Anda di halaman 1dari 10

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Bidang

Ekonomi Akuntansi-Pengauditan

Disusun Oleh :

142180176 Reza Pratama N

142180177 Nisrina Anggarini

142180179 Muhammad Bachtiar Rifai

142180180 Silviana Dian Safiri

Jurusan Akuntansi
UPN Veteran Yogyakarta Tahun 2018/2019
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah ilmiah
tentang Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Bidang Ekonomi Akuntansi hingga
selesai.

Makalah ilmiah ini berisi tentang pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam bidang
ekonomi khususnya ekonomi akuntansi. Dimana kita tahu dalam bidang akuntansi terdapat
berbagai aktivitas yang rawan terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan segenap kerendahan hati kami menerima segala saran dan kritik bersifat
konstruktif dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila dalam Bidang Ekonomi Akuntansi dapat memberikan manfaat dan inspirasi kepada
para pembaca.

Jogjakarta, 19 September 2018

Kelompok 4

Page | 2
Daftar Isi

Kata Pengantar...............................................................................................................2

Daftar Isi........................................................................................................................3

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3 Hipotesa.......................................................................................................5

Bab 2 Pembahasan

2.1 Pengertian Audit..........................................................................................6


2.2 Etika Auditor...............................................................................................6
2.3 Hubungan Antara Etika Auditor dengan Pancasila......................................8
2.4 Implementasi Pancasila dalam Bidang Pengauditan...................................8

Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan..................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................9

Daftar Pustaka...............................................................................................................10

Page | 3
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Audit atau auditing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari akuntansi.
Jika akuntansi keuangan merupakan proses pencatatan hingga pelaporan transaksi
keuangan, audit merupakan proses pengecekan atas pencatatan dan pelaporan
transaksi keuangan, apakah sesuai dengan standar dan prinsip akuntansi yang berlaku.
Dengan kata lain, kita bisa mengatakan bahwa audit adalah proses pengecekan
akuntansi .

Ada dua macam jenis Auditor yaitu, yang pertama adalah audit eksternal,
audit eksternal dilakukan oleh pihak-pihak independen yang berasal dari perusahaan
lain. Audit eksternal bukan merupakan karyawan dari perusahaan tersebut sehingga
tidak bertanggungjawab kepada manajer perusahaan. Audit eksternal harus dilakukan
oleh akuntan publik. Tujuan utama dari audit adalah untuk meyakinkan pengguna
laporan keuangan bahwa transaksi keuangan perusahaan dicatat dan dilaporkan sesuai
dengan prinsip dan standar akuntansi yang belaku. Ketika auditor eksternal selesai
melakukan pekerjaannya, mereka akan melaporkannya kepada owner atau pemilik
perusahaan. Laporan yang dihasilkan oleh proses audit berupa opini yang menyatakan
apakah laporan keuangan perusahaan disajikan secara wajar atau tidak berdasarkan
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku.

Kemudian yang kedua yaitu audit internal, audit internal dilakukan oleh
karyawan internal perusahaan yang disebut sebagai internal auditor. Internal auditor
ditunjuk oleh manajer perusahaan, sehingga mereka bertanggung jawab kepada
manajer. Internal auditor melakukan tugas rutin dan melakukan pengecekan terhadap
prosedur akuntansi perusahaan. Pekerjaan dari audit internal perusahaan meliputi
pengecekan prosedur controlling dan planning.

Berbicara mengenai profesi audit tidak lepas dari etika profesi audit itu
sendiri. Tekanan dan tuntutan ekonomi yang terjadi dalam perusahaan-perusahaan
pada saat ini membawa profesi audit ke dalam krisis. Profesi dituntut untuk
melakukan tindakan dalam berbagai cara agar perusahaan dapat bersaing dengan
iklim persaingan ekonomi yang semakin ketat. Auditor harus tetap bersikap objektif,
jujur, adil, tepat, independen, bertanggung jawab dan berintegritas dalam menjalankan
tugasnya. Motivasi untuk berperilaku etis sangat penting karena setiap profesi tidak
akan memberi kebermanfaatan kepada orang lain jika mereka tidak memiliki moral
dan etika ketika bekerja.

Di Indonesia, seorang auditor dalam menjalankan profesinya, hendaknya tidak


sebatas ketundukkan mereka terhadap Undang-Undang serta Kode Etik Akuntansi
Auditor semata, tetapi juga memiliki tanggung jawab atas idiologi bangsa dalam
mewujudkan lima prinsip dalam Pancasila yang merupakan cita-cita dari para pendiri

Page | 4
negara Indonesia, karena dalam lima prinsip tersebut terdapat “lima perasaan ” yang
mengalir dalam kalbu bangsa Indonesia.

“Auditor Pancasilais” yaitu auditor yang memiliki jiwa yang tangguh dalam
mempertahankan dan menjaga sikap independen, integritas, dan objektivitas serta
tanggung jawab moral yang bersandar pada nilai spiritualitas bangsa karena auditor
yang pancasilais mengemban “lima perasaan” bangsa yang menuntun auditor-auditor
tersebut untuk menjadi auditor yang berketuhanan, auditor yang berperikemanusiaan
dan beradab, auditor yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan
kebijaksanaan serta auditor yang berkeadilan dalam ranah persatun bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi pancasila dalam bidang pengauditan di Indonesia?


2. Mengapa banyak terjadi penyimpangan pada profesi auditor?
3. Bagaimana hubungan antara pancasila dengan etika akuntansi pengauditan?

1.3 Hipotesis
1) Menurut kami, pancasila belum terimplementasi dengan baik dalam bidang
pengauditan di Indonesia.
2) Karena pembatasan ruang lingkup audit, laporan keuangan tidak disusun sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku, dan auditor tidak independen.
3) Terjadi keselarasan antara etika akuntansi pengauditan dengan nilai-nilai
Pancasila.

Page | 5
Bab 2
Pembahasan

1.1 Pengertian Audit

a. Whittington, O. Ray and Kurt Pann (2012)


Audit adalah pemeriksaaan hasil laporan keuangan entitas/perusahaan oleh
perusahaan akuntan publik yang independent.
b. Menurut A Statement of Basic Auditing Concept (ASOBAC)
Audit adalah proses sistematis guna memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti
secara obyektif mengenai pernyataan kejadian dan tindakan ekonomi dengan
tujuan menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
c. Menurut PSAK – Tim Sukses UKT Akuntansi 2006
Audit adalah suatu proses sistematik yang bertujuan untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukri yang dikumpulkan atas asersi atau pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian-kejadian ekonomi dan melihat bagaimana tingkat hubungan antara
pernyataan dengan kenyataan yang terjadi.

1.2 Etika Auditor

Mukadimah prinsip etika profesi akuntan antara lain menyebutkan bahwa seorang
akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri melebihi yang disyaratkan
oleh hukum dan peraturan yang berlaku. Selain itu prinsip ini meminta komitmen
untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.
Sementara itu prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi
delapan butir. Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang
seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut terdeskripsikan
sebagai berikut :

1. Tanggung jawab profesi

Bahwa akuntan di dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional harus


senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.

2. Kepentingan publik

Akuntan sebagai anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam


kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepentingan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3. Integritas

Page | 6
Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan
menjaga integritasnya setinggi mungkin.

4. Obyektifitas

Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAI


harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan.

5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Akuntan dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-


hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat
dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan
teknik yang paling mutakhir.

6. Kerahasiaan

Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan


jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.

7. Perilaku profesional

Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras


dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesinya.

8. Standar teknis

Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi


standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, akuntan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektifitas.

Page | 7
2.3 Hubungan Antara Etika Auditor dengan Pancasila
Di Indonesia, seorang auditor dalam menjalankan profesinya, hendaknya tidak
sebatas ketundukkan mereka terhadap Undang-Undang serta Kode Etik Akuntansi
Auditor semata, tetapi juga memiliki tanggung jawab atas idiologi bangsa dalam
mewujudkan lima prinsip dalam Pancasila yang merupakan cita-cita dari para pendiri
negara Indonesia, karena dalam lima prinsip tersebut terdapat “lima perasaan ” yang
mengalir dalam kalbu bangsa Indonesia.

“Auditor Pancasilais” yaitu auditor yang memiliki jiwa yang tangguh dalam
mempertahankan dan menjaga sikap independen, integritas, dan objektivitas serta
tanggung jawab moral yang bersandar pada nilai spiritualitas bangsa karena auditor
yang pancasilais mengemban “lima perasaan” bangsa yang menuntun auditor-auditor
tersebut untuk menjadi auditor yang berketuhanan, auditor yang berperikemanusiaan
dan beradab, auditor yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan
kebijaksanaan serta auditor yang berkeadilan dalam ranah persatun bangsa Indonesia.

2.4 Implimentasi Pancasila dalam Bidang Pengauditan


Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa

Melakukan pengauditan terhadap suatu laporan keuangan perusahaan dengan


didasarkan pada keikhlasan beribadah kepada Allah, sehingga setiap pribadi auditor
bekerja dengan prinsip untuk beribadah kepada Allah yang pada akhirnya akan
menuntun auditor untuk berbuat jujur dan berakhlak.

Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab

Mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan secara obyektif dan bebas dari
berbagai kepentingan, sehingga tidak merugikan orang/perusahaanlain yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut.

Sila ketiga : Persatuan Indonesia

Mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan dengan berprinsip pada kerahasiaan


dan menjunjung tinggi integritas. Sehingga tidak menimbulkan konflik yang dapat
memecah belah persatuan dan kesatuan.

Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

Menjalankan profesi sebagai auditor dengan memperhatikan etika auditor, khususnya


etika kepentingan publik, kerahasiaan, standar teknis dan perilaku profesional.

Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Tidak melakukan penyimpangan dan manipulasi data yang dapat merugikan orang
lain dan merampas hak orang lain sehingga tidak terjadi ketidakadilan.

Page | 8
Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Etika profesi auditor memiliki keterkaitan dengan sila-sila Pancasila. Etika-
etika tersebut termuat dalam nilai-nilai Pancasila.

3.2 Saran
Seorang auditor dalam menjalankan profesinya, hendaknya tidak sebatas
ketundukkan mereka terhadap Undang-Undang serta Kode Etik Akuntansi Auditor
semata, tetapi juga memiliki tanggung jawab atas idiologi bangsa dalam mewujudkan
lima prinsip dalam Pancasila yang merupakan cita-cita dari para pendiri negara
Indonesia, karena dalam lima prinsip tersebut terdapat “lima perasaan ” yang mengalir
dalam kalbu bangsa Indonesia.

Page | 9
Daftar Pustaka

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai