PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dapat dikatakan sebagai praktik kesehatan tertua di dunia, sama tuanya
dengan umat manusia. Pada mulanya semua persalinan ditolong oleh dukun atau mereka
yang mengkhususkan diri dalam pertolongan persalinan, tanpa membolehkan tenaga medis
Dengan pengetahuan yang serba terbatas serta jumlah tenaga ahli di Indonesia yang
masih sangat kurang yaitu pada tahun 1995 terdapat 700 orang tenaga berbanding dengan 197
juta penduduk (Manuaba, 1999) bila dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara lain,
contoh di Filipina terdapat 2.000 orang tenaga ahli kebidanan dalam jumlah penduduk 40 juta
jiwa. Maka sudah dapat dibayangkan bahwa jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia
angka kematian ibu dan angka kematian karena melahirkan. Sementara persalinan di
Indonesia sebagian besar yaitu sekitar 70 – 80 % masih ditolong oleh dukun terutama di
pedesaan dengan kemampuan dan peralatan yang serba terbatas. Penyebab kematian terjadi
terutama karena perdarahan, infeksi, dan keracunan hamil serta terlambatnya sistem rujukan
(Manuaba, 1999).
kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi tersebut guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu pada khususnya. Dengan berkembangnya
pengetahuan dan teknologi dewasa ini, membuat model pengawasan terhadap masa
kehamilan seperti yang dikembangkan di Paris pada tahun 1901 dengan nama plea of
1
promaternity hospital yang bertujuan memberikan pelayanan kepada ibu selama masa
kehamilan sehingga ibu dapat menyelesaikan masa kehamilannya dengan baik dan bayi dapat
dilahirkan dengan sehat dan selamat. Di Indonesia sendiri model pengawasan tersebut
semakin membuka pandangan masyarakat bahwa pengawasan yang ketat pada masa
kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan ibu dan bayi kepada keadaan
yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di Indonesia dikembangkan model pengawasan
yang sama dengan nama BKIA yaitu Balai Kesehatan Ibu dan Anak. Dimana BKIA menjadi
bagian terpenting dari program Puskesmas dan telah tersebar diseluruh Indonesia yang
ditingkatkan.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah keguguran atau
khususnya wanita dengan emansipasinya dalam turut serta menghidupi ekonomi keluarga,
membuat kejadian abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh
pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebasnya menjadinya banyak kejadian kehamilan
juga meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik – klinik aborsi di tanah air, semakin
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi
masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan. Masa nifas merupakan masa
2
yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50%
dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Salah satu infeksi pada masa nifas yaitu
endometritis.
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan kejadian abortus sesuai dengan
2. Tujuan Khusus
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup didunia luar,
tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat
B. Klasifikasi Abortus
abortus.
a. Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam dan
2) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.
3) Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
5) Serviks tertutup.
b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung dan tidak
2) Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di rahim.
3) Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap
d. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan
lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi keluar.
1) Serviks menutup.
e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan dimana
janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau
1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan macerasi
janin.
f. Abortus habitualis (keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah berulang
dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu,
misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi
b. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang
c. Etiologi Abortus
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor umumnya abortus didahului
oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu :
1. Faktor Janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan
1, yakni :
1. Faktor Maternal
7
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang berkembang,
terutama pada akhir trimester 1 atau awal trimester 2. Tidak diketahui penyebab
kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin
a) Virus
b) Bakteri
c) Parasit
c. Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau
Leukocyte Antigen)
e. Trauma
Kasus nya jarang terjadi, umumnya abortus tejadi segera setelah trauma tersebut,
2. Pembedahan intra abdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil.
8
f. Kelainan uterus
3. Faktor Eksternal
a. Radiasi
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b. Obat-obatan
benzen.
C. Patogenesis Abortus
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti
dengan perdarahan kedalam desidua bassalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada
daerah implantasi , infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam.
Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing
dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai , dan segera setelah itu
terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa
pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum
perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan
jika telah tejadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihinadri.
9
Sebelum minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum minggu ke 10 vilikorialis belum menanamkan diri dengan erat kedalam
desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10 sampai minggu ke
12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vilikorialis dengan desidua makin erat hingga
mulai saat tersebut sering sisa-sia korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.
1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa
desidua.
2. Kantong amnion dan isinya (petus) didorong keluar, meninggalkan korion dan
desidua
3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin keluar,
tetapi mepertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang dikeluarkan).
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Sebagian besar
abortus termasuk dalam 3 tipe pertama, karena itu kuretasi diperlukan untuk
a. Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion berisi air
b. Mola kruenta
Adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola kruenta terbentuk kalau
abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah sempat membeku antara desidua
dan korior. Kalau darah beku ini sudah seperti daging, disebut juga mola karnosa.
c. Mola tuberosa
diapsorbsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan amnion diabsrobsi
b) Keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
d) Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus.
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
b. b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
11
F. Pemeriksaan Penunjang Abortus
1. Tes Kehamilan
2. Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
3. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
biasanya sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai rasa mulas.
berlangsung.
janin
G. Penyulit Abortus
1. Perdarahan hebat.
2. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan
kemandulan.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Abortus imminens
2. Abortus incipiens
kali.
c. Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.
3. Abortus incompletus
4. Abortus febrilis
sekali.
b. Diberi antibiotika.
5. Missed abortion
perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin
13
I. Definisi Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri pada jaringan (Ben-zion Tuber, 1994). Endometritis adalah infeksi pada
endometrium atau yang disebut lapisan dalam dari rahim. ( Prof.dr.Ida Bagus).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I.B.
G., 1998). Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan
jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan nonobstetric endometritis.
Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah Common nonobstetric pendahulunya dalam
populasi. Endometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak
normal, seperti abortus, retensi sekundinarum, kelahiran premature, kelahiran kembar,
keahiran yang sukar (distokia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat yang dipergunakan
untuk pertolongan pada kelahiran yang sukar.
J. Klasifikasi Endometritis
1. Endometritis Akut
14
infeksi gonoroe. Infeksi gonoroe dimulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas
dan menyebabkan endometritis akut.
Penyebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar
partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD
(intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya. Tergantung dari virulensi kuman
yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium,
atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada
umumnya dapat diatasi oleh kekuatan jaringan sendiri, dibantu pula pada saat pelepasan
lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akut
yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejala-gejala :
a. Demam
b. Lochia berbau : pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar flour yang purulent
c. Lochia lama berdarah sampai terjadi metrorrhagi
d. Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri
Terapi :
a. Uterotonika
b. Istirahat, posisi fowler
c. Antibiotika
d. Endometritis senilis perlu di kuret untuk menyampingkan corpus carcinoma, dapat diberi
oestrogen.
2. Endometritis Kronika
Radang ini jarang dijumpai, namun biasanya terjadi pada wanita yang masih menstruasi.
Endometritis juga dapat terjadi sesudah menopause, yaitu dimana radang tetap tinggal dan
meluas sampai ke bagian endometrium lain. Radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang
15
tidak terbuang pada waktu menstruasi. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel
plasma pada stroma. Pasien yang menderita endometritis kronis sebelumnya telah memiliki
riwayat kanker leher rahim atau kanker endrometrium.
Gejala :
Terapi :
Perlu dilakukan kuretase untuk DD dengan karsinoma korpus uteri, polip atau mioma
submukosa. Kadang-kadang dengan kuret ditemukan endometritis tuberkulosa. Kuretase
juga bersifat terapeutis.
K. Tipe Endometritis
1. Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
2. Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel
sintitial dan trofoblas yang banyak)
16
3. Endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba
fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.)
L. Etiologi Endometritis
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila
sebelumnya ada riwayat korioamnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama,
Endometritis juga biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta kerusakan
jalan kelahiran sesudah melahirkan.
Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan
setelah abortus dan melahirkan. (Taber, B. 1994).
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
Masuknya kuman ke dalam alat kandungan dapat terjadi melalui eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari
jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman
yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
a. Staphylococcus aureus
b. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus
urinarius.
c. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi
ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar
rumah sakit.
Wanita sangat rentan terhadap endometritis setelah kelahiran atau aborsi. Risiko
meningkat karena mulut serviks terbuka, kehadiran jumlah besar darah dan alat-alat partus.
1. Keberadaan perangkat intrauterine: perangkat partus bisa berfungsi sebagai jalur bagi
organisme untuk masuk ke dalam rahim
19
2. Adanya cairan menstruasi dalam rahim
3. Terkait cervicitis sekunder untuk gonore atau infeksi Chlamydia
4. Terkait bakterial vaginosis
5. Sering douching
6. Aktivitas seksual yang tidak dilindungi
7. Seks bebas
8. Ektopi serviks
Faktor Predisposisi
1. Aborsi
2. Kelahiran kembar
3. Kerusakan jalan lahir
4. Kelanjutan retensio plasenta yang mengakibatkan involusi pasca persalinan
menjadi menurun
5. Adanya korpus luteun persisten.
6. Persalinan Pervaginam
7. Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominan/sc, maka timbulnya
endometritis pada tersalinan pervaginam relatif jarang.Bila persalinan pervaginam
disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah prematur yang lama, partus yang lama
dan pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian endometritis akan meningkat
sampai mendekati 6%. Bila terjadi korioamniotis intrapartum, maka kejadian
endometritis akan lebih tinggi yaitu mencapai 13%.
8. Persalinan SC
9. SC merupakan faktor predisposisi utama timbulnya endometritis dan erat
kaitannya dengan status sosial ekonomi penderita. Faktor resiko penting untuk
timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah,
pemeriksaan dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin internal. Karena
adanya faktor resiko tersebut america college of obsetricians
andgynekologists menganjurkan pemberian antibiotika profilaksis pada tindakan
secsio caesarea.
20
O. Komplikasi Endometritis
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
1. Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam
menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya
dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi.
2. Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas
abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang
berkaitan dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan
meluas hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis.
Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus atau nekrosis insisi
uterus, sebaiknya diterapi secara bedah .
3. Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar , terjadi selulitis
parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang
disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau
dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini
umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul. Infeksi
ini harus dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien
sudah mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.
4. Panggul abses
Flegmon parametrium dapat mengalami supurasi, membentuk abses
ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah, dapat timbul peritonitis yang
mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan menggunakan tuntunan
computed tomography, kolpotami, atau melalui abdomen, bergantung pada lokasi
abses.
Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesar adalah
terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang subfasia di
sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . Hal ini bermanifestasi sebagai drainase
21
subfasia pada wanita dengan demam lama. Di perlukan eksplorasi bedah dan
pengangkatan uterus yang terinfeksi.
5. Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi
uterus. Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan mungkin mengenai vena-
vena di ovarium.
P. Penatalaksanaan Endometritis
1. Antibiotik
Kombinasi Klindamisin dan gentamicin secara intravena setiap 8 jam telah dianggap
sebagai kriteria standar perawatan. Beberapa studi telah menunjukkan keberhasilan yang
memadai. Kombinasi dari generasi kedua atau ketiga cephalosporin dengan
metronidazole adalah pilihan populer yang lain.
Pada remaja, endometritis postabortion mungkin disebabkan oleh organisme yang
menyebabkan penyakit inflammatory panggul (PID). Rejimen pengobatan awal pada
pasien tersebut biasanya termasuk intravena cefoxitin dan doxycycline, dalam dosis sama
seperti PID.
Kecenderungan ke arah penggunaan pengobatan tunggal dengan antibiotaik spektrum
yang luas telah muncul; umumnya efektif dalam 80-90% dari pasien. Cephalosporins,
penicillins spektrum luas, dan fluoroquinolones digunakan sebagai monoterapi.
Perbaikan dicatat dalam 48-72 jam di hampir 90% dari perempuan. Terapi Parenteral
dilanjutkan sampai demam pasien reda selama lebih dari 24 jam. Jika pemeriksaan fisik
temuan jinak, pasien mungkin habis pada waktu itu. Terapi antibiotik rawat jalan lebih
lanjut telah terbukti tidak perlu diberikan. Jika pasien tidak membaik dalam periode 48-
72 jam, evaluasi kembali komplikasi seperti abses.
2. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah
terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat
mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang
memadai.
3. Donor darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post
partum.
4. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
22
5. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang
tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan
plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati.
Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia
telah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik
klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal.
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya mengalami keluhan sebagai berikut:
b) Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat dan suhu
meningkat.
d) Keluar perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-flek darah atau
perdarahan terus-menerus.
a. Lama kehamilan
mempengaruhi
c. Karakterstik darah; merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah, dan lendir
d. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas serta
pusing
g. Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat dan suhu
meningkat.
24
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus
berlebih
d. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin
3. Intervensi
25
lingkungan yang respon terhadap
Instruksikan ketegangan,
jelaskan 4. Meningkatkan
prosedur. kenyamanan,
4. Berikan komplikasi
prosedur nyeri.
pembedahan
diindikasikan
5. Siapkan untuk
26
prosedur bedah
bila terdapat
indikasi
3. Posisikan perdarahan
27
posisi semi panggul menghindari
abdomen 5. Membantu
28
jaringan atau cairan dan
8. Dapatkan mengevaluasi
pencorakan diperlukan.
penurunan perfusi
ginjal dan
29
kemungkinan
terjadinya nekrosis
tubuler. Keluaran
individual dan
kecepatan
penggantian
10. meningkatkan
volume darah
sirkulasi dan
mengatasi gejala
syok.
30
janin janin, pada awalnya
5.Berikan terjadi
ibu mempertahankan
plasenta
4. meningkatkan
ketersediaan oksigen
31
untuk janin. Janin
mempunyai beberapa
kepastian
perlengkapan untuk
mengatasi hipoksia,
dimana disosiasi Hb
daripada Hb dewasa
dewasa, sehingga
kapasitas oksigen
meningkat.
5. Mengevaluasi
dengan menggunakan
terhadap gerakan
janin, bermanfaat
dalam menentukan
dalam keadaan
asfiksia
6. Mempertahankan
32
volume sirkulasi yang
adekuat untuk
transpor oksigen.
Hemoragi maternal
memengaruhi tranpor
oksigen uteroplasenta
secara negatif,
menimbulkan
kemungkinan
kehilangan kehamilan
atau memburuknya
penyimpanan oksigen
kehilangan tenaga
untuk melakukan
melanisme koping
dan kemungkinan
rusak/janin, sehingga
janin dapat
meninggal.
7. pembedahan perlu
33
pelepasan plasenta
perdarahan
berlebihan, terjadi
penyimpanan oksigen
tota dimana
pembedahan mungkin
perlu diindikasikan
untuk menyelamatkan
hidup janin.
34
yang sehat dan tidak 3. Dengarkan situasi dan
4. Berikan untuk
6. Jelaskan mengasimilasi
meningkatkan
pemahaman dengan
35
menurunkan rasa
takut.
5. menjadi mampu
melakukan sesuatu
untuk membantu
mengontrol situasi
sehingga dapat
menurunkan rasa
takut.
6. Pengetahuan dapat
membantu
menurunkan rasa
takut dan
meningkatkan rasa
kontrol terhadap
situasi.
36
· Tanda vital dalam batas peningkatan proses infeksi dapat
3. Lakukan korioamnionitis
37
parenteral pada lebih lama bila kadar
kehilangan darah
berlebihan.
6. Antibiotik
profilaktik dapat
dipesankan untuk
mencegah terjadinya
pengobatan pada
infeksi yang
teridentifikasi
38
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ENDOMETRITIS
A. Pengkajian
1. Biodata Klien
2. Keluhan utama yang dirasakan klien
Biasanya Ibu mengeluh sakit perutnya saat ditekan, lokia yang berbau, demam
40
e. Perineum terasa memperberat dan memperingan
tertekan menurunn nyeri
f. Uterus teraba membulat b. Terapeutik
menurun o Berikan teknik non-
g. Ketegangan otot farmakologis untuk mengurangi
menurun rasa nyeri (mis. relaksasi,
h. Frekuensi nadi hipnosis)
membaik o Kontrol ruangan yang
i. Pola napas membaik memperberat rasa nyeri (mis.
j. Fokus membaik suhu ruangan, kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
o Jelaskan strategi merdakan
nyeri
o Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
o Anjurkan teknik non-
farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
d. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan Intervensi yang dapat direncanakan
terhadap tindakan selama 3x24 jam adalah pencegahan infeksi dengan
infeksi diharapkan tingkat infeksi tindakan:
berhubungan menurun dengan kriteria a. Observasi
dengan hasil: o Monitor tanda dan gejala
prosedur a. Demam menurun infeksi lokal dan sistemik
invasive, b. Kemerahan menurun b. Terapeutik
ketidak- c. Bengkak menurun o Batasi jumlah pengunjung
41
adekuatan d. Nyeri menurun o Berikan perawatan kulit pada
imunitas e. Kadar sel darah putih area edema
(leukosit) membaik o Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
o Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
c. Edukasi
o Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
o Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
o Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
o Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan\
d. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3. Ansietas Setelah dilakukan Intervensi yang dapat direncanakan
berhubungan tindakan selama 3x24 jam adalah reduksi ansietas dengan
dengan diharapkan tingkat tindakan:
kurang ansietas menurun dengan a. Observasi
pengetahuan kriteria hasil: o Identifikasi saat tingkat ansietas
dan a. Verbalisasi berubah (mis. kondisi, waktu,
hospitalisasi kebingungan menurun stressor)
b. Verbalisasi khawatir o Monitor tanda-tanda ansietas
akibat kondisi yang b. Terapeutik
dihadapi menurun o Ciptakan suasana terapeutik
c. Perilaku tegang dan untuk menumbuhkan
gelisah menurun kepercayaan
d. Frekuensi napas dan o Temani pasien untuk
42
nadi menurun mengurangi kecemasan, jika
e. Tekanan darah memungkinkan
menurun o Pahami situasi yang membuat
f. Konsentrasi membaik ansietas
g. Pola tidur membaik o Dengarkan dengan penuh
perhatian
o Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
o Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
c. Edukasi
o Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin dialami
o Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
o Anjurkan keluarga untuk tetep
bersama pasien, jika perlu
o Anjurkan mengungkapakan
perasaan dan presepsi
o Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
o Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
43
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup didunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya
telah mencapai >500 gr atau umur kehamilan >20 minggu.
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti dengan perdarahan kedalam desidua bassalis, lalu terjadi perubahan-perubahan
nekrotik pada daerah implantasi , infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan
per vaginam.
Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda
asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai , dan segera setelah
itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi).
Pada Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya mengalami keluhan sebagai berikut:
b) Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat dan suhu
meningkat.
d) Keluar perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-flek darah atau
perdarahan terus-menerus.
44
Penyebab yang terbanyak adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir.
Oleh sebab itu, penting ditekankan oleh tenaga kesehatan untuk memberikan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang personal hygiene pada ibu postpartus atau
postabortus sebagai usaha dini untuk mencegah terjadinya endometritis atau penyakit infeksi
lainnya di daerah alat reproduksi.
B. Saran
Diharapkan setelah kita mempelajari tentang abortus dan endometritis dan asuhan
benar.
45
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 1998. Ilmu kebidanan Penyakit kandungan dan keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Saifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo
Tim pokja SDKI PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI
Tim pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Tim pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
46