Anda di halaman 1dari 16

PENCAPAN KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA ASAM

DENGAN PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SITRAT

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Pencapan I

Oleh

KELOMPOK 6 (Enam)
Adryan M. Fauzan NIM.17020005

Alya Rizkiyani NIM. 17020010

Annisa Fitri Rahmawati NIM. 17020012

Group : 3K1
Dosen : Khairul U., S.ST., MT.
Asisten :1. Samuel M., S.ST
2. Drs. Solehudin

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG

2019
Pencapan Kain Sutera Menggunakan Zat Warna Asam dengan Pengaruh
Penggunaan Asam Sitrat

1) Maksud dan Tujuan


a) Maksud : melakukan proses pencapan kain sutera dengan zat warna asam
dengan pengaruh penggunaan asam sitrat
b) Tujuan : memahami pengaruh penggunaan asam sitrat dan asam asetat
berdasarkan evaluasi ketuaan warna dan tahan luntur warna
terhadap gosokan.

2) Teori Dasar
a) Serat Sutera
Sutera adalah salah satu serat alami yang berasal dari hewan, yaitu ulat sutera.
Ulat sutera berasal dari telur kupu-kupu jenis Bombyx mori dan Tussah. Serat sutera
merupakan satu-satunya serat alam yang berbentuk filamen. Serat di buat pada saat
ulat sutera akan berubah menjadi kepompong. Ulat sutera mengeluarkan filamen sutera
yang berasal dari kelenjar ludah ulat sutera. Filamen disemprotkan dari lubang mulut
ulat dan membentuk lapisan demi lapisan sampai ulat terperangkap di dalamnya dan
membentuk lapisan pelindung yang disebut kepompong.
Kepompong beserta filamen yang melapisinya biasa disebut kokon. Ulat sutera
didalam kepompong berubah menjadi pupa. Pembentukan kepompong berlangsung
sekitar dua hari. Seminggu kemudian pupa di dalam kepompong berubah menjadi kupu-
kupu dan mengeluarkan cairan yang bersifat basa, sehingga kepompong melunak dan
kupu-kupu dapat keluar menembus kepompong. Kepompong yang berasal dari kupu-
kupu Tussah saat membuat kepompong meninggalkan lubang yang ditutup dengan
perekat, sehingga saat kupu-kupu dewasa dan keluar dari lubang tersebut tanpa
merusak filamennya. Pengambilan serat dilakukan dengan jalan menguraikan kokon
dengan alat yang biasa disebut mesin reeling.

Komposisi sutera mentah adalah sebagai berikut:

o Fibroin 70-80%
o Serisin 20-305%
o Lilin 0,4-0,8%
o Karbohidrat 1,2-1,65
o Materi anorganik 0,7%
o Pigmen 0,2%
Penampang serat sutera :
 Penampang melintang
Penampang melintang serat sutera hampir lonjong dan didalamnya berbentuk
segitiga serta masing-masing serat terletak berdekatan.
 Penampang membujur
Penampang membujur serat sutera bergaris-garis.

Gambar 1 Penampang Melintang dan Membujur Serat Sutera


Soeprijono.P. Serat-Serat Tekstil. Institut Teknologi Tekstil. 1973.
Sifat kimia serat sutera:
 Pengaruh asam, sutera tidak mudah rusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi
larut dengan cepat di dalam asam kuat.
 Pengaruh alkali, larutan kostik soda pekat dan dingin dalam waktu singkat yang
diikuti pencucian hanya berpengaruh sedikit pada sutera. Larutan encer akan
melarutkan sutera dengan cepat dengan suhu mendidih.
 Pengaruh oksidator, sutera mudah diserang oleh zat oksidator, misalnya kalium
bikromat dan hidrogen peroksida.
 Pengaruh air, pemanasan yang lama didalam air menyebabkan kilau dan kekuatan
berkurang. Perubahan dipercepat jika panasnya diatas 1000 C.
 Pengaruh sinar, penyinaran yang lama dengan sinar matahari menyebabkan
kekuatan berkurang.
 Tahan terhadap serangga dan jamur.
Sifat fisika serat sutera:
 Warna bervariasi dari putih, kuning, hijau, dan coklat tergantung dari jenis iklim dan
makanan.
 Kekuatan serat dalam keadaan kering 4-14 gram/denier dengan mulur 20-25%
dalam keadaan basah kekuatannya 3,5-4 gram/denier dengan mulur 25-30%.
 Serat dapat kembali kepanjang semula setelah mulur 4%, tetapi mulur lebih dari 4%
pemulihan lambat dan tidak kembali ke semula.
 Bersifat hidroskopis, MR sutera mentah 11% tetapi setelah di hilangkan serisinnya
menjadi 10%.
 Berat jenis mentah 1,33 setelah di hilangkan serisinnya menjadi 1,25.

b) Zat Warna Asam

Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena mempunyai
gugus pelarut sulfonat atau karboksilat dalam struktur molekulnya. Gugus – gugus
tersebut juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik dengan
tempat – tempat positif dalam serat protein.

Zat warna asam yang mempunyai satu gugus sulfonat disebut zat warna asam
monobasik, sedangkan yang mempunyai dua gugus sulfonat disebut zat warna asam
dibasic dan seterusnya.

Semakin banyak gugus pelarut, maka kelarutannya makin tinggi, akibatnya


menjadi lebih mudah rata, tetapi tahan luntur hasil pencelupan terhadap pencuciannya
akan berkurang. Dengan demikian, jumlah maksimum zat warna asam dibasik yang
dapat terserap oleh serat sutera menjadi lebih kecil dari pada zat warna asam
monobasik, terutama bila suasana pasta cap sedikit asam, karena kondisi seperti itu
tempat – tempat positif pada bahan terbatas. Jadi untuk pencapan warna tua sebaiknya
digunakan zat warna asam monobasik.

Dalam pencapan, zat warna asam dapat memberikan warna yang mengkilap
dengan tahan luntur terhadap pencucian yang baik pula. Keunggulan lain dari zat
warna asam adalah warnanya yang cerah, hal tersebut karena ukuran partikelnya
relative kecil (lebih kecil dari ukuran struktur molekul zat warna direk).

Struktur zat warna asam bervariasi, antara lain jenis trifenil metan, xanten,
nitro aromatik, azo dan pirazolon. Kebanyakan zat warna asam termasuk jenis
sehingga hasil celupnya dapat dilunturkan dengan reduktor.

Berdasarkan cara pemakaiannya, zat warna asam dapat digolongkan menjadi


tiga, yaitu zat warna sam celupan rata yang mempunyai ukuran molekul yang relative
sangat kecil sehingga substantifitasnya terhadap serat relatef kecil, sangat mudah larut
dan warnanya sangat cerah, warnanya mudah rata, tetapi tahan luntur warnanya
rendah. Untuk warna tua biasanya diperlukan kondisi larutan celup yang sangat asam
pada pH 2-4, tapi untuk warna sedang dan muda dapat dilakukan pada pH 4-5.
Untuk zat warna asam milling, afinitas zat warna asam milling lebih besar dan
agak sukar bermigrasi dalam serat, akibatnya agak sukar mendapatkan kerataan
warna. Umumnya diperlukan kondisi larutan celup pada pH 4-5 untuk warna tua,
tetapi untuk warna sedang dan muda sebaiknya dilakukan pada 5-6 agar hasil celup
warnanya rata.

Pada jenis zat warna asam supermiling ukuran molekulnya paling besar
sehingga afinitas terhadap serat relative besar dan sukar bermigrasi, akibatnya sukar
mendapatkan kerataan warnanya, tetapi tahan luntur warnanya tinggi.

Tahan luntur yang tinggi diperoleh dari adanya ikatan antara serat dan zat
warna yang berupa ikatan ionic yang didukung oleh ikatan gaya Van der Waals serta
kemungkinan terjadinya ikatan hydrogen. Untuk warna tua dapat dilakukan pada
kondisi pH 5-6 tetapi untuk warna muda dapat dilakukan pada pH 6-7.

Ukuran zat warna asam levelling adalah paling kecil sehingga kecerahan zat
warna asam levelling paling tinggi dibandingkan zat warna tipe zat warna asam
lainnya.

Ukuran partikel zat warna juga menentukan besarnya ikatan sekunder antara
zat warna dengan serat yang berupa ikatan dari gaya Van der Waals, dimana makin
banyak electron dalam molekul (makin besar ukuran molekul) zat warna makin besar
ikatan fisika (Van der Waals) nya. Oleh karena itu dapat dipahami bila tahan luntur
zat warna asam levelling lebih rendah bila dibandingkan dengan tahan luntur hasil
celup dengan zat warna asam milling atau supermilling.

Zat warna asam dapat mewarnai serat sutera karena adanya tempat – tempat
positif pada bahan. Jumlah tempat positif pada bahan sangat tergantung pada dua
factor yaitu jumlah gugus amida dan jumlah gugus amina dalam serat serta keasaman
dari pasta cap.

Mekanisme terbentuknya tempat – tempat bermuatan positif pada bahan


adalah sebagai berikut:

 Pada suasana netran (pH 7)


Bila serat wol atau sutera dimasukkan kedalam air pada suasana netral sebagian akan
terionisasi sebagai berikut:
-
HOOC----Sutera----NH2 OOC---Sutera---N+H3
 Pada suasana asam
Bila ditambahkan asam maka terbentuk muatan positif yang nyata pada serat, akibat
adanya ion H+ yang terserap gugus amina dari serat wol atau sutera.
HCl H+ + Cl-
HOOC---Sutera---N+H3 + H+ + Cl- HOOC--- Sutera---N+H3…Cl-
Adanya tempat – tempat positif pada wol atau sutera memungkinkan terjadinya ikatan
ionik antara anion zat warna asam dengan wol atau sutera yang mudah menyerap ion
H+.

Zw-SO3Na Zw-SO3- + Na
-
O3S-ZW
Ikatan ionik

HOOC --- Sutera --- N+H3

Zat warna asam lebih banyak digunakan untuk pencapan wol dan sutera
daripada zat warna lain, karena zat warna asam mempunyai daya serap lebih baik,
warnanya dapat mengkilap dan tahan lunturnya terhadap pencucian dan sinar baik.

Zat warna ini dapat disebut zat warna asam karena zat warna aslinya
mengandung asam – asam mineral atau asam organik, dan dibuat dalam bentuk garam
– garan natrium dari asam organic, dimana gugus anion merupakan gugus pemberi
warna yang aktif.

3) Alat dan Bahan


Alat: Bahan:

 Rakel  Zat Warna Acid Blue


 Screen  Zat Warna Acid Yellow
 Batang pengaduk  Kain Sutera
 Gelas piala  Pengental CMC 8 %
 Gelas ukur  Asam Sitrat
 Timbangan analitik  Zat Anti Reduksi (Dekaprint AR Conc)
 Mixer  Gliserin
 Pengering  Teepol
 Nampan  Na2CO3
 Panci kukus (steam)  Air
 Kertas pembungkus
 Kompor

4) Diagram Alir

Persiapan Pencapan

Pencapan zat warna

Drying (100 oC, 2 menit)

Steaming (15 menit)

Cuci sabun, bilas, dan keringkan

Evaluasi ketuaan dan uji gosok

5) Resep
a) Pembuatan Pasta Cap
 Zat Warna Reaktif : 30 gram b) Resep Pencucian
 Gliserin : 70 gram  Na2CO3 : 2 g/L
 Zat Anti Reduksi : 20 gram  Teepol : 1 ml/L
 NaHCO3 : 30 gram  Suhu : 60 oC

 Pengental CMC 8% : 700 gram  Waktu : 2 menit

 Balance : 150 gram

6) Fungsi Zat
 Pengental CMC 8% : Sebagai medium perekat zat warna pada kain dan
meningkatkan kekentalan pada pasta cap.
 Zat warna Asam : sebagai pewarna pada proses pencapan.
 Zat Anti Reduksi : zat untuk mencegah zat warna reaktif tereduksi
 Asam Sitrat : memberikan suasana asam agar serat bermuatan positif
 Gliserin : sebagai zat higroskopis pada pasta cap dan untuk membantu
penetrasi zat warna pada waktu fiksasi
 Na2CO3 : untuk mendapatkan suasana alkalis agar kereaktifan kerja
sabun baik.
 Sabun : untuk proses pencucian menghilangkan zat warna yang
menempel pada bahan
 Air : sebagai penyeimbang volume zat

7) Hasil Percobaan
a) Ketuaan Warna

Variasi pH Nilai K/S

CH3COOH 10 gram 4 1,294


CH3COOH 20 gram 4 1,840
CH3COOH 30 gram 4 3,512
C6H8O7 10 gram 4 0,931
C6H8O7 20 gram 3 1,205
C6H8O7 30 gram 3 1,467

b) Tahan Luntur Warna terhadap Gosokan

Nilai Ketahanan Luntur


Variasi Perbandingan terhadap Gosokan

Basah Kering

CH3COOH 10 gram 4/5 5

CH3COOH 20 gram 4/5 5

CH3COOH 30 gram 4/5 5


C6H8O7 10 gram 4/5 5

C6H8O7 20 gram 4/5 5

C6H8O7 30 gram 4/5 5


8) Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan proses pencapan kain sutera menggunakan zat warna
asam. Pencapan dilakukan untuk memberikan motif pada bahan secara permanen untuk
meningkatkan estetika bahan. Pencapan kain sutera menggunakan zat warna asam
dilakukan dengan cara membuat larutan pengental induk terlebih dahulu. Pengental
yang digunakan yaitu CMC dengan komposisi CMC sebanyak 8% dari 1000 g larutan
dengan air sebanyak 920 g yang dilakukan pengadukan dengan mixer.
Setelah pengental induk jadi, dilakukan pembuatan pasta cap dengan komposisi zat
warna asam sebanyak 30 g, zat anti reduksi sebanyak 20 g, gliserin sebanyak 70 g,
asam sitrat (C6H8O7) sebanyak 30 g, pengental CMC 700 g, dan air sebanyak 150 g. Zat
warna asam merupakan zat warna yang larut dalam air dan afinitas terhadap serat
sutera sangat baik dan dapat membentuk ikatan ionik sehingga hasil pencapan
diharapkan memiliki ketahanan luntur warna yang lebih baik.
Dilakukan proses pencapan pada kain, kasa diangkat perlahan-lahan, kemudian
dilakukan pengeringan menggunakan hair dryer. Setelah dikeringkan, dilakukan
pencapan untuk warna lainnya. Selanjutnya, kain dikeringkan dengan mesin stenter
pada suhu 100oC, lalu dilakukan proses fiksasi dengan metode steaming (pengukusan)
pada suhu 100oC selama 15 menit. Kain yang telah dilakukan proses steaming dicuci
panas dengan larutan cuci yang terdiri dari teepol 1mL/L dan Na2CO3, dilanjutkan
dengan cuci dingin. Kain kemudian dikeringkan dan dilakukan evaluasi, yaitu evaluasi
ketuaan warna, kerataan warna dan tahan luntur warna terhadap gosokan, serta
ketajaman motif.

a) Ketuaan Warna

4
3.512
3.5
3
2.5
1.84
K/S

2 1.467
0.931
1.5
1
1.294 1.205
0.5
0
10 20 30
Konsentrasi Zat (gram)

C6H807 CH3COOH
b) Ketahanan Luntur Warna terhadap Gosokan

9) Kesimpulan
 Motif cap dengan variasi CH3COOH 10 gram memiliki nilai K/S sebesar 1,294, pH
pasta cap 4, uji gosok basah 4/5 dan uji gosok kering 5
 Motif cap dengan variasi CH3COOH 20 gram memiliki nilai K/S sebesar 1,840, pH
pasta cap 4, uji gosok basah 4/5 dan uji gosok kering 5
 Motif cap dengan variasi CH3COOH 30 gram memiliki nilai K/S sebesar 3,512, pH
pasta cap 4, uji gosok basah 4/5 dan uji gosok kering 5
 Motif cap dengan variasi C6H8O7 10 gram memiliki nilai K/S sebesar 0,931, pH pasta
cap 4, uji gosok basah 4/5 dan uji gosok kering 5
 Motif cap dengan variasi C6H8O7 20 gram memiliki nilai K/S sebesar 1,205, pH pasta
cap 3, uji gosok basah 4/5 dan uji gosok kering 5
 Motif cap dengan variasi C6H8O7 30 gram memiliki nilai K/S sebesar 1,467, pH pasta
cap 3, uji gosok basah 4/5 dan uji gosok kering 5

DAFTAR PUSTAKA

Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan 1. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.

Lubis, Arifin., dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.

Djufri, Rasjid., dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan Dan Pencapan.


Bandung : Institute Teknologi Tekstil
LAMPIRAN

 Pembuatan Pengental Induk


Jumlah larutan yang dibuat : 500 gram
8
CMC 8% : 100 𝑥 500 = 40 𝑔𝑟𝑎𝑚

Air : 1000 – 40 = 960 gram

 Pembuatan Pasta Cap


Jumlah larutan yang dibuat : 50 gram
30
Zat Warna Asam : 𝑥 50 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
20
Zat anti reduksi : 1000 𝑥 50 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
70
Gliserin : 1000 𝑥 50 = 3,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
30
Asam Sitrat (C6H8O7) : 1000 𝑥 50 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
700
Pengental CMC 8% : 1000 𝑥 50 = 35 𝑔𝑟𝑎𝑚
150
Fixer (Air) : 𝑥 50 = 7,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
 Pencucian
Jumlah larutan yang dibuat :6L
1
Teepol : 𝑥 6 𝐿 = 6 𝑚𝐿
1
2
Na2CO3 : 𝑥 6 𝐿 = 12 𝑔𝑟𝑎𝑚
1

Air : 5982 mL

UJI TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN

TAHAN LUNTUR TERHADAP GOSOKAN


NO VARIASI KAIN
BASAH KERING

1 C6H8O7 (1)
2 C6H8O7 (2)
C6H8O7 (1)
C6H8O7 (2)

Anda mungkin juga menyukai