Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.5 Pertimbangan Efek Terapi dan Efek Toksik


Kehamilan merupakan proses alamiah dalam kehidupan biologik
wanita. Kehamilan manusia normalnya terjadi selama 40 minggu sejak hari
pertama menstruasi terakhir yang mendahului ovulasi dan fertilisasi sekitar
2 minggu sebelumnya (Norwitz dan Schorge, 2006). Istilah medis untuk
wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia didalamnya disebut
embrio. Sejak kehamilannya diketahui positif, seorang wanita biasanya
dianjurkan segera memeriksakannya ke dokter ahli kandungan, rumah sakit
atau klinik terdekat. Pemeriksaan kesehatan pada ibu hamil meliputi berat
badan, tekanan darah, golongan darah dan gula darah jika terjadi
perubahan pada pada pemeriksaan umum tersebut ibu hamil biasanya
disarankan untuk mengkonsumsi obat. Penggunaan obat pada wanita hamil
penting untuk diperhatiakan terutama dari segi keamanan bayi dalam
kandungan maupun kesehatan ibu. Karena pada masa kehamilan terjadi
perubahan fisiologis pada tubuh ibu serta adanya perkembangan embrio
yang mengalami organogenesis yang sangat rentan terhadap timbulnya
cacat karena pengaruh obat-obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil sehingga
perlunya untuk mengetahui efek terapi dan efek toksik dari beberapa
penggunaan obat yang sebagian besar sering diberikan kepada ibu hamil
yang dikategorikan dalam beberapa kelas terapi obat yakni :

1. Vitamin dan Mineral


Tabel 1. Distribusi obat berdasarkan Golongan Obat dan Vitamin dan mineral
No Golongan Obat Nama Obat
1 Vitamin B Kompleks/ dengan vitamin C Folavit®
Prenamia®
Vitamin dan mineral (untuk masa hamil dan Vitamin 1®
2 nifas)/ Antianemia Vitamin 2®
Vitamin 3®
3. Vitamin dan Mineral Elkana®
Tabel 2. Penggunaan Vitamin dan Mineral disesuaikan dengan dosis
maksimal perhari
No Jenis Obat Dosis Nama Obat Faktor
Perhari Prenamia Vit 1 Vit 2 Vit 3 Elkana Folavit Resiko
1. Asam Folat 400 1,5 mg 800 800 800 400 A
mcg(min) mcg mcg mcg mcg
2. Vitamin A 25.000 iu 5000 5000 5000 A/X jika
iu iu iu dosis
berlebih
3. Vitamin B1 10-20 10mg 10mg A/C jika
mg dosis
berlebih
4. Vitamin B2 5-30 mg 2,5 mg 2,5 mg A/C
(dosis Jika
terbagi) dosis
berlebih
5. Vitamin B3 100mg 20 mg 20 mg A/C
Jika
dosis
berlebih
6. Vitamin B6 200mg 15mg 15mg 15mg 20mg A/C
Jika
dosis
berlebih
7. Vitamin 100mcg 15 mcg 4mcg 4mcg 4mcg A/C
B12 Jika
dosis
berlebih
8. Vitamin C 2000mg 75 mg 100 100 25 mg A/C
mg mg Jika
dosis
berlebih
9. Vitamin D3 400 iu 400 iu 400 400 iu 400 iu 100 iu C
iu
10. Vitamin E 800mg 100 A/C
mg Jika
dosis
berlebih
11. Kalsium 1200mg 200mg 7,5mg 7,5mg 300mg C
12. Besi 200mg 360 mg 90mg 90mg A
13. Seng 20mg 15mg 15mg 15mg C
14. Magnesium 450mg 100mg 100mg 100mg C
15. Mangan 2mg 1mg C
16. Iodium 0,15 mg 0,1 mg 0,1 mg C
17. Flour 1mg 1mg 1mg C
18. Tembaga 1mg 0,1 mg 0,1 mg C

Pemakaian vitamin dan mineral yang paling banyak digunakan


adalah dari golongan vitamin dan mineral (untuk masa hamil dan
nifas)/antianemia. Selama masa hamil, sediaan multivitamin yang diberikan
sebaiknya mengandung asam folat, sianokobalamin dan besi karena zat-
zat tersebut mungkin tidak cukup diperoleh dari makanan saja.
Meningkatnya kebutuhan tubuh akan vitamin terjadi selama masa
kehamilan.Tambahan vitamin diperlukan untuk mencegah terjadinya
defisiensi vitamin.

Penggunaan Vitamin haruslah sesuai dengan kebutuhan tubuh,


karena bila penggunaan vitamin berlebih dapat menimbulkan gejala
keracunan, sebaliknya bila kekurangan vitamin dapat mengakibatkan gejala
defisiensi. Asupan vitamin yang berlebih salah satunya dapat disebabkan
oleh penggunaan vitamin dalam jumlah besar, baik untuk pencegahan
maupun pengobatan penyakit yang tidak jelas berhubungan dengan
defisiensi penyakit.
Asam folat digunakan untuk pembentukan sel-sel darah, untuk
sintesis DNA yang berakibat anemia megaloblastik didalm sumsum tulang.
Vitamin A digunakan untuk menjaga kesehatan kulit, membrane
mukosa, membantu penglihatan pada malam hari, dan menyiapkan vitamin
A bagi bayi. Asupan vitamin A harus dibatasi pada ibu hamil terutama
trimester pertama karena hasil percobaan binatang menunjukkan terjadi
cacat bawaan (menimbulkan malformasi pada SSP, mata, palatum dan
saluran kemih) baik akibat hipovitaminosis maupun hipervitaminosis A
selama kehamilan. Dilaporkan terjadinya deformitas pada bayi yang ibunya
mendapat 25.000 IU vitamin A segera sebelum dan beberapa bulan
pertama kehamilan.
Terdapat tanda-tanda bahwa pada trimester akhir kehamilan,
banyak vitamin B12 yang ditransfer dari ibu kepada bayi yang akan
dilahirkan. Kadar vitamin B12 didalam darah fetal lebih tinggi dari pada
kadarnya didalam darah maternal. Bayi yang dilahirkan dengan dibekali
cadangan vitamin B12 yang cukup besar didalam hati, memenuhi
kebutuhan sehingga microflora didalam usus cukup terbentuk dan sanggup
mensintesa vitamin B12 yang memenuhi kebutuhan si bayi, sehingga tidak
terjadi anemia pernisosa atau anemia makrositik megaloblastik
(Djaeni,2004).
Selain itu, vitamin-vitamin lain yang berguna untuk ibu hamil yakni
vitamin C yang digunakan untuk pembentukan kolagen dan darah yang
membantu penyerapan Fe, Vitamin K digunakan untuk pembentukan
prothrombin, dan Vitamin D yang digunakan untuk absorbs dan
metabolisme kalsium dan fosfor. Kekurangan vitamin D selama kehamilan
dapat menyebabkan osteomalacia pada ibu hamil dan rakitis pada bayi
yang akan dilahirkannya. Keracunan vitamin D adalah hilangnya nafsu
makan, mual dan muntah yang diikuti rasa haus yang luar biasa,
meningingkatnya frekuensi berkemih, kelemahan, gelisah, dan tekanan
darah tinggi. Kalsium bisa diendapkan diseluruh tubuh, terutama diginjal,
dimana bisa menyebabkan kerusakan menetap. Fungsi ginjal akan
terganggu, menyebabkan protein dibuang dalam air kemih dan kadar urea
dalam darah meningkat.
Wanita hamil juga membutuhkan asupan mineral seperti Fe, Zn, Ca
dan Yodium. Fe dibutuhkan untuk pembentukan Hb dan merupakan
pemasukan harus adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.
Zn digunakan untuk pertumbuhan, fungsi dan maturase alat kelamin,
nafsu makan dan ketajaman rasa, serta untuk penyembuhan. Defisiensi Zn
pada ibu hamil mungkin dapat menyebabkan teratogenik, karena
malformasi dan gangguan tingkah laku terjadi pada janin hewan coba.
Sedangkan dalam jumlah besar bisa menimbulkan rasa logam dilidah,
muntah dan gangguan lambung. Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan
tulang dan gigi.
Seorang wanita hamil yang kekurangan yodium dapat melahirkan
bayi yang otaknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, suatu
keadaan yang disebut kretinisme.
2. Obat Antiinfeksi
Tabel 3. Penggunaan obat Antiinfeksi disesuaikan dengan dosis maksimal
perhari
No Jenis Obat Dosis Nama Obat
Neogynoxa Faktor
Ovula® Resiko
1. Metronidazole 2.250 mg 500 mg B(Vaginal)
2. Nystatin 100.000SI 100.000 SI A(Vaginal)

Pemberian antibiotic haruslah hati-hati dan dengan dosis yang tepat


karena dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotik itu sendiri.
Antibiotika yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi
pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang tinggi. Artinya
obat tersebut haruslah bersifat sangat toksis untuk mikroba, tetapi relative
tidak toksis untuk hospes.
Metronidazole terutama digunakan untuk amubiasis,trikomoniasis
dan infeksi bakteri anaerob. Sedangkan nystatin menghambat
pertumbuhan berbagai jamur dan ragi, tetapi tidak aktif terhadap bakteri,
protozoa dan virus. Kombinasi antibiotik ini aman pada wanita hamil jika
digunakan melalui vaginal.
3. Obat yang bekerja pada Sistem Saraf Pusat
Tabel 4. Penggunaan obat yang bekerja pada Sistem Saraf Pusat
No Golongan Jenis Obat Dosis Nama Obat Faktor
Obat Nufapreg® Sanmol® Resiko
1. Analgesik Prometazine 75 mg 25 mg C
(Opiat) theoclate
2. Analgesik Paracetamol 325- 500 mg B
(Non opiat)& 650mg
Antipiretik

Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat yang paling banyak
digunakan adalah golongan obat analgesik (Opiat) yakni Nufapreg® yang
mengandung Prometazine theoclate yang berfungsi untuk mengatasi mual
dan muntah yang dialami ibu hamil.
Pemakaian obat yang bekerja pada system saraf pusat dari
golongan analgesik (non opiat) & antipiretik yakni sanmol. Sanmol
mengandung paracetamol yang mempunyai mekanisme kerja menghambat
sintesis prostaglandin. Sejauh ini tidak terdapat bukti bahwa obat golongan
ini mempunyai efek teratogenik pada janin dalam bentuk malformasi
anatomik, namun demikian pemberian obat-obatan tersebut selama
kehamilan hendaknya atas indikasi yang ketat disertai beberapa
pertimbangan pemilihan jenis obat dengan resiko efek samping yang paling
ringan.
Penggunaan parasetamol relative paling aman jika diberikan selama
kehamilan. Parasetamol mempunyai efek analgetika ringan dan
antipiretika. Tetapi umumnya obat ini lebih banyak digunakan untuk
antipiretika. Penggunaan analgesik non opiate mempunyai keuntungan
karena tidak bersifat adiktif, walaupun sedikit atau tidak sma sekali
mempunyai antiinflamasi. Efek samping yang sering terjadi pada obat ini
adalah hepatotoksisitas. Tetapi ini terjadi pada dosis yang berlebihan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemakaian parasetamol pada
kehamilan relative paling aman, asalkan dipakai pada dosis terapetik yang
dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Djaeni, 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid I, PT.Dian
Rakyat; Jakarta

Mutschler,E,1986. Dinamika Obat: Buku Ajar Farmakologi dan Teknologi,


Edisi 5 diterjemahkan oleh M.B Widiarto dan Anna Setiadi. Penerbit
Erlangga;Jakarta

Norwitz dan Schorge, 2006. Obsteri dan Ginekologi Edisi 2, diterjemahkan


oleh Diba Artsiyanti, Penerbit Erlangga;Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai