Anda di halaman 1dari 4

Penyakit Gondok (Goiter) pada Petani sebagai Dampak dari

Penggunaan Pestisida

Pestisida merupakan obat-obatan atau senyawa kimia yang bersifat racun, digunakan
untuk membasmi jasad pengganggu tanaman, baik hama, penyakit maupun gulma. Penggunaan
pestisida bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian, dan menekan biaya pengelolaan
pertanian sehingga lebih efisien dan ekonomis, serta menghindarkan lahan pertanian itu sendiri
dari serangan hama. Intensitas pemakaian pestisida yang tinggi, dan dilakukan secara terus-
menerus pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain residu
pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran pada
lingkungan pertanian, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia sehingga berdampak
buruk terhadap kesehatan manusia. Salah satu dampak negatif penggunaan pestisida bagi
kesehatan manusia yaitu terjadinya pembesaran kelenjar tiroid atau yang sering disebut sebagai
penyakit gondok (goiter).
Gondok atau goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid dan dapat terjadi dalam bentuk
diffuse atau nodular. Paling sering disebabkan oleh defisiensi yodium dalam makanan. Faktor
lain yang dihubungkan dengan gondok adalah faktor goitrogen, kelebihan unsur yodium,
nutrisi, dan genetik. Beberapa obat dan keadaan dapat mengubah sintesis, pelepasan, dan
metabolisme hormon tiroid. Obat-obatan seperti perklorat dan tiosianat dapat menghambat
sintesis tiroksin, sebagai akibatnya obat-obatan itu dapat menyebabkan penurunan kadar
tiroksin dan melalui rangasangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh
kelenjar hipofisis. Keadaan ini juga mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid dan timbulnya
goiter. Sehingga penyakit ini juga banyak ditemukan pada petani yang terlalu banyak terpapar
pestisida saat melakukan penyemprotan di lahan pertaniannya. Faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian goiter, yaitu: umur, masa kerja, lama kerja per hari, jenis
pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, posisi petani terhadap arah angin saat
penyemprotan pestisida, dan penggunaan alat pelindung diri. Faktor-faktor tersebut
memungkinkan untuk terjadi keracunan pestisida seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
yang pada akhirnya menimbulkan kejadian goiter.
Pembesaran kelenjar tiroid atau gondok bisa bersifat jinak, tapi juga bisa merupakan
bentuk kanker dari kelenjar gondok. Sehingga hal ini perlu diwaspadai dan diperiksakan ke
dokter, bila ternyata benjolan pembesaran kelenjar tiroid itu ganas harus dioperasi. Pembesaran
kelenjar gondok dan penyakit gondok lebih banyak terjadi pada wanita, dengan perbandingan
7:1. Munculnya penyakit kelenjar gondok tak selalu diakibatkan oleh kekurangan hormon.
Penyakit ini bisa pula muncul karena kelebihan hormon. Bila hormon kelenjar gondok berlebih,
terjadi hipermetabolisme. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada usia dewasa. Salah satu
contoh penyakit kelenjar gondok yang disebabkan oleh produksi hormon berlebih adalah
penyakit graves. Inilah jenis penyakit kelenjar gondok yang paling sering terjadi di masyarakat.
Penyakit graves adalah penyakit autoimun yang disebabkan oleh faktor genetic dan lingkungan
, termasuk paparan pestisida. Tanda-tanda spesifik penyakit graves diantaranya mata menonjol,
berkeringat banyak, palpitasi (jantung berdebar-debar keras), terjadi penurunan berat badan,
dan badan kurus meskipun makan banyak. Tentu saja penyakit ini harus diobati, jika tidak
sembuh harus operasi.
Contoh kasus seperti yang dialami oleh salah satu petani di sebuah kabupaten yang
bernama Ibu S. Ibu S berumur 47 tahun, dan beliau sudah menjadi petani hortikultura di daerah
tersebut selama lebih dari 10 tahun. Selama itu pula beliau terpapar pestisida yang digunakan
untuk menyemprot tanaman pertaniannya. Racun pestisida ini masuk ke dalam tubuh bisa
melalui kulit karena beliau tidak pernah menggunakan sarung tangan, dan terhirup lalu masuk
melalui ssistem pernafasan karena beliau tidak menggunakan masker. Selain itu penyemprotan
dilakukan secara berlawanan arah dengan arah angin, sehingga pestisida yang disemprotkan
berbalik terbawa angin ke arah Ibu S. Seharusnya penyemprotan dilakukan searah dengan arah
angin. Ibu S mengaku sering merasa pusing, berkunang-kunang, banyak berkeringat,
mengalami batuk, tangannya bergetar sendiri (tremor), sakit di persendian, sering lupa atau
hilang ingatan, dan sudah lama terdapat benjolan di lehernya (mengalami pembesaran kelenjar
tiroid). Beliau juga mengatakan bahwa pernah memeriksakan benjolan tersebut ke dokter.
Awalnya dokter hanya memberikan obat pada Ibu S. Namun benjolan tersebut tak kunjung
hilang, dan ketika Ibu S kembali memeriksakannya, dokter menyarankan agar benjolan tersebut
dioperasi. Terbentur keadaan ekonomi yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, Ibu S
pun mengurungkan niat untuk menghilangkan benjolan tersebut dan menolak saran dokter
untuk operasi. Beliau membiarkan benjolan tersebut hingga sekarang mengeras, karena dirasa
tidak sakit dan mengaku bahwa tidak terganggu dengan adanya benjolan tersebut. Padahal jika
menurut saran dokter benjolan tersebut seharusnya dioperasi, berarti pembesaran kelenjar
tiroid yang terjadi sudah parah atau mungkin sudah menjadi kanker, seperti yang telah
dijelaskan di atas. Sehingga hal ini perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius,
sebelum terjadi hal yang lebih buruk lagi. Peran Puskesmas juga sangat penting dalam
pencegahan terjadinya penyakit yang lebih serius akibat dari pebesaran kelenjar gondok yang
tidak segera ditangani. Kurangnya penyuluhan dari Puskesmas atau tenaga ahli kesehatan
setempat mengenai bahaya dari gejala-gejala atau tanda penyakit yang muncul pada petani,
membuat para petani ini sering menyepelekan gejala atau penyakit yang mereka alami atau
mereka derita. Termasuk salah satunya contohnya adalah pengakuan dari Ibu S seperti yang
telah diterangkan di atas.

Pertanyaan
1. Saat ini anda sedang belajar tentang endokrinologi, masalah apa saja yang
ditemukan pada kasus ibu S yang dapat saudara identifikasi?
Jawab :
Ibu S merupakan penderita penyakit gondok/ goiter karena beliau terpapar
pestisida yang digunakan untuk menyemprot tanaman pertaniannya. Racun
pestisida ini masuk ke dalam tubuh bisa melalui kulit karena beliau tidak pernah
menggunakan sarung tangan, dan terhirup lalu masuk melalui ssistem pernafasan
karena beliau tidak menggunakan masker. Selain itu penyemprotan dilakukan
secara berlawanan arah dengan arah angin, sehingga pestisida yang disemprotkan
berbalik terbawa angin ke arah Ibu S. Gejala penyakit gondok telah dikenali dan
dokter sudah menyarankan untuk operasi namun karena keterbatasan ekonomi,
maka ibu S mengurungkan niat tersebut.
2. Jelaskan salah satu masalah yang saudara temukan penyebabnya? Jika terkait
dengan struktur mikroanatomi kelenjar hormon tertentu jelaskanlah.
Jawab :
Obat-obatan seperti perklorat dan tiosianat dapat menghambat sintesis tiroksin,
sebagai akibatnya obat-obatan itu dapat menyebabkan penurunan kadar tiroksin dan
melalui rangasangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh
kelenjar hipofisis. Keadaan ini juga mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid dan
timbulnya goiter. Sehingga penyakit ini juga banyak ditemukan pada petani yang
terlalu banyak terpapar pestisida saat melakukan penyemprotan di lahan
pertaniannya.
Jika pestisida masuk ke dalam tubuh, pestisida akan menempel pada enzim
kholinesterase, akibatnya terjadi hambatan pada aktifitas enzim kholinesterase,
sehingga terjadi akumulasi substrat (asetilkholin) pada sel efektor. Keadaan tersebut
akan menyebabkan gangguan pada syaraf yang berupa aktifitas kholinergik secara
terus menerus akibat asetikholin yang tidak dihidrolisis. Asetilkholin berperan
sebagai jembatan penyebrangan bagi mengalirnya getaran syaraf. Melalui sistem
syaraf inilah organ-organ didalam tubuh menerima informasi untuk mempergiat
atau mengurangi aktifitas sel pada organ. Pada sistem syaraf, stimulasi yang
diterima dijalarkan melalui serabut-serabut syaraf (akson) dalam bentuk impuls.
Setelah impuls syaraf oleh asetilkholin diseberangkan/diteruskan melalui serabut,
enzim kholinesterase memecahkan asetilkholin dengan cara menghidrolisis
asetilkholin menjadi kholin dan sebuah ion asetat, impuls syaraf kemudian berhenti.
Sistem syaraf pusat dihubungkan dengan hipofisis melalui hipotalamus, ini
adalah hubungan yang paling nyata antara sistem syaraf pusat dan sistem endokrin.
Kedua sistem ini saling berhubungan baik melalui syaraf maupun vaskular. Sistem
yang menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis dikenal dengan istilah
sistem portal hipotalamus-hipofisis. Sistem portal ini merupakan saluran vaskular
yang penting karena memungkinkan pergerakan releasing hormone dari
hipotalamus ke kelenjar hipofisis, sehingga memungkinkan hipotalamus mengatur
fungsi kelenjar hipofisis. Rangsangan dari otak mengaktifkan neuron dalam nuklei
hipotalamus yang mensintesis dan mensekresikan protein dengan berat molekul
rendah. Protein atau neurohormon ini dikenal sebagai thyroid releasing hormone.
Thyroid Releasing hormone dilepaskan ke dalam pembuluh darah sistem portal dan
akhirnya mencapai sel-sel dalam kelenjar hipofisis.
3. Buatlah beberapa alternatif penyelesaian dari masalah yang telah saudara buat!
Jawab :
a. Memperbaiki praktek sehari-hari yang berkaitan dengan penggunaan pestisida b.
Perlunya mengikuti anjuran dari pemerintah/dinas kesehatan bila ada penyuluhan
tentang pestisida ataupun tentang pengelolaan penyakit gondok. c. menggunakan
APD bagi petani yang bekerja menggunakan pestisida
4. Pilihlah satu penyelesaian yang menurut anda tepat dan jelaskan mengapa anda
memilih penyelesaian tersebut.
Jawab :
Saran yang paling tepat yaitu perlunya mengikuti anjuran dari pemerintah/dinas
kesehatan bila ada penyuluhan tentang pestisida ataupun tentang pengelolaan
penyakit gondok, karena diperlukan penambahan pengetahuan mengenai bahaya
pestisida kepada masyarakat terhadap penyakit gondok, sehingga masalah tersebut
dapat ditangani. Namun, penyelesaian lain pun tidak kalah penting dan tidak boleh
diabaikan.

Anda mungkin juga menyukai