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan

B. Kewajiban Tenaga Kesehatan


Kewajiban tenaga kesehatan dimuat dalam pasal 58 Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2014 yaitu:
a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika profesi serta
kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan

7
b. Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan atau
keluarganya atas tindakan yang diberikan
c. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
d. Membuat dan menyiapkan catatan dan atau dokumen tentang pemeriksaan,
asuhan, dan tindakan yang dilakukan
e. Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai
Berdasarkan Undang-Undang No 37 tahun 2004 menjelaskan tentang
kewajiban perawat, yaitu :
a. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar pelayanan keperawatan dan ketentuan praturan perundang-
undangan
b. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai kode etik, standar pelayanan
keperawatan, standar profesi, stanar prosedur operasional, dan ketentuan
peraturan perundang-undangan
c. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani perawat atau tenaga kesehatan lain
yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya
d. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
e. Memberikan informasi yang lengkap,jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakna keperawatan kepada klien dan atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya
f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehaytan lain
yang sesuai dengan kompetensi perawat
g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
Berdasarkan RUU Keperawatan Pasal 45 tentang Hak Perawat :
a. Memeroleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar profesi dan standar operasional prosedur (SOP)
b. Memeroleh informasi yang jujur dan lengkap dari pasien dan atau
keluarganya
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi
d. Memeroleh penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasi
e. Memeroleh jaminan perlindungan terhadap risiko yang berkaitan dengan
tugasnya
f. Menerima imbalan jasa profesi.
8
2.2 Tinjauan
Walaupun sudah ada UU mengenai tentang Hak Asasi Manusia dalam pelayanan
kesehatan kepada penerima maupun yang memberikan pelayanan kesehatan. Akan tetapi,
tetap saja ada yang melakukan pelanggaran HAM dalam upaya pelayanan kesehatan. Sudah
banyaknya kasus yang terjadi berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Bisa kasus yang
didapatkan karena pasien, tenaga kesehatan, maupun institusi kesehatan seperti rumah sakit.
Dalam kejadian tersebut Negara seharusnya bertanggungjawab penuh dalam mewujudkan
keadilan di berbagai kasus pelayanan kesehatan dalam pemenuhan, perlindungan, dan
penegakan Hak Asasi Manusia.
Banyak sekali kasus yang berhubungan dengan pelanggaran HAM bersangkutan
dengan pelayanan kesehatan. Salah satunya seperti halnya dalam kasus yang sudah terjadi di
Indonesia di National Hospital Surabaya pada Akhir Januari 2018. Berdasarkan sumber yang
didapat berikut adalah kronologis kejadiannya :
“Kepolisian Resor Kota Besar Surabata menetapkan perawat National Hospital
Surabaya berinisial ZA sebagai tersangka kasus dugaan pelecehan seksual terhadap pasien
perempuan pada Jumat malam, 26 Januari 2018. Penetapan tersangka dilakukan setelah
melakukan gelar perkara.
Pelecehan seksual terhadap pasien berinisial W, 30 tahun, ini sempat menghebohkan
dunia maya setelah video W yang tengah marah dan menangis, beredar luas. Rekaman
video itu berdurasi 52 detik. Kapolrestabes Surabaya Komisaris Besar Rudi Setiawan
menjelaskan kronologis kejadian itu. ZA melakukan itu pelecehan seksual ketika sedang
menjalankan tugasnya sebagai asisten dokter anestesi. Pasien W yang baru selesai
menjalani operasi kandungan sekitar 30 menit pun dibawa ke ruang pemulihan pada Selasa,
23 Januari 2018. Sebagai perawat, ZA bertanggung jawab terhadap pencopotan alat-alat
medis pascaoperasi.
“Ketika sedang mencabut elektroda dan red dot, tersangka terangsang dan
melakukan perbuatan itu,” tutur Rudi saat jumpa pers di kantornya pada Sabtu, 27 Januari
2018. Saat Rudi menjelaskan kronologis kejadian tersebut, ZA terus tertunduk. Saat Rudi
bertanya kepadanya, ZA mengaku khilaf melakukan itu. "Baru sekali ini," ujarnya lirih.
Ketika jumpa pers berlangsung, ZA berdiri di sebelah Rudi.

Pengadilan negeri mengadakan sidang pada tanggal 28 Maret 2018. Agenda sidang
yang dipimpin oleh Cokorda Gede Artana selaku Hakim Ketua mendengarkan keterangan
dari sejumlah saksi dan ahli. Perawat ZA diduga telah melecehkan pasien di National

9
Hospital Surabaya. dua saksi yang dihadirkan oleh Muhammad Sholeh, kuasa hukum ZA,
merupakan pegawai National Hospital Surabaya, yaitu Diah, Kepala Kamar Operasi, dan
Arif, Kepala Manajemen National Hospital.

Setelah kedua saksi disumpah oleh hakim ketua, mereka memberikan keterangan.
Dalam kesaksiannya, Diah mengaku mengenal ZA sebagai rekannya sesama perawat di
National Hospital. "Saya bekerja di National Hospital sejak tahun 2012. Saya bekerja satu
ruangan dengan ZA, sama-sama sebagai perawat. Saya seniornya. Tugas ZA yang saya tahu,
dia adalah asisten dokter anestesi, mulai dari menyiapkan obat hingga membantu selesai
operasi," kata dia.

Terkait peristiwa pelecehan pasien yang menimpa ZA, ucap Diah, sebelumnya dia
menerima keluhan dari salah satu pasien yang merasa mengalami tindakan asusila oleh satu
perawat. Suami pasien meminta kepada pihak rumah sakit untuk mencari pelakunya.
Kemudian pihak pasien membeberkan ciri-ciri perawat yang diduga telah melakukan
pelecehan kepadanya. Mendengar ciri-ciri yang disebutkan, Diah memanggil sejumlah
rekannya. "Kami melakukan koordinasi dengan atasan kami untuk menyelesaikan masalah
ini. Setelah kami cari tahu, ternyata ciri-ciri yang sudah disebutkan itu hampir mendekati atau
mirip dengan ZA. Lalu kami panggil dia dan mencoba untuk investigasi," Diah
mengungkapkan.

Setelah itu, Diah meminta ZA untuk menjelaskan kejadian sebenarnya. Dalam


pengakuan ZA kepada Diah, dia melakukan tindakan medis yang sudah sesuai dengan SoP
dan tidak melecehkan pasien tersebut. Mendengar penjelasan itu, Diah meminta ZA tetap
meminta maaf karena ada pelayanan yang kurang nyaman. "Dari kronologi yang diceritakan,
tidak ada pengakuan yang mengarah adanya tindakan asusila. ZA hanya melepas alat
pengukur denyut jantung, yang sudah sesuai SOP. Lalu, kami menyarankan untuk dia
meminta maaf kepada pasien tentang pelayanan yang kurang nyaman. Saya imbau untuk
tidak berkata apa pun selain itu," dia menegaskan.”

Menurut sudut pandang saya dari kasus diatas walaupun perawat ZA sudah
melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan SOP perawat ZA tidak meminta izin terlebih
dahulu sebelum melakukan tindakan pencopotan alat-alat medis pascaoperasi kepada pasien
maupun kepada keluarga pasien sehingga akhirnya menimbulkan perasaan yang tidak
nyaman dan dianggap sudah melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap situasi

10
tersebut. Pentingnya persetujuan dari keluarga pasien maupun kepada pasien untuk
melakukan tindakan medis yang berhubungan dengan suatu hal yang sangat sensitif bagi
pasien agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam prosedur medis. Pentingnya perawat
maupun tim medis melakukan pemberian pemahaman tindakan pascaoperasi kepada pasien
maupun keluarganya.

11

Anda mungkin juga menyukai