Anda di halaman 1dari 12

Resume Kegawat Daruratan

“Prosedur Tindakan Bencana Untuk Evakuasi Dan Transportasi Korban Menggunakan


Long Spine Board”

Oleh Kelompok 4 :
Fachri Okta Surya 173110202
Indri Yani 173110210
Nadya Putri 173110217
Resti Andani 173110224

Kelas:
III B

Dosen Pembimbing:
Ns.Hj.Sila Dewi Anggreni.M.Kep.Sp.KMB

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2019
1. Pengertian Long Spinal Board (LSB)
Sebuah papan belakang, juga dikenal sebagai papan tulang panjang(LSB), longboard,
spineboard, atau papan, adalah sebuah perangkat penangananpasien digunakan
terutama dalam pra-rumah sakit, dirancang untuk immobilisasigerakan dari pasien
dengan cedera tulang belakang atau anggota badan yang diduga. Long SpineBoard
terutamadiindikasikan dalam kasus trauma di manatenaga medis atau penyelamatan
percaya bahwa ada kemungkinan cedera tulang belakang (Nelson &
Baptiste,2004;Nursingtimes,2012). LSB biasanya terbuat dari bidai kayu yang keras
atau benda yang sintetis yang tidak akan menyerapdarah dengan panjang sekitar 2
meter.

2. Indikasi
Hanya pasien trauma yang dicurigai mengalami cedera spinal dan atau cervical yang
diindikasikan untuk menggunakan LSB. Penggunaan LSB yang tidak tepat dan
kurang bijaksana dapat menyebabkan kerugian pada pasien.

3. Cara

Prinsip Melakukan Imobilisasi Tulang Belakang Dan Log Roll

Penderita dewasa

Empat orang dibutuhkan untuk melakukan prosedur modifikasi log roll dan imobilisasi
penderita, seperti pada long spine board:
(1) satu untuk mempertahankan imobilisasi segaris kepala dan leher penderita;
(2) satu untuk badan (termasuk pelvis dan panggul);
(3) satu untuk pelvis dan tungkai; dan
(4) satu mengatur prosedur ini dan mencabut spine board. Prosedur ini mempertahankan
seluruh tubuh penderita dalam kesegarisan, tetapi masih terdapat gerakan minimal pada
tulang belakang. Saat melakukan prosedur ini, imobilisasi sudah dilakukan pada ekstremitas
yang diduga mengalami fraktur.
a. Long spine board dengan tali pengikat dipasang pada sisi penderita. Tali pengikat
ini dipasang pada bagian toraks, diatas krista iliaka, paha, dan diatas pergelangan
kaki. Tali pengikat atau plester dipergunakan untuk memfiksasi kepala dan leher
penderita ke long spine board.
b. Dilakukan in line imobilisasi kepala dan leher secara manual, kemudian dipasang
kolar servikal semirigid.
c. Lengan penderita diluruskan dan diletakkan di samping badan.
d. Tungkai bawah penderita diluruskan secara hati-hati dan diletakkan dalam posisi
kesegarisan netral sesuai dengan tulang belakang. Kedua pergelangan kaki diikat satu
sama lain dengan plester.
e. Pertahankan kesegarisan kepala dan leher penderita sewaktu orang kedua
memegang penderita pada daerah bahu dan pergelangan tangan. Orang ke tiga
memasukkan tangan dan memegang panggul penderita dengan satu tangan dan
dengan tangan yang lain memegang plester yang mengikat ke dua pergelangan kaki.
f. Dengan komando dari penolong yang mempertahankan kepala dan leher, dilakukan
log roll sebagai satu unit ke arah ke dua penolong yang berada pada sisi penderita,
hanya diperlukan pemutaran minimal untuk meletakkan spine board di bawah
penderita. Kesegarisan badan penderita harus dipertahankan sewaktu menjalankan
prosedur ini.

g. Spine board diletakkan dibawah penderita, dan dilakukan log roll ke arah spine
board. Harap diingat, spine board hanya digunakan untuk transfer penderita dan
jangan dipakai untuk waktu lama.
h. Untuk mencegah terjadinya hiperekstensi leher dan kenyamanan penderita, maka
diperlukan bantalan yang diletakkan dibawah kepala penderita.
i. Bantalan, selimut yang dibulatkan atau alat penyangga lain ditempatkan di kiri
dan kanan kepala dan leher penderita, dan kepala penderita diikat ke long spine
board. Juga dipasang plester di atas kolar servikal untuk menjamin tidak adanya
gerakan pada kepala dan leher.

Penderita Anak-anak
Untuk imobilisasi anak diperlukan long spine board pediatrik. Bila tidak ada, maka dapat
menggunakan long spine board untuk dewasa dengan gulungan selimut diletakkan di seluruh
sisi tubuh untuk mencegah pergerakan ke arah lateral.
 Proporsi kepala anak jauh lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, oleh karena itu
harus dipasang bantalan dibawah bahu untuk menaikkan badan, sehingga kepala yang besar
pada anak tidak menyebabkan fleksi tulang leher, sehingga dapat mempertahankan
kesegarisan tulang belakang anak. Bantalan dipasang dari tulang lumbal sampai ujung bahu
dan kearah lateral sampai di ujung board.

Komplikasi
Bila penderita dalam waktu lama (kurang lebih 2 jam atau lebih lama lagi) diimobilisasi
dalam long spine board, penderita dapat mengalami dekubitus pada oksiput, skapula, sakrum,
dan tumit. Oleh karena itu, secepatnya bantalan harus dipasang dibawah daerah ini, dan
apabila keadaan penderita mengizinkan secepatnya long spine board dilepas.

Melepas Long Spine board


Pergerakan penderita yang mengalami cedera tulang belakang yang tidak stabil akan
menyebabkan atau memperberat cedera medula spinalisnya. Untuk mengurangi resiko
kerusakan medula spinalis, maka diperlukan pencegahan secara mekanis untuk seluruh
penderita yang mempunyai resiko. Proteksi harus dipertahankan sampai adanya cedera tulang
belakang yang tidak stabil di singkirkan.
a. Seperti sebelumnya dibicarakan, melakukan imobilisasi penderita dengan long spine
board adalah teknik dasar membidai (splinting) tulang belakang. Secara umum hal ini
dilaksanakan pada saat penanggulangan prehospital dan penderita datang ke rumah
sakit sudah dalam sarana transfer yang aman. Spine board tanpa bantalan akan
menyebabkan rasa tidak nyaman pada penderita yang sadar dan mempunyai resiko
terhadap terjadinya dekubitus pada daerah dengan penonjolan tulang (oksiput,
skapula, sakrum, tumit ). Oleh karena itu penderita harus dipindahkan dari long spine
board ke tempat dengan bantalan yang baik dan permukaan yang nyaman secepatnya
bisa dilakukan secara aman. Sebelum dipindahkan dari spine board, pada penderita
dilakukan pemeriksaan foto servikal, toraks, pelvis sesuai dengan indikasinya, karena
penderita akan mudah diangkat beserta dengan spine boardnya. Sewaktu penderita di
imobilisasi dengan spine board, sangat penting untuk mempertahankan imobilisasi
kepala dan leher dan badan secara berkesinambungan sebagai satu unit. Tali pengikat
yang dipergunakan untuk imobilisasi penderita ke spine board janganlah dilepas dari
badan penderita sewaktu kepala masih terfiksir ke bagian atas spine board.

b. Spine board harus dilepaskan secepatnya, waktu yang tepat untuk melepas long spine
board adalah sewaktu dilakukan tindakan log roll untuk memeriksa bagian belakang
penderita.
c. Pergerakan yang aman bagi penderita dengan cedera yang tidak stabil atau potensial
tidak stabil membutuhkan kesegarisan anatomik kolumna vertebralis yang
dipertahankan secara kontinyu. Rotasi, fleksi, ekstensi, bending lateral, pergerakan
tipe shearing ke berbagai arah harus dihindarkan. Yang terbaik untuk mengontrol
kepala dan leher adalah dengan imobilisasi inline manual. Tidak ada bagian tubuh
penderita yang boleh melekuk sewaktu penderita dilepaskan dari spine board.

d. Modifikasi teknik log roll,


Modifikasi tehnik log roll, dipergunakan untuk melepas long spine board. Diperlukan
empat asisten: (1) satu untuk mempertahankan imobilisasi in line kepala dan leher;
(2) satu untuk badan penderita ( termasuk pelvis dan panggul ); (3) satu untuk pelvis
dan tungkai bawah; dan (4) satu untuk menentukan arah prosedur ini dan melepas
long spine board.

e. Tandu Sekop (Scoop Stretcher)


Alternatif melakukan modifikasi teknik log roll adalah dalam penggunaan scoop stretcher
untuk transfer penderita. Penggunaan yang tepat alat ini akan mempercepat transfer
secara aman dari long spine board ke tempat tidur. Sebagai contoh alat ini dapat
digunakan untuk transfer penderita dari satu alat traspor ke alat lain atau ke tempat khusus
misalnya meja ronsen.

Harap diingat, penderita harus tetap dalam imobilisasi sampai cedera tulang belakang
disingkirkan. Setelah penderita ditransfer dari backboard ke tempat tidur dan scoop stretcher
dilepas, penderita harus di reimobilisasi secara baik ke ranjang/tandu. Scoop stretcher
bukanlah alat untuk imobilisasi penderita. Scoop stretcher bukanlah alat transport, dan jangan
mengangkat scoop stretcher hanya pada ujung-ujungnya saja, karena akan melekuk di bagian
tengah dengan akibat kehilangan kesegarisan dari tulang belakang.

Imobilisasi untuk penderita dengan kemungkinan cedera tulang belakang


Penderita umumnya datang ke bagian gawat darurat dengan alat perlindungan tulang
belakang. Alat ini menyebabkan pemeriksa harus memikirkan adanya cedera tulang vertebra
servikal atau torakolumbal, berdasarkan dari mekanisme cedera. Pada penderita dengan
cedera multipel dengan penurunan tingkat kesadaran, alat perlindungan harus dipertahankan
sampai cedera pada tulang belakang disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis.
Bila penderita diimobilisasi dengan spine board dan paraplegia, harus diduga adanya
ketidakstabilan tulang belakang dan perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk
mengetahui letak dari cedera tulang belakang. Bila penderita sadar, neurologis normal, tidak
mengeluh adanya nyeri leher atau nyeri pada tulang belakang, dan tidak terdapat nyeri tekan
pada saat palpasi tulang belakang, pemeriksaan radiologis tulang belakang dan imobilisasi
tidak diperlukan.
Penderita yang menderita cedera multipel dan dalam keadaan koma harus tetap
diimobilisasi pada usungan dan dilakukan tindakan log roll untuk mengetahui foto yang
diperlukan untuk menyingkirkan adanya suatu fraktur. Kemudian penderita dapat ditransfer
secara hati-hati dengan menggunakan prosedur tersebut di atas ke tempat tidur untuk bantuan
ventilasi yang lebih baik.

Memindahkan pasien ke ambulans


1. Pada saat ambulans datang anda harus mampu menjangkau pasien sakit atau cedera
tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya, melakukan prosedur penanganan emergensi di
tempat dia terbaring, dan kemudian memindahannya ke ambulans.
2. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang berbahaya atau pasien
yang memerlukan prioritas tinggi maka proses pemindahan pasien harus didahulukan
sebelum menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi diselesaikan.
3. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara manual dan
penyangga leher (cervical collar) harus dipasang dan pasien harus diimobilisasi di atas
spinal board.
4. Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap berikut

o Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien.


o Stabilisasi pasien untuk dipindahkan
o Memindahan pasien ke ambulans
o Memasukkan pasien ke dalam ambulans

5. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak memburuk.
6. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan, benda yang
menusuk harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien
diletakkan di alat pengangkut pasien.
7. Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera yang sangat
buruk atau korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien
dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera transpor dengan cepat.
8. Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca, dan
menjaga privasi.
9. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk menjaga
posisi pasien tetap aman. Yang pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi
pinggang atau panggul, dan yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang digunakan
empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan di dada.
10. Jika penderita/korban tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada penggunaan
spinalboard dan hanya bisa diletakkan di atas tandu/usungan ambulans (ambulance
stretcher),maka disyaratkan untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah pasien
tergelincir ke depan jika ambulans berhenti mendadak

Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi


1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas
tanpa kesulitan setelah diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan
menggunakan alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat
pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas usungan.
2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans. Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI
aman selama perjalanan ke rumah sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci
yang mencegah roda usungan brgerak saat ambulans tengah melaju.
3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus
diamankan dengan kuat ke usungan. Perubahan posisi di dalam ambulans dapat
dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien
tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi ke posisi recovery
(miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada pasien
dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman
bila ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai
dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap diimobilasasi
dengan spinal board dan posisi pasien harus diikat erat ke usungan.
4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan digunakan ketika
pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat
sehingga dapat menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat
mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan menyebabkan nyeri.
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien
cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek atau papan
RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu
membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan papan seandainya jika
benar terjadi henti jantung.
6. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan
pernafasan. Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher.
Luruskan pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan
tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk
memperbaiki pakaian pasien.
7. Periksa perbannya. Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat menjadi longgar
ketika pasien dipindahkan ke ambulans. Periksa setiap perban untuk memastikan
keamanannya. Jangan menarik perban yang longgar dengan enteng. Perdarahan hebat
dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut secara tiba-tiba.
8. Periksa bidainya. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke
ambulans. Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada
tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih
tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi bagian distal, fungsi
motorik, dan sensasinya.
9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Bila tidak ada cara lain
bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah sakit,biarkan mereka
menumpang di ruang pengemudi-bukan di ruang pasien- karena dapat mempengaruhi
proses perawatan pasien. Pastikan mereka mengunci sabuk pengamannya.\
10. Naikkan barang-barang pribadi. Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien
lainnya dibawa serta, pastikan barang tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang
pasien telah Anda bawa, pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa.
Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11. Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika
dinaikkan ke ambulans. Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara
yang simpatik. Perlu diingat bahwa mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak
untuk menenangkan pasien anak yang ketakutan. Senyum dan nada suara yang
menenangkan adalah hal yang penting dan dapat menjadi perawatan kritis yang paling
dibutuhan oleh pasien anak yang ketakutan.
12. Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap diberangkatkan, beri tanda
kepada pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda tangani ini
adalah pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan pakaian, memeriksa
perban dan bidai, menenangkan pasien, bahkan pemeriksaan vital sign dapat
ditangguhkan dan dilakukan selama perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi
menunda transportasi pasien ke rumah sakit.

Perawatan Pasien selama Perjalanan


1. Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika usaha bantuan hidup (life
support) telah dimulai sebelum memasukkan pasien ke dalam ambulans, maka prosedur
tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan ke rumah sakit. Pertahankan pembukaan
jalan nafas, lakukan resusitasi, berikan dukungan emosional, dan lakukan hal lain yang
diperlukan termasuk mencatat temuan baru dari usaha pemeriksaan awal (initial
assesment) pasien.
2. Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar dan Anda telah
mempertimbangkan bahwa perawatan emergensi selanjutnya tidak akan terganggu, maka
Anda dapat mulai mencari informasi baru dari pasien.
3. Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign. Peningkatan denyut nadi
secara tiba-tiba misalnya, dapat menandakan syok yang dalam. Catat vital sign dan
laporkan perubahan yang terjadi pada anggota staf bagian emergensi segera setelah
mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian ulang vital sign setiap 5 menit untuk pasien
tidak stabil dan setiap menit untuk pasien stabil.
4. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan informasi hasil
pemeriksaan dan penanganan pasien yang sudah Anda lakukan, dan beri tahu perkiraan
waktu kedatangan Anda.
5. Periksa ulang perban dan bidai.
6. Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi Anda. Bercakap-cakap terkadang
berguna untuk menenangkan pasien yang ketakutan.
7. Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk menghentikan ambulans
sementara Anda melakukan Resusitasi dan memberikan AED (defibrilator). Beri tahu
pengemudi untuk menjalankan ambulans lagi setelah memastikan bahwa henti jantung
telah teratasi. Pastikan bahwa UGD mengetahui adanya henti jantung. Adalah hal yang
sangat membantu jika Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras di
antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami
henti jantung.

Memindahkan Pasien Ke Unit Gawat Darurat


1. Dampingi staf UGD bila dibutuhkan dan berikan laporan lisan atas kondisi pasien Anda.
Beritahu setiap perubahan kondisi pasien yang telah Anda amati.
2. Segera setelah Anda tidak lagi menangani pasien, siapkan laporan perawatan pra rumah
sakit.
3. Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah sakit.. Jika benda-benda
berharga pasien dipercayakan penuh pada penjagaan anda, segera serahkan kepada staf
UGD yang bertanggung jawab.

Alat Transportasi
Walaupun telah dikeluarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik,
tentang standarisasi pelayanan ambulans, masih terdapat heberapa hal yang memerlukan
perbaikan. Karena penggunaan alat transportasi untuk membawa penderita gawat darurat
memerlukan persyaratan khusus yang berlaku baik pada penggunaan alat transportasi darat,
udara maupun laut.
Persyaratan tersebut antara lain :
1. Tidak memperberat keadaan penderita, antara lain:
a) Suspensinya
b) Kebisingan minimal
c) Getaran minimal
d) Kecepatan tertentu
2. Mempunyai peralatan bantu untuk mempertahankan keadaan penderita selama perjalanan,
antara lain:
a) Memiliki tabung oksigen
b) Memiliki suction
c) Memiliki ambu-bag
d) Cairan infus dan perlengkapannya dll.
3. Mempunyai peralatan bantu untuk mengeluarkan penderita dari jepitan/reruntuhan, antara
lain :
a) gergaji/pemotong besi
b) dongkrak peregang besi dll.
4. Memiliki ruangan dimana tenaga medis/paramedis dapat bekerja di dalamnya.
Untuk ambulans mobil, karoserinya harus tinggi sehingga petugas bisa berdiri di
dalamnya.
5. Mudah dikenal oleh masyarakat
Mempunyai ciri tertentu (bentuk dan warna tulisan)
6. Dilengkapi dengan petugas/crew ambulans yang mempunyai pengetahuan dalam
a) mengemudikan kendaraan
b) menggunakan alat komunikasi

Anda mungkin juga menyukai

  • Kep Kel
    Kep Kel
    Dokumen13 halaman
    Kep Kel
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Indikator 3 Kabkota Puskmrg
    Indikator 3 Kabkota Puskmrg
    Dokumen1 halaman
    Indikator 3 Kabkota Puskmrg
    Ria Silviani
    Belum ada peringkat
  • Askep Keluarga DM
    Askep Keluarga DM
    Dokumen55 halaman
    Askep Keluarga DM
    DELLA
    Belum ada peringkat
  • BAB II Boboboyyyyyyyrevisi 17-1-2020)
    BAB II Boboboyyyyyyyrevisi 17-1-2020)
    Dokumen27 halaman
    BAB II Boboboyyyyyyyrevisi 17-1-2020)
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Resume Kel 7
    Resume Kel 7
    Dokumen12 halaman
    Resume Kel 7
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Cover Regimen
    Cover Regimen
    Dokumen4 halaman
    Cover Regimen
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Matrik PKL TERPADU DARING
    Matrik PKL TERPADU DARING
    Dokumen4 halaman
    Matrik PKL TERPADU DARING
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • EBALUT
    EBALUT
    Dokumen12 halaman
    EBALUT
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Role Play Tak
    Role Play Tak
    Dokumen11 halaman
    Role Play Tak
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Batasan Bimbingan Dkti
    Batasan Bimbingan Dkti
    Dokumen1 halaman
    Batasan Bimbingan Dkti
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Log Roll
    Log Roll
    Dokumen7 halaman
    Log Roll
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Bab I Supervisi
    Bab I Supervisi
    Dokumen14 halaman
    Bab I Supervisi
    Prillisia Deazri
    Belum ada peringkat
  • A Lampiran 2 Informded Consent
    A Lampiran 2 Informded Consent
    Dokumen2 halaman
    A Lampiran 2 Informded Consent
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Resume Kel 7
    Resume Kel 7
    Dokumen12 halaman
    Resume Kel 7
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Mengatasi HG
    Mengatasi HG
    Dokumen5 halaman
    Mengatasi HG
    Qonitatin Wafiyah
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 5 Ganchart
    Lampiran 5 Ganchart
    Dokumen2 halaman
    Lampiran 5 Ganchart
    Anes Sintia
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 5 Ganchart
    Lampiran 5 Ganchart
    Dokumen2 halaman
    Lampiran 5 Ganchart
    Anes Sintia
    Belum ada peringkat
  • Bab I-2
    Bab I-2
    Dokumen2 halaman
    Bab I-2
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • COVER Mutu
    COVER Mutu
    Dokumen1 halaman
    COVER Mutu
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Kesimpulan
    Kesimpulan
    Dokumen1 halaman
    Kesimpulan
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • ALI
    ALI
    Dokumen6 halaman
    ALI
    Yetni Annisa
    Belum ada peringkat
  • Wa0024
    Wa0024
    Dokumen2 halaman
    Wa0024
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Vii. DAFTAR ISI Ok
    Vii. DAFTAR ISI Ok
    Dokumen2 halaman
    Vii. DAFTAR ISI Ok
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Cover Pneumonia
    Cover Pneumonia
    Dokumen4 halaman
    Cover Pneumonia
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Mutu
    Mutu
    Dokumen33 halaman
    Mutu
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Erika Dwi Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Wa0001
    Wa0001
    Dokumen1 halaman
    Wa0001
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat
  • FDGG
    FDGG
    Dokumen3 halaman
    FDGG
    Septy Oktaviany
    Belum ada peringkat