Anda di halaman 1dari 12

Latar belakang

Ada yang memandang bahwa alam semesta yang diciptakan dalam catatan Kejadian 1:1–2:4
tampaknya mempunyai kemiripan dengan Kemah Suci yang dicatat dalam Keluaran 35–40,
dan ini merupakan prototipe Bait Allah di Yerusalem, sekaligus sebagai pusat pemujaan
Yahweh melalui para imam. Karenanya, dan karena kisah penciptaan di wilayah Timur
Tengah lainnya juga mencapai klimaks pada pendirian suatu kuil atau rumah pemujaan bagi
ilah-pencipta, Kejadian 1 dapat ditafsirkan sebagai pembangunan alam semesta sebagai rumah
Allah, di mana Bait Allah di Yerusalem merupakan pencerminan di bumi.[2]
Penggunaan angka dalam teks kuno sering bersifat numerologis daripada faktual - yaitu,
angka-angka itu digunakan karena mempunyai makna simbolis bagi pengarangnya.[3] Angka
"tujuh", melambangkan kesempurnaan ilahi, meresap ke dalam Kejadian 1:
 ayat 1:1 terdiri dari tujuh (7) kata
 ayat 1:2 terdiri dari 14 (= 2 x 7) kata
 Kejadian 2:1–3 terdiri dari 35 (= 5 x 7) kata
 "Elohim" disebutkan 35 kali
 "langit/cakrawala" dan "bumi" masing-masing disebutkan 21 kali
 Frasa the phrases "dan jadilah demikian" and "Allah melihat bahwa semuanya itu
baik" masing-masing termuat 7 kali.[4]
Hari pertama
Kejadian 1:1-5
1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya,
dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
1:3 Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.
1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
Catatan hari pertama
Frasa pembuka
Kalimat pembuka pada Kejadian 1:1 umumnya diterjemahkan sebagaimana yang dimuat di
atas. Ada sejumlah sarjana yang menganggap bahwa kalimat itu sebenarnya dapat
diterjemahkan paling sedikit dalam 3 cara:
1. sebagai pernyataan bahwa alam semesta mempunyai awal yang absolut ("Pada
mulanya Allah menciptakan langit dan bumi");
2. sebagai pernyataan menggambarkan keadaan dunia ketika Allah mulai mencipta
("Ketika pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, bumi belum berbentuk
dan kosong.");
3. mirip dengan versi kedua tetapi menganggap seluruh informasi pada Kejadian 1:2
sebagai latar belakang ("etika pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, bumi
belum berbentuk dan kosong... Allah berkata, Jadilah terang!").[5]
Akhir-akhir ini cukup gencar dikemukakan bahwa versi kedua adalah yang sesungguhnya
dimaksudkan oleh para pengarang dari golongan "Priestly".
"menciptakan" (bara)
Kata kerja "bara" ("menciptakan") hanya digunakan untuk Allah, (manusia tidak terlibat
dalam tindakan bara), dan ini berkaitan dengan penetapan peranan, karena dalam penciptaan
manusia pertama sebagai "laki-laki dan perempuan" (yaitu, pengalokasian jenis kelamin).
Dengan kata lain, kekuasaan Allah ditunjukkan bukan hanya dengan penciptaan zat,
melainkan penetapan nasib.[6]
"langit dan bumi"
Salah satu tafsiran menyatakan bahwa frasa "langit dan bumi" adalah kesatuan yang
menunjukkan "segala sesuatu", yaitu "alam semesta". Ini terjadi dalam 3 tingkatn, dunia yang
didiami kehidupan berada di tengah, langit di atas dan alam di bawah bumi di bagian bawah,
seluruhnya dikelilingi oleh "lautan" air kekacauan (= chaois). Ini dikaitkan dengan mitos
Bebel Tiamat.[7] Dalam mitos itu, bumi digambarkan sebagai piringan datar, dikelilingi oleh
gunung-gunung dan lautan. Di atasnya terdapat cakrawala, suatu kubah kokoh tembus
pandang yang berpijak pada pengunungan, memungkinkan manusia untuk melihat birunya air
di atasnya, dengan "jendela-jendela" yang dapat memasukkan hujan, serta memuat matahari,
bulan dan bintang-bintang. Air yang di bawah bumi, bersandarkan pada tiang-tiang yang
terendam di bawah bumi sebagai Sheol, tempat kediaman orang-orang mati.[8]
"belum berbentuk dan kosong" (tohu wa-bohu)
Kalima pembuka Kejadian 1 dilanjutkan oleh: "(Dan) bumi belum berbentuk dan kosong..."
Frasa "belum berbentuk dan kosong" merupakan terjemahan dari frasa Ibrani "tohu wa-bohu",
(bahasa Ibrani: ‫)תֹ הּו וָבֹ הּו‬, yaitu keadaan "kacau" (=chaos), yang kemudian ditata oleh tindakan
penciptaan (bara).[9] Tohu mengandung makna "kekosongan, kesia-siaan"; biasa digunakan
untuk menggambarkan padang pasir liar; bohu tidak diketahui pasti maknanya dan diduga
dibuat supaya seirama dan menguatkan tohu.[10] Frasa ini juga muncul dalam Yeremia 4:23 di
mana nabi Yeremia memperingatkan umat Israel bahwa pemberontakan terhadap Allah akan
membawa kembalinya kegelapan dan kekacauan, "seakan-akan bumi belum diciptakan (atau
dikembalikan ke keadaan sebelum penciptaan; uncreated)".[11]
"kedalaman" (tehom)
Pembukaan pada Kejadian 1 memuat pernyataan "gelap gulita menutupi samudera raya".
Frasa "samudera raya" sebenarnya diterjemahkan dari kata bahasa Ibrani: ‫( ְתהֹום‬tehôm), yang
bermakna "kedalaman". Kegelapan (khō-šeḵ) dan kedalaman (tehom) merupakan dua dari tiga
unsur kekacauan (chaos) yang dinyatakan dengan istilah tohu wa-bohu (yang ketiga adalah
"bumi yang belum berbentuk"). Dalam mitos Babel "Enuma Elish", istilah "kedalaman"
dipersonifikasi sebagai dewi Tiamat, musuh dewa Marduk;[9] di sini sebagai "air purba" yang
tidak berbentuk yang melingkupi dunia tempat kehidupan, kemudian dilepaskan pada saat air
bah (mitologi), ketika "semua sumber-sumber air di kedalaman memancar ke luar" dari air
yang di bawah bumi dan dari "tingkap-tingkap" di langit.[12]
"Roh Allah" (Rûach Elohim)
"Roh" (Rûach) Allah "melayang-layang" (bukan "berjalan-jalan") di atas permukaan "air",
sebelum penciptaan terang. Rûach (‫ )רּוח‬mempunyai makna "angin, roh, napas", dan elohim
dapat berarti "besar, agung" maupun "allah, ilah". Jadi, ruach elohim dapat bermakna "angin
Allah" atau "napas Allah" atau "Roh Allah" atau sekadar "angin topan raksasa" .[13] Dalam
Mazmur 18:16 dan bagian Alkitab lain digambarkan bahwa "angin ribut" adalah "napas
Allah" dan angin Allah muncul kembali pada kisah "air bah" (Nuh) untuk memulihkan bumi.
Konsep "Roh Allah" tidak benar-benar jelas dalam Alkitab Ibrani. Victor Hamilton dalam
komentarinya mengenai Kitab Kejadian lebih memilih makna "Roh Allah", tetapi tidak setuju
dengan identifikasi istilah ini sebagai "Roh Kudus" pada teologi Kristen.[14]
terang (or)
Hari pertama ditandai dengan penciptaan "terang" (dan diimplikasikan juga penciptaan
"waktu"). Tindakan pertama Allah adalah penciptaan "terang" yang utuh. Dengan demikian
kegelapan dan terang dipisahkan menjadi "malam" dan "siang". Urutannya ("petang" sebelum
"pagi") menyatakan bahwa ini merupakan "hari liturgi". Allah mengucapkan perintah dan
menamai unsur-unsur dunia pada saat Ia menciptakan mereka. Pada budaya Timur Dekat
kuno, tindakan penamaan juga dikaitkan dengan tindakan penciptaan. Pada sastra Mesir kuno,
allah pencipta memberi nama segala sesuatu. "Enuma Elish" dimulai pada saat segala sesuatu
belum ada yang dberi nama.[15] Penciptaan Allah dengan kata (=firman) juga menyiratkan
perbandingan dengan seorang raja, yang cukup bertitah untuk menjalankan tindakan.[16]
Hari kedua
Kejadian 1:6-8
1:6 Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari
air."
1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala
itu dari air yang ada di atasnya.
Dan jadilah demikian.
1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.
Catatan hari kedua
"cakrawala" (rāqîa)
Rāqîa, atau cakrawala (= bentangan), diturunkan dari akar kata rāqa, suatu kata kerja yang
dipakai untuk menggambarkan tindakan "memukuli bongkahan logam sampai menjadi
lempengan tipis".[17] Cakrawala diciptakan pada hari kedua dan kemudian diisi dengan benda-
benda langit pada hari keempat. Ditafsirkan sebagai kubah solid yang memisahkan dunia di
bawah dengan langit serta air yang di atas. Hal ini mirip dengan kepercayaan Mesir kuno dan
Mesopotamia pada zaman dahulu.[18] Dalam Kejadian 1:17 bintang-bintang ditempatkan pada
raqia. Dalam mitos Babel, langit terbuat dari berbagai batu permata (bandingkan dengan
Keluaran 24:10 di mana para penatua Israel "melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak pada
sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu nilam dan yang terangnya seperti langit yang
cerah"), dengan bintang-bintang dipahat pada permukaannya.[19]
Hari ketiga
Kejadian 1:7-13
1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu
tempat, sehingga kelihatan yang kering."
Dan jadilah demikian.
1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-
tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang
berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi."
Dan jadilah demikian.
1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji
dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
Catatan hari ketiga
Pada hari ketiga, air surut dan membuat suatu lingkaran lautan mengelilingi satu benua tanah
kering.[20] Pada akhir hari ketiga, Allah telah menciptakan lingkungan yang merupakan
landasan penciptaan selanjutnya yaitu terang, langit, laut dan bumi.[21] Tiga tahapan alam
semesta berikutnya diisi menurut urutan penciptaan yaitu: langit, laut dan bumi.
Menurut catatan ini tidak digunakan kata "menciptakan" atau "membuat" bagi tumbuh-
tumbuhan, melainkan hanya ada perintah bagi tanah untuk menumbuhkan mereka. Ada
tafsiran teologi yang melihat bahwa Allah telah memberikan kemampuan bagi tanah (atau
bumi) yang asalnya gersang, untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan setelah
diperintahkan oleh Allah, kemampuan itu dinyatakan.[22]
Hari keempat
Kejadian 1:14-19
1:14 Berfirmanlah Allah:
"Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam.
Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang
tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
1:15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi."
Dan jadilah demikian.
1:16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar
untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga
bintang-bintang.
1:17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
1:18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.
Catatan hari keempat
"menguasai" (memshalah)
Pada hari keempat istilah "menguasai" (memshalah) diperkenalkan: benda-benda langit itu
akan "menguasai" siang dan malam, serta menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang
tetap dan hari-hari dan tahun-tahun. Hal ini dianggap sesuatu yang penting bagi para
pengarang dari golongan "Priestly", karena hari-hari raya keagamaan diselenggarakan
menurut siklus matahari dan bulan.[23] Pada hari keenam, manusia kemudian diciptakan untuk
menguasai seluruh ciptaan sebagai wakil Allah.
"Benda-benda penerang" (mə-’ō-rōṯ)
Allah menempatkan "benda-benda penerang" (mə-’ō-rōṯ; bentuk tunggal ma-or) di cakrawala
untuk "menguasai" siang dan malam.[24] Secara khusus, Allah menciptakan "benda penerang
yang lebih besar," "benda penerang yang lebih kecil," dan bintang-bintang. Menurut Victor
Hamilton, kebanyakan sarjana setuju bahwa penggunaan pilihan kata "benda penerang yang
lebih besar" (bahasa Inggris: greater light) and "benda penerang yang lebih kecil" (bahasa
Inggris: lesser light), daripada istilah yang lebih eksplisit "matahari" dan "bulan", merupakan
suatu retorik anti-mitologi yang dimaksudkan untuk melawan kepercayaan yang meluas
zaman dahulu bahwa matahari dan bulan sendiri adalah dewa-dewa.[25]
Hari kelima
Kejadian 1:20-23
1:20 Berfirmanlah Allah:
"Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup,
dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala."
1:21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar
dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air,
dan segala jenis burung yang bersayap.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya:
"Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut,
dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."
1:23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.
Catatan hari kelima
"binatang laut" (tanin)
Pada mitos Mesir dan Mesopotamia kuno dikisahkan bahwa allah pencipta harus berperang
melawan "monster-monster laut" sebelum dapat membuat langit dan bumi. Sebaliknya pada
Kejadian 1:21, kata tanin, kadang diterjemahkan sebagai "binatang laut" atau "makhluk
raksasa", dianggap paralel dengan binatang-binatang besar Rahab dan Lewiatan pada Mazmur
74:13, dan Yesaya 27:1 serta Yesaya 51:9, tetapi tidak ada tanda-tanda adanya peperangan,
dan tanin adalah sekadar makhluk yang diciptakan oleh Allah.[26]
Hari keenam
Kejadian 1:24-31; 2:1
1:24 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup,
ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar."
Dan jadilah demikian.
1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis
binatang melata di muka bumi.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:26 Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,
supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya
mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
1:29 Berfirmanlah Allah:
Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di
seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi
makananmu.
1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang
merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi
makanannya."
Dan jadilah demikian.
1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
2:1 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
Catatan hari keenam
"jenis (min)
Frasa "segala jenis" dalam istilah Ibrani sebenarnya bermakna "menurut jenisnya" (lə-mî-nāh,
bahasa Inggris: according to (one's) kind)", dimana huruf "lamed" merupakan kata depan
yang berarti "menurut", dan kata minah adalah bentuk jamak dari min yang berarti "jenis".
Tampaknya ini kemudian menjadi dasar hukum di dalam Taurat yang menekankan kekudusan
melalui pemisahan.[22]
"manusia" (adam)
Pada Kejadian 1:26 Allah berfirman "Baiklah Kita menjadikan manusia", kata "manusia" di
sini dalam bahasa Ibrani adalah adam; dalam bentuk kata benda generik, "umat manusia", dan
tidak menyiratkan bahwa yang diciptakan adalah seorang laki-laki. Setelah muncul pertama
kali, selanjutnya kata ini ditulis sebagai ha-adam ("manusia itu"; di mana huruf 'ha' adalah
kata sandang). Ini dijelaskan juga pada Kejadian 1:27 di mana tertulis "Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-[Nya], menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka", kata "manusia itu" juga tidak bermakna khusus sebagai
"laki-laki".[27]
"menurut gambar" (bə-tse-lem)
Manusia diciptakan (bara) menurut gambar Allah (bə-tse-lem Elohim; di mana "bə" adalah
kata depan "menurut", "tselem" berarti "gambar"). Pada bagian awal ayat 27 tertulis bə-ṣal-
mōw yang berati "menurut gambarnya".
Frasa ini dapat ditafsirkan bermacam-macam, termasuk:
1. Mempunyai kualitas spiritual Allah seperti intelek, kehendak, dan sebagainya;
2. Mempunyai bentuk fisik Allah;
3. Kombinasi dua hal di atas;
4. Merupakan perwujudan Allah di dunia dan dapat menjalin hubungan dengan-Nya;
5. Merupakan wakil Allah di bumi.[28]
"Baiklah Kita menjadikan" (na-‘ă-śeh)
Catatan pada Kejadian 1:26 bahwa Allah berfirman "Baiklah Kita menjadikan manusia"
menimbulkan sejumlah teori, di mana dua yang paling menonjol adalah "Kita" di sini adalah
kata ganti jamak keagungan untuk raja-raja (majestic plural),[29] atau mencerminkan suatu
"dewan ilahi" di mana Allah bertahta sebagai raja dan mengusulkan penciptaan manusia
kepada para ilahi yang lebih rendah kedudukannya.[30]
tumbuhan sebagai makanan
Pada Kejadian 1:29-30 Allah berkata kepada binatang dan manusia bahwa Ia memberikan
kepada manusia segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-
pohonan yang buahnya berbiji sebagai makanan, serta kepada segala binatang di bumi dan
segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, diberikan segala
tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya. – Jadi disiratkan di sini bahwa pada waktu
penciptaan, semua binatang dan manusia adalah vegetarian. Hanya kemudian, setelah air bah,
manusia diizinkan untuk makan daging. Ada anggapan bahwa pengarang golongan "Priestly"
tampaknya memandang ke masa lampau yang ideal di mana manusia hidup dalam damai di
antara mereka sendiri dan dengan dunia binatang, dan hal ini dapat dicapai kembali melalui
kehidupan pengorbanan dalam harmoni bersama Allah.[31]
"sungguh amat baik" (ṭōḇ mə-’ōḏ)
Setelah selesai, "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik." (Kejadian
1:31). Ini menyiratkan bahwa apa yang ada sebelum Penciptaan ("tohu wa-bohu,"
"kegelapan," "tehom") tidaklah "amat baik".Israel Knohl menyampaikan hipotesa bahwa
sumber "Priestly" memuat dikotomi ini untuk menjelaskan masalah kejahatan.[32]
Hari ketujuh
Kejadian 2:2-4
2:2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu,
berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya,
karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-
Nya itu.
2:4(a) Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.
Catatan hari ketujuh
Penciptaan diikuti oleh istirahat atau perhentian. Pada sastra Timur Dekat kuno, istirahat ilahi
diperoleh dalam kuil pemujaan sebagai hasil munculnya tatanan (order) di atas kekacauan
(chaos). Istirahat dapat dipandang sebagai suatu "pelepasan" (disengagement), setelah
pekerjaan penciptaan sudah selesai, tetapi juga suatu "pengikatan" (engagement), karena
Allah sekarang hadir dalam bait-Nya untuk memelihara suatu alam semesta yang kokoh dan
tertata.[33]
Kejadian 2:4-25
"Penciptaan dalam tujuh hari" (dari "1493 Nuremberg Chronicle")
Penciptaan laki-laki
Kejadian 2:4-7
2:4(b) Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, --
2:5 belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang,
sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk
mengusahakan tanah itu;
2:6 tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu--
2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk
yang hidup.
Catatan penciptaan laki-laki
"membentuk" (yatsar)
Dalam Kejadian 1 kata khas untuk tindakan Allah adalah bara, "menciptakan", termasuk
dalam hal penciptaan manusia (ayat 26-27), tetapi dalam Kejadian 2 kata yang dipakai dalam
kaitan dengan manusia pertama adalah "membentuk" (yatsar), yaitu kata yang digunakan
dalam konteks seorang pembuat periuk yang membuat periuk dari tanah liat.[34]
"nafas hidup" (niš-maṯ khay-yîm)
Allah menghembuskan nafas-Nya, "nafas hidup" (niš-maṯ khay-yîm), ke dalam "tanah liat"
(adamah) itu sehingga menjadi "makhluk yang hidup" (nefesh hayah). "Nefesh" adalah suatu
kata yang berarti "kehidupan", "vitalitas", "kepribadian yang hidup". Manusia (adam) sama-
sama menjadi nefesh dengan semua makhluk, tetapi teks ini mencatat bahwa pemberian
kehidupan ini hanya dilakukan Allah untuk manusia.[35]
Penciptaan taman Eden
Kejadian 2:8-17
2:8 Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur;
disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.
2:9 Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi,
yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya;
dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu,
serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
2:10 Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu,
dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.
2:11 Yang pertama, namanya Pison,
yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada.
2:12 Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras.
2:13 Nama sungai yang kedua ialah Gihon,
yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush.
2:14 Nama sungai yang ketiga ialah Tigris,
yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.
2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu
dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
2:16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia:
"Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Catatan penciptaan taman Eden
"Eden", di mana Allah menempatkan Taman Eden, diturunkan dari akar kata yang berarti
"kesuburan". Manusia pertama ditempatkan untuk bekerja di taman ajaib Allah yang subur.[36]
"Pohon kehidupan" merupakan motif yang juga ada pada mitos Mesopotamia. Dalam Epos
Gilgames sang pahlawan diberi sebuah tumbuhan yang bernama "orang menjadi muda pada
usia tua", tetapi seekor ular mencuri tumbuhan itu daripadanya.[37]
Penciptaan perempuan
Kejadian 2:18-25
2:18 TUHAN Allah berfirman:
"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.
Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
2:19 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di
udara.
Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia
menamainya;
dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup,
demikianlah nanti nama makhluk itu.
2:20 Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan
kepada segala binatang hutan,
tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.
2:21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak;
ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk daripadanya,
lalu menutup tempat itu dengan daging.
2:22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu,
dibangun-Nyalah seorang perempuan,
lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
2:23 Lalu berkatalah manusia itu:
"Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.
Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya
dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya menjadi satu daging.
2:25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu,
tetapi mereka tidak merasa malu.
Catatan penciptaan perempuan
Perempuan pertama itu dinamai ishah (= "perempuan, wanita") dengan penjelasan bahwa ia
diambil dari ish (= "laki-laki"). Tradisi eksegetika yang bertahan lama menafsirkan bahwa
penggunaan rusuk dari sisi seorang laki-laki menekankan bahwa laki-laki dan perempuan
mempunyai derajat yang sama, karena perempuan diciptakan dari bahan yang sama dengan
laki-laki, dan diberi kehidupan dengan cara yang sama dengan laki-laki.[38] Sesungguhnya
kata yang diterjemahkan sebagai "rusuk" dapat pula diterjemahkan sebagai "sisi", "kamar"
atau "tiang penyangga".[39]
Di kemudian hari, setelah kisah taman Eden berakhir, perempuan itu mendapat nama "Hawa"
(Hawwah), yang dalam bahasa Ibrani berarti "hidup", dari akar kata yang juga berarti
"ular".[40]

Anda mungkin juga menyukai