Anda di halaman 1dari 2

“Singkong” Solusi dari Keborosan

Oleh : Hatmiyarni Tri Handayani, S.TP., M.Sc

Dosen Teknologi Pangan Universitas Nasional Karangturi Semarang

Singkong atau biasa disebut ubi kayu atau dalam masyarakat Jawa biasa menyebutnya dengan
istilah “pohong” dapat kalian temukan dengan sangat mudah di seluruh Indonesia, dengan
harga yang relative sangat murah dan terjangkau oleh masyarakat.

SINGKONG adalah salah satu alternative makanan pengganti beras. Mengapa demikian?
Dapat kita ketahui bahwa kandungan utama singkong adalah kalori (energi) sebesar 150 kkal dan
karbohidrat sebesar 38,1 gram yang dapat memenuhi kebutuhan energi harian sebagai pengganti
nasi.

Untuk kesehatan, singkong sangat cocok sebagai makanan alternative bagi penderita diabetes,
karena mengandung sedikit glukosa, sehingga rasanya tidak terlalu manis seperti nasi. Mungkin
banyak yang bertanya, kalau singkong yang berasa pahit, itu karena apa ya? Nah, kalau singkong
yang pahit, itu karena singkong telah teroksidasi sehingga mengandung racun, yang biasa disebut
dengan sianida (HCN). Sianida pada singkong biasa dikenal masyarakat sebagai racun asam biru
karena adanya bercak warna biru pada singkong. Trus, kalau mengandung racun, apakah aman
untuk dikonsumsi? Tenang, dengan adanya proses pengolahan yang baik dan benar, maka akan
menurunkan kadar racun dalam singkong, sehingga aman untuk dikonsumsi.

Olahan singkong-pun sudah banyak ditemukan. Akan tetapi, singkong dapat diolah lagi melalui
teknologi pengolahan yang lebih modern, seperti tepung mocaf, dimana proses pengolahannya
termodifikasi sehingga karakter dan fungsinya seperti terigu. Tepung mocaf memiliki serat dan
kalsium tinggi serta kadar lemak rendah, sehingga baik untuk anak berkebutuhan khusus (autis),
karena mereka tidak boleh makan terigu dan gula. Melalui proses teknologi yang ada, akan
membuat bahan pangan dapat diolah menjadi berbagai produk pilihan masyarakat.

Universitas Nasional Karangturi Semarang adalah universitas baru yang ada di Kota Semarang.
Walaupun masih terbilang baru, akan tetapi Unkartur tidak kalah hebatnya dengan kampus yang
lain yang ada Program Studi Teknologi Pangan. Kami mampu menjawab akan kebutuhan pangan
yang ada di masyarakat, dengan melakukan diversifikasi produk dari bahan lokal singkong
menjadi tepung mocaf dan produk lainnya yang mempunyai nilai jual tinggi di pangsa pasar,
yang tentunya didukung dengan adanya teknologi dan kompetensi tenaga pengajar.

Unkartur akan memberikan bekal pemahaman dan kompetensi teknologi proses bahan pangan,
memberikan kesempatan magang di industry ternama, sehingga nantinya lulusan Unkartur dapat
menjadi unggulan dimanapun ditempatkan, dapat memberikan inovasi baru dalam dunia pangan,
dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan pangan dengan tepat, dan
dengan bekal pendidikan karakter yang baik selama menjadi mahasiwa, diharapkan nantinya
dapat menciptakan lapangan usaha.

Nah, inilah yang menjadi alasan adanya Program Studi S-1 Teknologi Pangan di Universitas
Nasional Karangturi Semarang. Kami hadir untuk memberikan solusi pada generasi milenial
untuk terus mengembangkan kreatifitas terutama dalam hal pangan. Menciptakan suatu produk
dari bahan pangan yang bisa menembus pangsa nasional dan internasional. Menciptakan
diversifikasi produk pangan dari berbagai bahan pangan, salah satunya adalah bahan pangan
lokal. Sehingga pangan lokal yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
dengan ide-ide pengolahan yang modern dan baru.

Anda mungkin juga menyukai