Anda di halaman 1dari 7

DERIVATIF IN ISLAMIC FINANCE

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Management Of Islamic Financial
Institution

Dosen : Dr. Hj. Salma Said, S.E., M.Fin Mgmt, M.Si, PIA.

DISUSUN OLEH :

ARISMAN : 18BI2037

PASCASARJANA INSTITUT BISNIS & KEUANGAN NITRO MAKASSAR


2019
IDENTIFIKASI ARTIKEL

a. Judul artikel : Derivatif In Islamic Finance


b. Nama penulis : ANDREAS A. JOBST
c. Nama jurnal / terbitan artikel : Islam Lembaga Penelitian dan Pelatihan
(IRTI) Islamic Development Bank (IDB),
Jeddah, Arab Saudi, dan Institut Muamalat,
Jakarta, Indonesia
d. Jumlah halaman artikel : 33 halaman
e. Tahun terbit : Agustus 2007
f. Vol : Studi Ekonomi Islam , Vol. 15, No. 1
g. Nomor ISSN : http://ssrn.com/abstract=1015615
ANALISIS ARTIKEL

A. Topik Utama
Artikel ini menjelaskan tentang prinsip-prinsip hukum fundamental keuangan
Islam, prinsip utama Keuangan Islam adalah larangan riba , yang berlaku untuk setiap
modal yang melanggar hukum keuntungan berasal dari ketidaksetaraan kuantitatif dari
nilai tukar atau kontrak penjualan.
Artikel ini juga membahas tentang penyajian model penilaian yang membantu
menggambarkan Syariah sintesis keuangan konvensional yang patuh melalui
pengaturan derivatif implisit. Berdasarkan penggunaan saat ini dari mekanisme
transfer risiko yang diterima di Indonesia Keuangan terstruktur Islami.
Artikel ini juga mengeksplorasi validitas derivatif dari Sudut pandang hukum
Islam dan mengevaluasi keberatan-keberatan utama dari para sarjana Syariah
menantang diizinkannya derivatif di bawah hukum Islam.
B. Cara penulis memaparkan artikel
Penulis dalam memaparkan isi artikel ini sudah menjelaskan prinsip keuangan
islam, penyajian model derivatif implisit, dan validitas derivatif secara runtun. Akan
tetapi dalam penyajiannya penulis menggunakan kata-kata atau kosa kata yang kurang
jelas penjelasannya atau kurang dipahami oleh pembaca.
C. Kelebihan dan kekurangan artikel
1. Keunggulan pemaparan artikel
 Penulis memaparkan isi artikel isi artikel secara jelas dan mulai dari abstrak,
latar belakang, dan pendahuluan.
 Penulisan artikel sesuai dengan kaidah pembuatan artikel.
2. Kekurangan
 Penulis tidak memaparkan studi kasus dalam artikel ini, sehingga membuat
pembaca menjadi susah memahami tentang derivatif dalam keuangan islam.
 Space penulisan tidak teratur.
 Penulisan tiap tajuk tidak pada 1 halaman baru.
D. Critical Review
a. Artikel Pembanding :
1. Transaksi Derivatif Di Lembaga Keuangan Syariah
Artikel ini menjelaskan tentang perkembangan transaksi di lembaga keuangan
sangat pesat, baik dalam kontrak baru, pengembangan kontrak yang sudah ada,
atau kombinasi dari dua kontrak yang telah ditetapkan. Ini adalah respons
lembaga keuangan terhadap kebutuhan masyarakat modern, serta upaya untuk
memberikan transaksi bisnis alternatif kepada pelanggannya. Transaksi
derivatif adalah investasi hibrid, cangkokan dari aslinya, atau transaksi baru
yang timbul sebagai bentuk penyimpangan atau pengembangan atau spesifikasi
transaksi yang telah ditetapkan. Transaksi ini biasanya memiliki pola yang
mirip dengan transaksi asli, tetapi ada beberapa hal berbeda yang dipengaruhi
oleh pertimbangan tertentu seperti tradisi, mashlahah, dll. Adapun model-
model transaksi derivatif di lembaga keuangan syariah adalah: model
penggabungan (meliputi: mudarabah mushtarakah, bai '' inah, bai 'tawarruq,
bai' wafa dan beli gadai emas), perbaikan (termasuk: mudarabah dan
musharakah dengan Jaminan, mudarabah dan musharakah parrarel, dan rahn
tasjily), dan model qiyas (termasuk: paroan, pro telon, pro papat, dll). Ulama
berpendapat bahwa transaksi derivatif didasarkan pada prinsip “al-ashlu fi al-
mu'amalah al-ibahah, hatta yadullu al-dalil‘ ala tahrimihi. Berangkat dari
prinsip ini, maka Ulama memperbolehkan, ikhtilaf, dan melarang transaksi
derivatif.
2. Pendapat stakeholder tentang kesyariahan produk-produk financial derivatif
Artikel ini menjelaskan bagaimana komentar dari pemangku kepentingan
mengenai produk syariah pasar derivatif dan bagaimana mekanismenya, serta
untuk Mengetahui apakah aktivitas pasar derivatif berkembang pesat baik
kepada individu yang terlibat di dalamnya maupun di luarnya. membangkitkan
hati orang-orang dari opini syariah dan dampaknya terhadap tatanan sistem
ekonomi Indonesia. Adapun pendapat dari pemangku kepentingan yaitu :
 Pendapat dari Bapak Leo Herlambang, S.E., MM., Bapak Irham Zaki,
S.Ag, dan Asikin Ashar menyatakan boleh meskipun mereka tidak
bertemu secara langsung, melainkan di pasar bursa, karena juga tidak
memungkinkan kalau bertemu harus secara langsung karena disini
sifatnya global, penjual dan pembeli dari seluruh dunia yang
bertransaksi.
 Status Account Virtual dalam transaksi Derivative
Pendapat dari Bapak Drs .Ec .H. Suherman Rosyidi, M.Com.. bahwa
bisnis ini sudah tentu tidak sah, Karena barang yang diperjual/belikan
itu belum mutlak milik orang yang melakukan transaksi, dan juga
dalam bisnis ini suatu barang bisa dijual tanpa harus memilikinya
terlebih dahulu, itu jelas sangat bertentangan dengan aturan syariah
yang harus mewajibkan harus menguasai secara mutlak barangnya
sebelum diperjual/belikan.
3. Kajian Yuridis Tentang Transaksi Derivatif Dan Implikasinya Terhadap
Sistem Perbankan Di Indonesi
Artikel ini mengakui bahwa semua transaksi derivatif pada dasarnya dapat
memberikan keuntungan ataupun sebaliknya suatu kerugian kepada
pelakunya. Namun, hal utama yang harus disadari bahwa transaksi derivatif
mengandung resiko yang tinggi sehingga pelaksanaannya harus
memperhatikan asas-asas perbankan yang sehat, transaksi derivatif
sebenarnya akan sangat berguna bagi nasabah pengeksport yang nantinya
juga merupakan pintu masuk bagi cadangan devisa negara, transaksi
derivatif bisa sangat bermanfaat bagi negara dalam hal ini lewat pihak
perbankan dalam rangka mendorong pemasukan devisa melalui transaksi
eksport-import, tentunya dengan menerapkan transaksi derivatif yang
transparan ditunjang dengan profesionalisme pihak perbankan dan peraturan
perundang-undangan yang dapat melindungi ketiga belah pihak. Hal ini
berarti apabila transaksi derivatif dilaksanakan sesuai dengan
peruntukannya, dan pihak bank menerapkan prudential banking, maka
transaksi derivatif dapat sangat berguna bagi pembangunan ekonomi
nasional, namun apabila hal ini tidak diterapkan maka penulis memiliki visi
bahwa transaksi derivatif dapat memicu terjadinya krisis moneter jilid
kedua.
E. Membandingkan artikel
Artikel pembanding yang pertama membahas tentang perkembangan transaksi
di lembaga keuangan sangat pesat, baik dalam kontrak baru, pengembangan kontrak
yang sudah ada, atau kombinasi dari dua kontrak yang telah ditetapkan. Ini adalah
respons lembaga keuangan terhadap kebutuhan masyarakat modern, serta upaya untuk
memberikan transaksi bisnis alternatif kepada pelanggannya. Transaksi derivatif
adalah investasi hibrid, cangkokan dari aslinya, atau transaksi baru yang timbul
sebagai bentuk penyimpangan atau pengembangan atau spesifikasi transaksi yang
telah ditetapkan. Transaksi ini biasanya memiliki pola yang mirip dengan transaksi
asli, tetapi ada beberapa hal berbeda yang dipengaruhi oleh pertimbangan tertentu
seperti tradisi, mashlahah, dll. Adapun model-model transaksi derivatif di lembaga
keuangan syariah adalah: model penggabungan (meliputi: mudarabah mushtarakah,
bai '' inah, bai 'tawarruq, bai' wafa dan beli gadai emas), perbaikan (termasuk:
mudarabah dan musharakah dengan Jaminan, mudarabah dan musharakah parrarel,
dan rahn tasjily), dan model qiyas (termasuk: paroan, pro telon, pro papat, dll). Ulama
berpendapat bahwa transaksi derivatif didasarkan pada prinsip “al-ashlu fi al-
mu'amalah al-ibahah, hatta yadullu al-dalil‘ ala tahrimihi. Berangkat dari prinsip ini,
maka Ulama memperbolehkan, ikhtilaf, dan melarang transaksi derivatif.
Artikel pembanding yang kedua membahas tentang bagaimana komentar dari
pemangku kepentingan mengenai produk syariah pasar derivatif dan bagaimana
mekanismenya, serta untuk Mengetahui apakah aktivitas pasar derivatif berkembang
pesat baik kepada individu yang terlibat di dalamnya maupun di luarnya.
membangkitkan hati orang-orang dari opini syariah dan dampaknya terhadap tatanan
sistem ekonomi Indonesia.
Artikel pembanding yang ketiga membahas tentang semua transaksi derivatif
pada dasarnya dapat memberikan keuntungan ataupun sebaliknya suatu kerugian
kepada pelakunya. Namun, hal utama yang harus disadari bahwa transaksi derivatif
mengandung resiko yang tinggi sehingga pelaksanaannya harus memperhatikan asas-
asas perbankan yang sehat, transaksi derivatif sebenarnya akan sangat berguna bagi
nasabah pengeksport yang nantinya juga merupakan pintu masuk bagi cadangan devisa
negara, transaksi derivatif bisa sangat bermanfaat bagi negara dalam hal ini lewat pihak
perbankan dalam rangka mendorong pemasukan devisa melalui transaksi eksport-
import, tentunya dengan menerapkan transaksi derivatif yang transparan ditunjang
dengan profesionalisme pihak perbankan dan peraturan perundang-undangan yang
dapat melindungi ketiga belah pihak.
Sedangkan artikel ini membahas prinsip-prinsip hukum fundamental
keuangan Islam, yang termasuk penyajian model penilaian yang membantu
menggambarkan Syariah sintesis keuangan konvensional yang patuh melalui
pengaturan derivatif implisit. Artikel ini juga mengeksplorasi validitas
derivatif dari Sudut pandang hukum Islam dan mengevaluasi keberatan-
keberatan utama dari para sarjana Syariah menantang diizinkannya derivatif
di bawah hukum Islam.
F. Poin-poin penjelasan
1. Artikel pembanding dan artikel ini sama-sama membahas tentang derivatif.
2. Artikel pembanding yang pertama membahas tentang model-model transaksi
derivatif.
3. Artikel pembanding yang kedua membahas tentang bagaimana pendapat pra
stakeholder mengenai produk derivatif.
4. Artikel pembanding yang ketiga membahas tentang implikasi transaksi derivatif
terhadap sistem perbankan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai