Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit
konjungtivitis ini berada pada peringkat no 3 terbesar di dunia setelah penyakit katarak
dan glaukoma, khusus konjungtivitis penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi
mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai berat dengan sekret purulen
kental. Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata yang dibedakan kedalam bentuk akut dan
kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar
mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus,
bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan
kaca yang debunya beterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi
sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan
kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara (Ilyas, 2015).
Konjungtivitis keberadaannya dirasa cukup mengganggu karena penderita akan
mengalami beberapa gejala umum seperti mata terasa perih, berair, terasa ada yang
mengganjal disertai dengan adanya sekret atau kotoran pada mata (Wijana, 2009).
Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga penyebab endogen (Vaughan,2010).
Penyebab paling umum adalah 2 Streptococcus pneumonia pada iklim sedang dan
Haemophilus aegyptius pada iklim panas. Konjungtivitis yang disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus Aegyptius disertai juga dengan perdarahan
sub konjungtiva, penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemi konjungtiva secara
akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang (Vaughan, 2010).
Konjungtivitis atau mata merah bisa menyerang siapa saja dan sangat mudah
menular, penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan tangan seperti
bersalaman dengan seorang penderita konjungtivitis atau dengan benda yang baru
disentuh oleh penderita, lalu orang yang sehat tersebut menggosok tangannya ke mata
dan hal ini bisa menyebabkan penularan secara cepat sehingga dapat meningkatkan
jumlah penderita penyakit konjungtivitis (Ilyas, 2015). Penyakit Konjungtivitis semakin

1
meningkat. Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika
Serikat menyatakan bahwa pada tahun 2008, menunjukkan peningkatan penderita yang
lebih besar yaitu sekitar 135 per 10.000 penderita baik pada anak-anak maupun pada
orang dewasa dan juga lanjut usia (Lolowang,2014). Berdasarkan Bank Data Departemen
Kesehatan Indonesia (2013) jumlah pasien rawat inap konjungtivitis di seluruh rumah
sakit pemerintah tercatat sebesar 12,6% dan pasien rawat jalan konjungtivitis sebesar
28,3%.
Dampak konjungtivitis apabila tidak diobati dalam 12 sampai 48 jam setelah
infeksi di mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Perawatan mata juga termasuk dalam
personal hygiene yang perlu diperhatikan dalam masyarakat. Jika tidak diobati bisa
terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan dan katarak.
(Ramadhanisa, 2014). Untuk mencegah dan menghindari komplikasi dan dampak dari
konjungtivitis, maka masyarakat perlu mempunyai pengetahuan tentang bagaimana
penatalaksanaan konjungtivitis dengan baik, karena saat ini masih banyak orang yang
mempersepsikan konjungtivitis dengan pemahaman yang kurang tepat terutama dalam
pengobatannya.
Berkenaan dengan faktor sikap dan prilaku yang dapat menyebabkan penyakit
konjungtivitis bahwa sumber penularan konjungtivitis adalah cairan yang keluar dari
mata yang mengandung bakteri dan virus. Tangan yang terkontaminasi cairan infeksi
dapat menjadi media penularan, seperti melalui jabatan tangan. Bisa pula melalui cara
tidak langsung, misalnya tangan yang terkontaminasi memegang benda yang kemudian
terpegang oleh orang lain, penggunaan handuk secara bersamaan, penggunaan sapu
tangan tisue secara bergantian, dan penggunaan bantal/ sarung bantal secara bersama-
sama. Dari data yang didapat melalui hasil pengamatan pengumpulan data dapat dilihat
masih ada masyarakat yang belum memahami dan mengerti cara pencegahan dan
penatalaksanaan penyakit konjugtivitis. Untuk itu perlu ditingkatkan pengetahuan dan
sikap masyarakat tentang 5 pengobatan non farmakologi konjungtivitis yang tepat, dan
masih ada masyarakat yang menganggap remeh penyakit konjungtivitis sehingga mereka
enggan untuk berobat ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang terdekat. dari itu
rumah sakit memiliki tanggung jawab dalam memberikan pengetahuan kesehatan yang
baik dan benar kepada setiap pasiennya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi Konjungtivitis ?
2. Apa Definisi Konjungtivitis ?
3. Bagaimana Etiologi Konjungtivitis ?
4. Bagaimana Patofisiologi Konjungtivitis ?
5. Bagaimana Klasifikasi Konjungtivitis ?
6. Bagaimana Manifestasi Klinik Konjungtivitis ?
7. Bagaimana Komplikasi Konjungtivitis ?
8. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Konjungtivitis ?
9. Bagaimana Pentalaksanaan Konjungtivitis ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Konjungtivitis?

C. Tujuan

Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan


keperawatan dengan gangguan konjungtivitis.

D. Manfaat

1. Agar Mahasiswa Mengetahui Anatomi Fisiologi Konjungtivitis ?


2. Agar Mahasiswa Mengetahui Definisi Konjungtivitis ?
3. Agar Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Etiologi Konjungtivitis ?
4. Agar Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Patofisiologi Konjungtivitis ?
5. Agar Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Klasifikasi Konjungtivitis ?
6. Agar Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinik Konjungtivitis ?
7. Agar Mahasiswa Mengetahuibagaimana Komplikasi Konjungtivitis ?
8. Agar Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Konjungtivitis ?
9. Agar Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Pentalaksanaan Konjungtivitis ?

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Dan Fisiologi


1. Struktur Mata Eksternal
a. Alis Mata

Alis mata pada sebagian besar mamalia berupa bagian yang sedikit
menonjol sedikit diatas kedua belah kelopak mata dan mempunyai sedikit rambut
halus. Alis mata berfungsi sebagai pelindung mata yang peka dari tetesan keringat
yang jatuh dari bagian dahi,air hujan,atau sinar matahari yang berlebihan

b. Kelenjar Air Mata

Kelenjar air mata atau kelenjar lakrimalis adalah kelenjar dimata yang
mengeluarkan air mata.Kelenjar lakrimalis terletak pada bagian lateral atas mata
yang disebut dengan fossa lakrimalis. Dari sini,air mata akan mengalir ke duktus
nasolakrimalis dan bermuara pada meatus nasal bagian inferior.

c. Kelopak Mata

Kelopak mata adalah lipatan kulit yang lunak yang menutupi dan
melindungi mata.

d. Bulu Mata

Bulu mata atau rambut mata adalah bagian dari kelopak mata yang berupa
helaian rambut-rambut. Rambut-rambut ini berfungsi untuk melindungi supaya
debu,keringat atau air yang menetes dari dahi tidak masuk ke mata. Rambut mata
merupakan rambut yang sangat lembut.

4
1. Struktur Mata Internal
a. Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut,yaitu
sel-sel saraf batang dan kerucut. Lapisan paling dalam bola mata yang peka
terhadap cahaya.Retina berbentuk membran tipis yang terdiri dari 3
lapisan.Dibagian tengah retina terdapat bintik-bintik kuning yang sangat peka
terhadap cahaya.Pada bintik kuning terdapat jutaan sel berupa sel kerucut dan sel
batang yang sangat peka terhadap cahaya.Sel-sel inilah yang mengirim sinyal-
sinyal kesaraf mata menuju ke otak.Otak menerjemahkan sinyal-sinyal itu
sehingga kita melihat benda tegak (tidak terbalik seperti yang ditangkap oleh
retina).
b. Skelera

Skelera adalah bagian mata yang merupakan lapisan paling luar dari bola
mata.Sclera berwarna putih dan bersifat keras karena memiliki banyak serat
keras dari jaringan ikat.Skelera berfungsi untuk melindungi dan membungkus
bola mata sebagai dindingnya. Skelera membentuk putih mata dan tersambung
pada bagian depan dengan sebuah jendela membran yang bening yaitu kornea.

c. Koroid
Koroid adalah bagian mata yang terdiri atas banyak pembuluh darah dan
merupakan lapisan tengah mata yang terletak diantara sclera dan retina. Koroid
berfungsi untuk memberikan nutrisi dan oksigen kepada bagian lain,terutama
untuk retina. Pembuluh darah pada koroid sangat berperan dalam menjalankan
fungsinya.
Biasanya koroid berwarna coklat kehitaman atau hitam. Koroid berwarna
gelap agar cahaya yang masuk tidak dipantulkan bagian koroid yang terputus akan
membentuk iris.
d. Iris

5
Bagian mata yang memiliki pigmen warna untuk memberikan warna pada
mata. Iris terletak pada bagian depan bola mata,karena berperan dalam pemberian
warna pada mata. Iris sering disebut dengan selaput pelangi,iris juga berfungsi
untuk mengatur pembesaran dan pengecilan pupil sesuai dengan intesitas cahaya
yang masuk oleh karena itu iris dapat mengkerut dan dapat pula mengembang.
e. Lensa
Lensa merupakan benda asing bening yang dibatasi oleh dua buah bidang
lengkung.Dua bidang lengkung yang membatasi lensa berbentuk silindris maupun
bola. Lensa silindris bersifat memusatkan cahaya dari sumber titik yang jauh pada
suatu garis,sedangkan lensa yang berbentuk bola yang melengkung kesegala arah
memusatkan cahaya dari sumber yang jauh pada suatu titi.
f. Pupil
Bagian mata yang merupakan celah berbentuk lingkaran yang terletak
ditengah iris. Pupil berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk
kemata,pupil akan melebar apabila jumlah cahaya yang masuk sedikit (dalam
keadaan gelap) agar cahaya yang masuk dapat maksimal. Pupil akan mengecil
apabila jumlah cahaya yang masuk banyak (dalam keadaan terang) agar cahaya
tidak berlebihan.
g. Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sclera
yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan.Lapisan
tepi adalah epithelium berlapis yang tersambung dengan konjungtiva.
h. Aqueous Humor
Cairan yang terdapat pada ruang mata diantara lensa mata dan
kornea.Aqueous humor merupakan cairan dengan konsentrasi menyerupai plasma
namun memiliki konsentrasi protein yang lebih rendah.Cairan ini berasal dari
badan siliaris dan diserap kembali kedalam aliran darah pada sudut iris dan kornea
melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran.
i. Vitreous Humor
Cairan seperti lender yang terdapat pada ruangan mata diantara lensa mata
dan retina. Vitreous humor merupakan cairan bening,transaparan,tidak memilki

6
pembuluh darah dan sebagian besar konsentrasinya merupakan air dan sangat
sedikit zat padat. Vitreous humor berfungsi untuk mempertahankan dan menjaga
bentuk bulat bola mata.
j. Bintik Kuning
Untuk tempat berkumpulnya sel-sel kerucut dan batang yang disini
berguna untuk menangkap bayangan.,sel kerucut berfungsi melihat saat keadaan
terang yang membutuhkan protein iodopsin dan saat gelap sel batang memerlukan
protein rhodopsin dan vitamin A.
k. Bintik Buta
Tempat masuk dan membeloknya berkas saraf yang tidak mempunyai
ujung-ujung saraf penglihatan sehingga tidak peka terhadap cahaya.

B. Definisi Konjungtivitis
a. Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata
merah. (Suzzane, 2001:1991)
b. Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye.
(Elizabeth, Corwin: 2001)
c. Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan
lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri,
jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)
C. Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius
seperti Bakteri, Klamidia, Virus, Jamur dan Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu,
radiasi) maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya
adalah toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah stafilokokus, streptokokus,
pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau virus. Juga dapat disebabkan oleh
butir-butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan kosmetika yang mengandung
klorin, atau benda asing yang masuk kedalam mata.

7
 Konjungtivitis Bakteri terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae,Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis.
Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan
pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi. Konjungtivitis
Bakteri Hiperakut Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis
bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke
oftalmologis segera.
 Konjungtivitis Viral. Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human
adenovirus ( yang palingsering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) Herpes
simpleks, Herpes zoster Klamidia, New castle, Pikoma,Enterovirus, dan
sebagainya atau dari penyakit virussistemik seperti mumps dan mononukleosis.
Biasanya disertai dengan pembentukanfolikel sehingga disebut juga konjungtivitis
folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam
 Konjungtivitis Alergi Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan
sensitivitas terhadapserbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu,
gigitan serangga dan/atauobat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi
ini terjadi setelah terpapar zatkimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma,
demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi.
Disebabkan oleh alergen yang terdapat diudara, yang menyebabkan degranulasi
sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien dengankonjungtivitis alergi sering
memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap
kucing). Dapat juga terjadi karena reaksi hipersensitivitas tipe cepat ataulambat,
atau reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang
beratmempakan bagian dari sindrom Steven Johnson, suatu penyakit eritema
multiforme beratakibat reaksi alergi pada orang dengan predisposisi alergi obat-
obatan. Pada pemakaianmata palsu atau lensa kontak juga dapat terjadi reaksi
alergi.
Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan
konjungtivitisgonore ).Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang
terdapat pada bayi yang baru lahir. Penyebab oftalmia neonatorum adalah

8
Gonococ, Chlamydia ( inklusion blenore ), StaphylococusMasa inkubasi
bervariasi antara 3 – 6 hari, Gonore : 1 – 3 hari, Chlamydia : 5 – 12 hari

D. Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat
menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk
mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka
dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat,
ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab
konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien. Pada
konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa
pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat
penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau
komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor


lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata
dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi,
mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan
air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul
lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti
edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula
terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel
kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet,
embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat
bangun tidur.

9
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada
forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya
didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing
dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata.
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah
jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan siliare berarti kornea
terkena.

E. Klasifikasi
a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang paling
sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu
saja dan biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein
hewani, bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan.
Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia
beracun seperti hair spray, make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena
alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan dengan alergi konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini adalah konjungtivitis
yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari haemophylus influenza atau neiseria
gonorhe.

c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut


eisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang
berat dan mengancam penglihatan.
d. Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti
mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga

10
disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48
jam.
e. Konjungtivitis Blenore

Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenore


neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.

F. Manifestasi Klinik
 Tanda dan gejala konjungtivitis bisa meliputi :
 Hyperemia (kemerahan)
 Cairan
 Edema
 Pengeluaran air mata
 Gatal
 Rasa terbakar/ rasa tercakar
 Ada benda asing
- Manifestasi Klinis Konjungtivitis berdasarkan kasus,
 Tanda gejala konjungtivitis gonorea yang dapat mengancam penglihatan
 Cairan purulen yang berlimpah
 Pembengkakan kelopak mata
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam mata.
Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan),
pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau
pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1. Konjungtivitis Alergi
a. Edema berat sampai ringan pada konjungtivitas
b. Rasa seperti terbakar
b. Injekstion vaskuler pada konjungtivitas

11
c. Air mata sering keluar sendiri
d. Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2. Konjungtivitis Bakteri
a. Pelebaran pembuluh darah
b. Edema konjungtiva sedang
c. Air mata keluar terus
d. Adanya secret atau kotoran pada mata
e. Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3. Konjungtivitis Viral
a. Fotofobia
b. Rasa seperti ada benda asing didalam mata
c. Keluar air mata banyak
d. Nyeri prorbital
e. Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
f. Kemerahan konjungtivaDitemukan sedikit eksudat
4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut
a. Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
b. Mata merah
c. Iritasi
d. Nyeri palpasi
e. Biasanya terdapat kemosis
f. Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
5. Konjungtivitis Blenore
a. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
b. Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
c. Memberikan secret purulen padat secret yang kental
d. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
e. Perdarahan sub konjungtita dan kemotik

12
G. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan
pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1) Glaucoma
2) Katarak
3) Ablasi retina
4) Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5) Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6) Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
7) adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang
dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
8) Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglih
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan
konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat membatu untuk
konjungtivitispurulen berat / berulang pada semua group usia dan pada kasus dimana
konjungtivitis tidak merespon terhadap pengobatan.

b. Kultur virus
Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnose.tes imunodiagnostik
yang cepat dan dilakukan dlam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk
konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 88% dan spesifikasinya 91% -
94%. Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk
specimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus .

c. Tes diagnostic klamidial

13
Kasus yang dicurigai konjung tivitis klamidial pada dewasa dapat dipastikan dengan
pemeriksaan dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostic yang berdasarkan
immunological telah tersedia, meliputi tes antibody imunofloresensi langsung dan
enzyme – linked imunosorbent assay.

d. Tes darah
Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien.
Paparan bahan kimiawi langsung terhadap mata dapat mengindikasikan kojungtivitis
toksik atau kimiawi. Pada kasus yang dicurugai luka percikan bahan kimia, ph okuler
harus dites dan irigasi mata terus menerus dilakukan hingga ph mencapai 7 .
konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan lensa kontak.

e. Sitology / smear
Smear untuk sitology dan pewarnaan khusus giemsa,gram direkomendasikan pada
kasus yang dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonates , konjungtivitis kronik atau
berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.

I. Penatalaksanaan
a. Nonfarmako
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari
bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Memberikan intrukasi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan
kemudian menyuruh menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali
memegang mata yang sakit , dan menggunakan kain lap ,handuk, dan sapu tangan baru
yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
b. Farmako
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologinya. Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.

1) konjungtivitis Bakteri

14
Penatalaksanaan Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada
temuan agen mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal
spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh
diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada
konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas
dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva.

2) Konjungtivitis Virus
Penatalaksanaan Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun
atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan
terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah
terkenanya kornea . Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksi hygiene untuk
meminimalkan penyebaran infeksi.

3) Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan konjungtivitis alergi dapat diterapi dengan tetesan
vasokonstriktor-antihistamin topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-
gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya.

4) Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore


Pemberian penisilin topical, mata dibersihkan dari secret. Pencegahan
merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera
setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter
biasnay disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore :
 Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan
setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai
terlihat tanda-tanda perbaikan.
 Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak
maka pemberian obat tidak akan efektif.
 Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi
chlamdya yang banyak terjadi.

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal Pengkajian : 02 Oktober 2019 Tanggal Masuk : 02 Oktober

Ruang Inap : Ruang Mawar Nomor Register : 333456

Diagnosa Medis : Konjungtivitis

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. P

Jenis kelamin : laki-laki

Usia : 20 tahun

Status perkawinan : mahasiswa

Agama : islam

Suku Bangsa : serawai

Pendidikan : S1

Bahasa yang digunakan : serawai

Pekerjaan : mahasiswa

Alamat : Jl. Sentosa Padang Kemiling

B. KELUHAN UTAMA MRS


Hari/Tanggal/Jam MRS : jumat / 01 / 2019

- Keluhan utama MRS : klien datang ke rumah sakit hari jumat, 02 oktober 2019
dengan keluhan mata merah dan adanya rasa nyeri, bengkak pada kelopak mata
bagian atas. disertai rasa gatal, kotoran mata yang jumlahnya cukup banyak dan

16
terasa lengket sehingga susah membuka mata, Pasien mengatakan pengelihatanya
kabur

C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Hari/Tanggal/Jam pengkajian :

1. Keluhan utama dan penyerta saat dikaji :


a. Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa seperti ada yang mengganjal sejak
satu hari yang lalu. Keluhan juga disertai adanya secret ( belekan ) yang dirasakan
banyak pada saat pagi hari yaitu saat bangun tidur, pasien mengaku sebelum
terjadi mata merah, pasien terpapar udara panas, berkeringat dan kena debu, lalu
pasien mengucek-ngucek mata tanpa mencuci tangan terlebih dahulu dan tangan
dalam keadaan kotor, setelah itu langsung timbul mata merah. Keesoakan harinya
pada saat bangun tidur timbul kotoran mata yang jumlahnya cukup banyak dan
terasa lengket sehingga susah membuka mata. Tampak sedikit bengkak pada
kelopak mata bagian atas. disertai rasa gatal . Pasien belum mengobati keluhan
tersebut. Keluhan tersebut terasa sedikit berkurang apabila pasien tidur, tetapi
keluhan tersebut sangat mengganggu karena menimbulkan rasa yang tidak
nyaman pada mata. Pasien juga tidak ada kontak dengan orang lain yang sakit
mata merah. Pasien mengaku kurang fit dan kurang tidur.
2. Keadaan Umum : Baik
3. Kesadaran : compos mentis GCS : M:6 E:4 V:5
Tekanan Darah : 130/80 mmHg Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Frek. Nadi : 80x/menit
Temperatur : 37,2°C

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada saat SMP, sembuh setelah diberikan obat tetes
mata

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA(Genogram dan keterangan)


- Ayah pasien menderita sakit stroke

17
- Ibu pasien menderita sakit jantung

F. RIWAYAT KONDISI LINGKUNGAN SOCIAL, LINGKUNGAN KERJA, DAN


KEBIASAAN SEHARI-HARI

 Kondisi lingkungan social : keadaan lingkungan disekitar rumah kurang bersih


dan banyak debu

 Kondisi lingkungan kerja : pasien sering berada dilingkungan yang panas dan
berdebu. Karena pasien sedang menjalankan kerja praktek lapangan disuatu
tempat proyek pembangunan

 Kebiasaan sehari-hari : setiap hari senin-kamis pasien kuliah, hari jumat dan
sabtu pasien menjalankan kerja praktek lapangan. Mandi 2 kali sehat, makan 3
kali sehari

F. RIWAYAT POLA KEBIASAAN :


Pola kebiasaan
POLA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Sebelum sakit Di rumah sakit

1. KEBUTUHAN OKSIGENISASI

 Keluhan Batuk (kering/berdahak) Tidak ada Tidak ada


 Apakah ada produksi sputum Tidak ada Tidak ada
 Kemampuan mengeluarkan sputum Tidak ada Tidak ada
 Kemampuan bernafas (susah/tidak) Tidak ada Tidak ada
 Apakah ada nyeri dada Tidak ada Tidak ada
 Apakah ada kesulitan bernafas Tidak ada Tidak ada
 Keluhan pemenuhan kebutuhan oksigenisasi Tidak ada Tidak ada

2. KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN

a. Makan
 Frekuensi makan/hari 3x/hari 3x/hari
 Jenis makanan (diit) Makanan biasa Makanan rumah
sakit

18
 Nafsu makan baik/tidak Baik Baik
Alasan……..

 Porsi makan yang dihabiskan


 Makan yang tidak disukai 1 piring 1 piring
Tidak ada Tidak ada
 Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
 Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan alat bantu (NGT, dll) Tidak ada Tidak ada
 Keluhan pemenuhan kebutuhan nutrisi Tidak ada Tidak ada
b. Minum
 Frekuensi minum/hari 5x/hari 5x/hari
 Jenis minuman Air putih Air putih
 Jumlah minum/hari
 Kemampuan menelan 1500cc/hari 1500cc/hari
Baik Baik
 Masalah pemenuhan kebutuhan cairan
Tidak ada Tidak ada

3 KEBUTUHAN ELIMINASI
.
a. ELIMINASI B.A.K
 Frekuensi BAK/hari 7x/hari 3x/hari
Kuning pucat Kuning jernih
 Warna urine
Khas
 Bau urine Khas 400cc/hari
 Jumlah Urine 400cc/hari Tidak ada
 Apakah ada nyeri saat BAK Tidak ada Tidak ada
 Apakah ada kesulitan memulai BAK Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
 Apakah ada urine menetes
Tidak ada Tidak ada
 Keluhan/Gangguan BAK Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan alat bantu (kateter,dll) Tidak ada
b. Eliminasi B.A.B 2x/hari
 Frekuensi BAB 2x/hari Kecoklatan
Kecoklatan Amoniak
 Warna Feces
Amoniak Keras
 Bau Feces Keras Tidak ada
 Konsistensi Feces Tidak ada Tidak ada
 Keluhan/Gangguan BAB Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan Laxatif Tidak ada

19
4 KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
.
 Lama tidur siang (jumlah jam/hari) 2 jam/ hari 2 jam/ hari
 Lama tidur malam (jumlah jam/hari) 8 jam/ hari 8 jam/ hari
 Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
 Apakah merasa segar saat bangun tidur? Ya Ya
 Apakah ada kesulitan tidur? Tidak ada Tidak ada
 Apakah sering terbangun saat tidur? Tidak Tidak
 Apakah ada keluhan pemenuhan lebutuhan
Tidak ada Tidak ada
tidur

20
5 KEBUTUHAN AKTIVITAS/MOBILISASI
.
 Apakah ada perasaan lemah otot Tidak ada Tidak ada
 Apakah ada keterbatasan pergerakan Tidak ada Tidak ada
 Bagaimana pemenuhan personal hygiene Mandiri Dibantu
keluarga
 Kemampuan berjalan Dibantu keluarga Dibantu
keluarga

 Kemandirian Pemenuhan makan Madiri Mandiri

 Kemandirian pemenuhan eliminasi Mandiri Dibantu


keluarga
 Adakah sesak/pusing/lelah setelah Tidak ada Tidak ada
beraktifitas Tidak ada
 Keluhan pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan mobilisasi Tidak ada Tidak ada

6 KEBUTUHAN RASA NYAMAN

 (P) Apakah hal pencetus nyeri Posisi kepala Posisi kepala


lebih rendah dari lebih rendah
tubuh dari tubuh
 (Q) Bagimana kualitas nyeri yang - Cenat cenut
dirasakan
 (R) Dimana lokasi dan penyebaran nyeri - Orbital mata
sebelah
kanan
 (S) Berapa skala nyeri (0-10, 10 sangat - 4
nyeri)
 (T) Berapa lama waktu (durasi) perasaan - 2 menit
tidak nyaman
 Apakah ada demam/menggigil/berkeringat - ada

7 KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE


.
 Frekuensi Mandi 2x/hari 2x/hari
 Kebiasaan mandi (basah/dilap) Basah Lap
 Waktu mandi pagi/sore/malam Pagi sore Pagi sore
 Frekuensi oral hygiene 2x/ hari 1x/ hari
Pagi Sigat gigi

21
 Kebiasaan cara oral hygiene Pagi sore Pagi
 Waktu oral hygiene(pagi/siang/setelah
makan) 1x/ hari 1x/ hari
 Frekuensi cuci rambut Pagi Pagi
 Waktu cuci rambut Basah Lap
 Kebiasaan cuci rambut 1 minggu sekali 1 minggu
 Frekuensi potong kuku sekali
Potong semua Potong
semua
 Kebiasaan potong kuku
Tidak ada Tidak ada
 Keluhan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene
2x/ hari 1x/ hari
 Frekuensi ganji baju Rapi Rapi
 Kebersihan dan kerapihan pakaian yang
digunakan Tidak ada Tidak ada
 Keluhan pemenuhan berhias

G. PENGKAJIAN FISIK (INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI, AUSKULTASI, OLFAKSI)


1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Tingkat Kesadaran : compos mentis
c. Berat badan : 60 kg Tinggi badan :160 cm
IMT : _______

2. Sistem penglihatan
a. Posisi mata : simetris
b. Kelopak mata : adanya edema pada kelopak mata bagian atas sebelah
kiri
c. Pergerakan bola mata : normal
d. Konjungtiva : tampak hiperemi
e. Kornea : baik
f. Sclera : ikterik
g. Pupil : baik
h. Otot-otot mata : baik
i. Fungsi penglihatan : agak kabur
j. Pemakaian kaca mata : tidak ada
k. Pemakaian lensa kontak : tidak ada
l. Reaksi terhadap cahaya : isokor

22
3. Sistem pendengaran
a. Daun telinga : simetris
b. Kondisi telinga tengah : baik
c. Cairan dari telinga : tidak ada
d. Perasaan penuh di telinga : tidak ada
e. Tinnitus : tidak ada
f. Fungsi pendengaran : baik
g. Gangguan keseimbangan : tidak ada
h. Pemakaian alat bantu : tidak ada
4. System pernafasan
a. Jalan nafas : baik
b. Pernafasan : pernapasan dada
c. Penggunaan otot bantu pernafasan : tidak ada
d. Retraksi dinding dada :tidak ada
e. Frekuensi : 20x/menit
f. Irama : teratur
g. Jenis pernafasan : teratur
h. Kedalaman : dangkal
i. Batuk : tidak ada
j. Sputum : tidak ada
k. Batuk darah : tidak ada
l. Suara nafas :vesikuler
m. Mengi :tidak ada
n. Wheezing :tidak ada

5. System kardiovaskuler
a. Sirkulasi peripher
- Frekuensi Nadi : : 80x/menit Irama : teratur Kekuatan : kuat
- Tekanan darah : 130/80mmHg
- Distensi vena jugularis : Kanan : tidak ada
Kiri : tidak ada

- Temperature kulit : 37,2 ° C


- Warna kulit : sawo matang
- Edema : tidak ada
- Kapilarry Refill : baik
b. Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut apical : baik
- Bunyi jantung : lup dup

23
- Irama : teratur
- Sakit dada : tidak ada

6. System hematologi
- Pucat : tidak ada
- Perdarahan : tidak ada

7. System syaraf pusat


- Keluhan sakit kepala : tidak ada
- Tingkat kesadaran : tidak ada
- Glasgow coma scale : tidak ada
- Tanda-tanda peningkatan TIK : tidak ada
- Gangguan system persyarafan :tidak ada
- Pemeriksaan reflek
 Reflek fisiologis : baik
 Reflek patologs : baik
- Pemeriksaan Nervus I – XII : normal
8. Sistem pencernaan
a. Keadaan mulut :
1) Gigi : caries
2) Penggunaan gigi palsu : tidak ada
3) Stomatitis : tidak ada
4) Lidah kotor : tidak ada
5) Silica : tidak ada
b. Muntah : ya
c. Nyeri daerah perut : tidak ada
d. Bising usus : 6x/menit
e. Konsistensi feces : lunak
f. Konstipasi : tidak ada
g. Hepar : normal
h. Abdomen : normal

9. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada

Nafas berbau keton : tidak ada

Luka ganggren : tidak ada

24
10. Sistem urogenital
Perubahan pola kemih : tidak ada

B.A.K : normal

Warna : kuning jernih

Distensi/ ketegangan kandung kemih : tidak ada

Keluhan sakit pinggang : tidak ada

Skala nyeri :3

11. Sistem lntegumen


Turgor kulit : baik

Warna kulit : sawo matang

Keadaan kulit : baik

- Luka, lokasi : tidak ada


- Insisi operasi, lokasi : tidak ada
- Kondisi : baik
- Gatal-gatal : terasa gatal dibagian mata kiri
- Kelainan pigmen : tidak ada
- Dekobitus, lokasi : tidak ada
Kelainan kulit : tidak ada

Kondisi kulit daerah pemasangan infus :.baik

Keadaan rambut :

Tekstur : sedikit kasar

Kebersihan :sedikit kotor

12. Sistem muskuloskeletal


Kesulitan dalam pergerakan : tidak ada

Sakit pada tulang, sendi, kulit : tidak ada

Fraktur : tidak ada

25
Keadaan tonus otot : baik

Kekuatan otot :5

H. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL.


a. Siapakah orang terdekat dengan pasien
Pasien mengatakan orang terdekat dengan pasien adalah ibu

b. Interaksi dalam kelaurga


 Pola komunikasi : musyawarah
 Pembuatan keputusan : musyawarah
 Kegiatan kemasyarakatan : tidak ada

c. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : keluarga pasien mengatakan khawatir


dengan keadaan pasien dan kurang beristirahat karena mendampingi pasien selama di
rumah sakit

d. Masalah yang mempengaruhi pasien : tidak ada

e. Mekanisme koping terhadap stress : tidak ada

f. Persepsi pasien terhadap penyakitnya :


 Hal yang sangat dipikirkan saat ini : pasien ingin cepat sembuh
 Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap dapat sembuh kembali
seperti sebelumnya
 Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : aktivitas pasien terbatas

g. System nilai kepercayaan :


 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada
 Aktifitas agama/kepercayaan yang dilakukan : pasien dan keluarga selalu berdoa
untuk kesembuhan pasien

26
ANALISA DATA

NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH

1. Gejala dan tanda mayor gangguan penglihatan Gangguan persepsi sensori


DS :
- Pasien mengatakan
pengelihatanya kabur
DO :
- Pasien terlihat tidak fokus

2. DS: agen pencedera fisiologi Nyei akut


- Pasien mengatakan
adanya rasa nyeri
DO:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
3. DS : gejala penyakit Gangguan rasa nyaman
- Pasien mengeluh adanya
rasa gatal dan panas -
didaerah sikitar mata
DO :
- Pasien tampak gelisah

27
ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS

NAMA PASIEN : Tn. P UMUR : 20 tahun

RUANGAN :Ruang Mawar NO.REG : 333456

INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN


NO RASIONAL
KEPERAWATAN
(Nursing Outcome (Nursing Intervention
Clasification/NOC) Clasification/NIC)

1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan intervensi NIC: Peningkatan


sensori berhubungan keperawatan selama ... x ... jam, Komunikasi : Kurang
dengan gangguan diharapkan pasien Penglihatan
penglihatan 1. Agar klien mengetahui
NOC: Fungsi Sensori : Aktivitas Keperawatan:
indentitas kita
Penglihatan
1. Kenal kan diri saat 2. Agar klien bisa
Dipertahankan di level memasuki ruangan meningkatkan stimuli
pasien indera lainnya untuk
Ditingkatkan pada level 2. Bantu pasien untuk mengenali objek atau
 1: Sangat terganggu/berat meningkatkan makanan
stimulasi indera- 3. Agar kaca mata klien
 2: Banyak indera lainnya tetap bersih
terganggu/cukup berat 3. Pastikan kacamata 4. Agar klien merasa
milik pasien selalu nyaman dan tidak silau
 3. Cukup terganggu/sedang dibersihkan, an 5. Agar mata klien tidak
disimpan dengan merasa terganggu

28
 4. Sedikit terganggu/ringan benar saat tidak 6. Agar klien merasa
digunakan nyaman
 5. Tidak terganggu/tidak 4. Sediakan ruang 7. Agar klien mengetahui
ada dengan pencahayaan informasi
memadai
Dengan Kriteria hasil:
5. Minimalkan cahaya
1 Pandangan kabur silau
1/2/3/4/5 6. Jaga lingkungan tetap
2 Penglihatan ganda rapi
1/2/3/4/5 7. Bacakan surat, koran
3 Penglihatan terganggu dan informasi terkait
1/2/3/4/5 lainnya untuk pasien
4 Pusing
1/2/3/4/5

29
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN


NO RASIONAL
KEPERAWATAN
(Nursing Outcome (Nursing Intervention
Clasification/NOC) Clasification/NIC)

2. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi NIC: Peningkatan


berhubungan dengan keperawatan selama ... x ... jam, Komunikasi : Manajemen
agen pencedera diharapkan pasien nyeri
fisiologis
NOC: Konttrol nyeri Aktivitas Keperawatan:

Dipertahankan di level 1. Gali pengetahuan dan 1. Untuk menggali

kepercayaan pasien pemahaman pasien


Ditingkatkan pada level
mengenai nyeri mengenai nyeri
1. Tidak pernah 2. Untuk mengetahui
2. Gali bersama pasien
menunjukkan 1/2/3/4/5 kegiatan apa saja yang
factor-faktor yang
2. Jarang menunjukkan dapatmenurunkan dan
dapat menurunkan
1/2/3/4/5 memperberat nyeri
atau memperberat
3. Kadang-kadang 3. Dukungan dari
nyeri
menunjukkan 1/2/3/4/5 keluarga akan sangat
3. Bantu keluarga dalam
4. Sering menunjukkan membantu
mencari dan
1/2/3/4/5 perkembangan
menyediakan
5. Secara konsisten penyembuhan pasien
dukungan
menunjukkan 1/2/3/4/5 4. Agar pasien bisa

30
4. Ajarkan prinsi-prinsip meminimalisir nyeri

Dengan Kriteria hasil: manajemen nyeri dengan mandiri


5. Dorong pasien untuk 5. Untuk mengetahui
- Mengenali kapan nyeri
memonitor nyeri dan perkembangan dan
terjadi
menangani nyerinya melatih kemandirian
- Menggambarkan factor
dengan tepat pasien dalam
penyebab
6. Gunakan tindakan menangani rasa
- Menggunakan tindakan
pengontrol nyeri nyerinya
pencegahan
sebelum nyeri 6. Untuk mencegah
- Melaporkan perubahan
bertambah berat terjadinya nyeri yang
terhadap gejala nyeri pada
7. Dukung istirahat/tidur lebih berat
professional kesehatan
yang adekuat untuk 7. Anjurkan pasien
- Melaporkan gejala yang
membantu penurunan istirahat dan tidur yang
tidak terkontrol pada
nyeri cukup untuk membantu
professional kesehatan
menurunkan rasa nyeri
- Mengenali apa yang terkait
dengan gejala nyer

31
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN /KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN


NO RASIONAL
KEPERAWATAN
(Nursing Outcome (Nursing Intervention
Clasification/NOC) Clasification/NIC)

3. Gangguan rasa Setelah dilakukan intervensi NIC: Peningkatan


nyaman keperawatan selama ... x ... jam, Komunikasi : Manajemen
berhubungan dengan diharapkan pasien lingkungan : kenyamanan
gejala penyakit
NOC: Status kenyamanan Aktivitas Keperawatan:

Dipertahankan di level 1. Hindari gangguan 1. pasien merasa tenang


saat beristiraha
Ditingkatkan pada level yang tidak perlu dan
berikan waktu untuk 2. memberikan rasa
1. Sangat terganggu 1/2/3/4/5 nyaman pada pasien
2. Banyak terganggu 1/2/3/4/5 istirahat
3. Cukup tergannggu 1/2/3/4/5 2. Ciptakan lingkungan 3. lingkungan dan suhu
4. Sedikit terganggu 1/2/3/4/5 ruangan sangat
yang tenang dan berpengaruh untuk
5. Tidak terganggu 1/2/3/4/5
mendukung kenyamanan pasien
3. Sediakan lingkungan
4. agar pasien merasa
Dengan Kriteria hasil: yang aman dan bersih lebih nyaman
4. Sesuaikan suhu
- Kesejahteraan fisik 5. untuk meningkatkan
ruangan yang paling kemandirian pasien dan
- Control terhadap gejala
menyamankan keluarga dalam
- Dukungan social dari

32
keluarga klien,jika mengelola kenyamanan
- Perawatan sesuai dengan memungkinkan 6. agar pasien merasa
kebutuhan 5. Tentukan tujuan nyaman
- Mampu pasien dan keluarga 7. untuk memberikan
mengkomunikasian dalam mengelola pengetahuan tentang
kebutuhan lingkungan dan manajemen penyakit dan
cedera pada pasien dan
- Lingkungan fisik kenyamanan yang
keluarga
optimal
6. Atur posisi pasien
senyaman mungkin
7. Berikan sumber-
sumber edukasi yang
relavan dan berguna
mengenai manajemen
penyakit dan cedera
pada pasien dan
keluarga

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima
dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan
khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang
memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi
gerakan mata.

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian
berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis
terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat
dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang
dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan.

B. Saran

Dengan adanya pembuatan makalah Trigercase Konjungtivitis ini, semoga dapat


mempermudah dan dapat dimengerti sehinga penyakit konjungtivitis ini dapat di cegah,
jika pun sudah terjadi atau yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah kami ini
obat serta penatalaksaan, asuhan keperarawatan dapat membantu pembaca dan
mempermudah. Kami sebagai tim penyusun mengharapkan juga untuk kritik dan saran
dalam makalah yang telah kami buat dalam pengembangan yang lebih baik lagi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2013). Nursing Intervention


Classification (NIC) (6th Ed.). Indonesia : Mosby Elsevier
Moorhead, S., Jhonson, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC)(5th Ed.). Indonesia : Mosby Elsevier
Istiqomah, Indriana N. (2012). Asuhan Keperawatann Klien Gangguan Mata.
Jakarta : EGC
Bachrudin,M & Najib. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I.Jakarta Selatan :
Pusdik SDM Kesehatan

35

Anda mungkin juga menyukai