Anda di halaman 1dari 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN APKOWIL DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI

DAERAH DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK BADAN PENAGGULANGAN


BENCANA (BNPB)

VARIABEL 1 VARIABEL 2

SATKOWIL
TUPOK BNPB

- KODAM - STD PENANGGULANGAN BENCANA


-
- KODIM - MEMPERTANGGUNGJAWABKAN
- KORAMIL BENCANA
- MITIGASI, PROSES TANGGAP,
REHABILITASI

BEKANGDAM MITIGASI, PROSES TANGGAP,


REHABILITASI PASCA BENCANA

(JUDUL)
PERANAN BEKANGDAM TNI AD DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
ALAM MENCAKUP MITIGASI, PROSES TANGGAP DAN REHABILITASI
PASCA BENCANA DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK BADAN
NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)
PERANAN BEKANGDAM TNI AD DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
MENCAKUP MITIGASI, PROSES TANGGAP DAN REHABILITASI PASCA BENCANA
DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)

Semua jenis bencana alam baik yang disebabkan oleh alam maupun ulah manusia
seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir dan tanah longsor, kebakaran
dan akibat kecelakaan serta kesalahan teknologi telah mengancam dan berada ditengah
lingkungan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Pada hakekatnya bencana alam
yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia yang berdampak kerusakan mengakibatkan
permasalahan sosial adalah merupakan bencana bagi masyarakat bangsa Indonesia.
Bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia sering terjadi seketika dan sulit
diprediksi kapan akan terjadi sehingga menimbulkan banyak persoalan dalam
penanganannya. Dari kasus-kasus bencana alam yang terjadi diperlukan suatu persepsi
kemungkinan ancaman bencana alam maupun bentuk ancaman bencana alam sehingga ada
suatu upaya dalam menanggulangi bencana secara terkoordinir meliputi upaya pencegahan,
kesiapsiagaan , tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana oleh semua komponen
bangsa sesuai peran, fungsi dan tugas yang diatur dalam peraturan perundangan sehingga
dapat meminimalkan korban yang terjadi akibat bencana.

Dengan bergulirnya reformasi yang ditandai dengan perubahan stuktural maupun


kultural terhadap sistem pemerintahan yang ada. Demikian juga kebijaksanaan
penanggulangan bencana alam di daerah tersebut merupakan tanggung jawab Pemda
maupun aparat yang terkait lainnya. Dalam menanggulangi bencana alam yang tejadi di
daerah hal ini perlu sumbang dharma bhakti dari semua pihak. Penggunaan kekuatan TNI
AD dalam membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian
bantuan kemanusiaan yang bertujuan mencegah berkembangnya kerugian, baik jiwa
maupun harta benda rakyat dan membantu mengatasi kesulitan rakyat agar tidak
menimbulkan akibat yang mengancam kedaulatan negara dan keselamatan bangsa
dilaksanakan melalui kemampuan pembinaan teritorial dan dukungan.

Peran TNI kini kian dekat dengan masyarakat. Jika dulunya TNI melaksanakan
Operasi Militer Perang (OMP), kini tugas TNI lebih kepada Operasi Militer Selain Perang
1
(OMSP) dengan mengerjakan tugas di luar perang seperti memberikan bantuan, tugas
kemanusiaan dan tugas perdamaian. Tak ayal jika kini TNI menjadi lembaga yang paling
dipercaya oleh masyarakat, berdasarkan sejumlah hasil survei yang ada. Keberhasilan
mendapatkan kepercayaan itu seyogianya terlihat dari peran TNI yang kini langsung terjun
membantu masyarakat dalam berbagai kondisi, termasuk saat terkena bencana.

Bekangdam TNI AD sebagai pelaksana penyelenggara pembekalan, pelayanan jasa


dan pemeliharaan materiil secara tepat jumlah, mutu, waktu, tempat dan sasaran memiliki
peran yang sangat strategis dalam penanggulangan bencana alam khususnya dalam
penyediaan logistik untuk operasi tanggap bencana dan misi bantuan kemanusiaan dalam
rangka mengurangi dampak psikologi, sosial dan ekonomi yang diakibatkan karena bencana
alam. Berdasarkan UU RI No. 34 tahun 2004 bahwa Tentara Nasional Indonesia merupakan
komponen dan bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki tugas pokok melaksanakan
operasi militer perang (OMP) serta operasi militer selain perang (OMSP), salah satu fungsi
dalam operasi militer selain perang adalah melaksanakan penanggulangan bencana alam.
Oleh karena itu Tentara Nasional Indonesia telah memiliki dasar hukum yang jelas dan kuat
sesuai dengan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas didalam wilayah masing-masing.

Dihadapkan pada kondisi diatas Bekangdam TNI AD memiliki visi dalam membina dan
menyelenggarakan pembekalan, pelayanan jasa dan pemeliharaan materiil secara tepat
jumlah, mutu, waktu, tempat dan sasaran. Oleh karena itu konsep pendukungan Bekangdam
TNI AD memiliki peran yang sangat penting dalam upaya penanggulangan bencana alam.

Dari kasus-kasus bencana alam yang terjadi diperlukan suatu persepsi kemungkinan
ancaman bencana alam maupun bentuk ancaman bencana alam sehingga ada suatu upaya
dalam menanggulangi bencana secara terkoordinir meliputi upaya pencegahan,
kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan oleh semua komponen bangsa sesuai peran,
fungsi dan tugas yang diatur dalam peraturan perundangan sehingga dapat meminimalkan
korban yang terjadi akibat bencana. Untuk mewujudkan hal tersebut maka timbul suatu
pertanyaan, “bagaimana peranan Bekangdam TNI AD dalam penanggulangan bencana
alam mencakup mitigasi, proses tanggap dan rehabilitasi pasca bencana dalam rangka
mendukung tugas pokok badan penanggulangan bencana”. Dalam uraian di bawah ini

2
akan dijelaskan bagaimana peranan Bekangdam TNI AD dalam penanggulangan bencana
alam.

Bencana alam dapat terjadi pada setiap saat dan setiap tempat dengan kemungkinan
sulit diduga, berupa banjir, gunung meletus, gempa bumi, angin kencang dan lain-lain yang
dapat menimbulkan kerugian berupa harta benda dan nyawa sehingga perlu ditempuh
langkah pencegahan dan penanggulangan secara terpadu dan koordinasi dari berbagai
instansi terkait. Suatu permasalahan penanggulangan bencana alam merupakan
permasalahan yang kompleks, artinya tidak dapat ditangani oleh salah satu instansi saja
tetapi memerlukan penanganan dari berbagai instansi yang terkait secara terpadu dan
koordinatif.

Berbagai perkembangan terakhir menuntut keterlibatan secara langsung TNI untuk


menghadapi berbagai bencana. Memang hal ini merupakan wilayah operasi militer, selain
perang yang dilakukan dengan prinsip tidak mengurangi kemampuan TNI untuk menjalankan
tugas pokoknya. TNI selalu berada di depan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
alam walaupun sesungguhnya peran TNI adalah sebagai tenaga bantuan. Pembinaan
kemampuan TNI dalam penanggulangan bencana dilakukan melalui konsep pembinaan
teritorial. Penulis menganggap bahwa hal tersebut sangatlah tepat bila penanggulangan
bencana alam dilaksanakan melalui konsep Binter, dimana peran aparat Kowil sangat
dibutuhkan guna mengantisipasi serta berfungsi sebagai pengindra awal bagi
penanggulangan bencana yang akan dilakukan oleh TNI. Dari segi kemampuan tentunya TNI
sampai dengan saat ini masih sangat terbatas bila dihadapkan dengan situasi serta
kebutuhan nyata dilapangan.

Dalam setiap upaya terkait dengan penanggulangan bencana terdapat hal menarik
dimana selain melibatkan instansi pemerintah (sipil) namun juga melibatkan instansi militer
khususnya dalam hal ini adalah Bekangdam TNI AD. Keterlibatan TNI AD khususnya
Bekangdam dalam membantu menanggulangi akibat bencana alam dan pemberian bantuan
kemanusiaan yang bertujuan mencegah berkembangnya kerugian, baik jiwa maupun harta
benda rakyat dan membantu mengatasi kesulitan rakyat agar tidak menimbulkan akibat yang
mengancam kedaulatan negara dan keselamatan bangsa dilaksanakan melalui kemampuan
pembekalan, pelayanan jasa dan pemeliharaan materil.

3
Beberapa kasus bencana alam yang terjadi di wilayah Indonesia yang merupakan
permasalahan yang harus ditangani oleh pemerintah maupun keterlibatan TNI khususnya
Bekangdam TNI-AD sesuai peran, fungsi, dan tugas baik tugas bantuan pada pemerintah
maupun tugas dalam membantu kesulitan rakyat diantaranya tugas membantu
menanggulangi bencana alam, pengungsian dan bantuan kemanusiaan. Permasalahan-
permasalahan tersebut diatas dalam penanganannya masih mengalami banyak
permasalahan dalam pengendalian pasca bencana baik dalam kewenangan maupun
tanggung jawab yang melibatkan pemerintah maupun instansi terkait dan TNI sehingga
menimbulkan tumpang tindih serta menyebabkan masyarakat merasa kurang diperhatikan.
Perlunya manajemen logistik yang harus dilakukan oleh TNI AD dapat dijadikan suatu sistem
untuk menanggulangi bencana pada masa pra bencana, pada saat terjadi bencana dan pada
pasca bencana. Pembahasan dalam tulisan ini didasarkan kepada metode deskriptif dengan
studi literatur yang kemudian menganalisis peran yang di jalankan oleh Bekangdam TNI AD
dalam penanggulangan bencana.

I. Peran Bekangdam TNI AD Dalam Mitigasi Bencana

Indonesia merupakan sebuah negara dengan keunikan letak geografis yang


memberikan keuntungan terkait dengan posisinya sebagai jalur pelayaran serta
melimpahnya sumber daya alam yang terkandung didalamnya. Namun, pada
kenyataannya hal ini tidak pula dapat dilepaskan dari adanya ancaman yang muncul
terkait dengan letak geografis Indonesia. Merujuk kepada geografis Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik
yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc)
yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya
berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan
gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.

Di Indonesia sendiri bantuan dalam penanggulangan bencana telah di


institusionalkan dalam wujud Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang

4
memiliki perwakilan di setiap daerah. Namun, hal tersebut belum dapat menjawab
tantangan dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Keterlibatan TNI dalam
penanggulangan bencana saat ini di Indonesia menjadi komponen yang sangat penting
tentu saja tanpa mengesampingkan pihak lain yang memiliki tugas dalam
penanggulangan bencana.

Penanggulangan bencana secara umum dapat diuraikan dalam beberapa proses


yaitu sebelum bencana, selama bencana, sesudah bencana. Mitigasi bencana
didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk mencegah bencana atau mengurangi
dampak bencana. Mitigasi bencana merupakan upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan
mitigasi. Sedangkan pada fase selama bencana terdapat beberapa tahap yaitu tahap
awal, tahap darurat, konsolidasi, tahap akhir dan rehabilitasi. Pada proses pasca
bencana tahapannya adalah rekonstruksi dan pembangunan. Pada tahap pertama
prabencana atau sebelum terjadinya bencana yang perlu dilakukan adalah
mengumpulkan informasi serta penelitian-penelitian yang berkaitan dengan mitigasi
bencana yang kemudian dapat disosialisasikan kepada masyarakat. Bentuk sosialisasi
dapat berupa peta daerah bencana baik bencana gempa bumi, tanah longsor, banjir
dan tsunami. Selanjutnya untuk tahap kedua ketika terjadi bencana, yang perlu
dilakukan adalah memberikan informasi mengenai tindakan-tindakan yang harus
dilakukan agar terhindar dari bencana. Seperti kemana harus berlari atau berlindung.
Selanjutnya adalah tahap ketiga yaitu tahap pasca bencana, pada tahap ini merupakan
tahap rekonstruksi setelah terjadinya bencana.

Bencana lain yang biasanya terjadi didaerah pesisir walaupun jarang terjadi
tetapi tetap berbahaya adalah tsunami. Tsunami adalah gelombang besar yang
diakibatkan oleh pergeseran bumi didasar laut, biasanya diawali dengan gempa bumi
yang sangat kuat lalu disusul oleh permukaan laut yang turun secara tiba-tiba. Kondisi
kerentanan bencana ini tersebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia, tentunya
dengan tingkat yang berbeda serta karakteristik bencana yang berbeda antara satu
wilayah dengan wilayah lainnya. Dalam mitigasi bencana pesisir dan laut memiliki
kompetensi dasar khususnya tentang mitigasi bencana alam tsunami, yang pertama
adalah melakukan identifikasi tentang tanda-tanda tsunami, memetakan sebaran
wilayah potensi tsunami, sikap responsif saat terjadi gempa yang bersumber di tepi
5
pantai, terampil mencari lokasi aman dari wilayah landai dipantai ke lokasi yang relatif
lebih tinggi. Tindakan preventif atau pencegahan bencana alam dapat dilakukan, antara
lain :

1) Membuat peta rawan bencana. Pembuatan peta rawan bencana meliputi


rawan bencana banjir, tanah longsor, kebakaran dan lain-lainnya dengan
memberi skala prioritas perhatian terhadap kemungkinan bencana yang mungkin
terjadi di wilayah tersebut

2) Memantau daerah rawan bencana Dengan menggunakan jajaran yang


ada di wilayah Kodim untuk memantau daerah yang terkena bencana dengan
memperhatikan medan, cuaca yang berlaku saat itu. Upaya ini dapat dijadikan
masukan kepada Pemerintah Daerah mengantisipasi akan terjadinya bencana.

3) Memantau Pemerintah Daerah dalam melestarikan linkungan. Ikut aktif


dalam pembuatan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Pemkab dan ADMAL
yang ada di wilayah Kodim tersebut. Bentuk lain bantuan ini dengan memberi
informasi ke Pemerintah Daerah tentang terjadinya pencemaran/ perusakan
linkungan yang dapat mengakibatkan bencana alam.

Kejadian bencana alam di Indonesia dari tahun 2004-2018 cenderung mengalami


peningkatan, fakta dan data tersebut dikeluarkan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. Peran Bekangdam TNI-AD dalam penanggulangan
bencana pesisir dan laut sangatlah strategis dikarenakan Bekang memiliki visi dan
misi dalam menyelenggarakan pembekalan, pelayanan jasa dan pemeliharaan materiil
secara tepat jumlah, mutu, waktu, tempat dan sasaran.

II. Peran Bekangdam TNI AD Dalam Proses Tanggap Bencana

Pemberian bantuan kepada korban bencana alam yang paling perlu


diperhatikan pada saat masa kritis dimana saat terjadinya bencana meskipun pada
sistem pemerintahan daerah sekarang diberlakukan otonomi daerah bagi Pemkab
setempat dimana mempunyai otonomi untuk mengatur daerahnya dengan seluas-
luasnya, masih tergantung pada bantuan dari pusat maupun organisasi
kemasyarakatan lainnya serta bantuan masyarakat pada umumnya. Biasa datangnya
bantuan baik dari pusat dan pemerintah daerah maupun dari organisasi

6
kemasyarakatan cenderung terlambat yang disebabkan prosedurnya dan birokrasinya
pemberian bantuan sangat panjang sehingga kadang-kadang bantuan tersebut tidak
tepat sasaran. Kondisi ini menyebabkan terjadinya korban yang lebih banyak dan
dapat menyebabkan terjadinya permasalahan sosial yang timbul di daerah.

Meskipun telah melakukan upaya mitigasi, namun kenyataan dilapangan dalam


proses tanggap darurat berbagai permasalahan di lapangan tetap harus dihadapi.
Dimana tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses tanggap darurat bencana
Bekangdam TNI AD memainkan peranan yang cukup penting.

Elemen penting dalam proses tanggap darurat adalah tersedianya logistik yang
terkait dengan kebutuhan pokok dari para korban bencana. Hal ini menjadi sangat
penting mengingat bahwa dalam setiap bencana senantiasa menggugah kepedulian
dari pihak lain untuk membantu dimana salah satu bentuknya adalah dengan
memberikan bantuan logistik berupa makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya.
Keberadaan bantuan tersebut sangatlah dibutuhkan khususnya oleh pengungsi yang
terkena bencana tersebut, namun dalam kenyataannya seringkali bantuan tersebut
tidak tepat sasaran serta tidak terdistribusi dengan baik. Kondisi ini yang kemudian
menimbulkan kerentanan terkait dengan kecurigaan dari masyarakat terhadap
distribusi bantuan sehingga mereka saling berebut untuk mendapatkan bantuan
tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut maka dalam distribusi logistik Bekangdam TNI
AD memainkan peranan penting dalam proses manajemen logistik dan peralatan
dalam penanggulangan bencana. Manajemen logistik yang dilaksanakan Bekangdam
dalam menjadi distributor bantuan bencana alam sampai dengan bantuan tersebut
diterima terdapat beberapa tahapan diantaranya perencanaan, pengadaan,
pendistribusian, pengangkutan, penerimaan ditujuan dan pertanggungjawaban.
Kemudian tahapan tersebut terlaksana menjadi satu sistem yang terpadu.

Maksud dan tujuan pada tahap perencanaan adalah mengetahui seberapa


banyak jumlah korban terkena bencana yang membutuhkan bantuan logistik dan
peralatan, mengetahui seberapa banyak bantuan logistik dan peralatan yang
dibutuhkan mengetahui jenis kebutuhan (pangan, sandang, papan) mengetahui
bagaimana cara menyampaikan bantuan, mengetahui penanggung jawab kelompok
penerima bantuan, mengetahui kapan bantuan harus disampaikan. Sedangkan
7
maksud dan tujuan pada tahap pengadaan adalah untuk mencocokkan antara
kebutuhan dengan logistik dan peralatan yang ada, dan juga menginformasikan
logistik dan peralatan sesuai skala prioritas kebutuhan serta sebagai upaya
pengendalian dan pengawasan penggunaan logistik dan peralatan. Pada tahap
pendistribusian memiliki tujuan guna mengetahui sasaran penerima bantuan dengan
tepat dan mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan yang harus
disampaikan serta merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya. Pada
tahap pengangkutan bertujuan untuk mengangkut dan atau memindahkan logistik dan
peralatan dari gudang penyimpanan ke tujuan penerima dan menjamin keamanan,
keselamatan dan keutuhan logistik dan peralatan dari gudang ke tujuan serta
mempercepat penyampaian. Kemudian tahap penerimaan bertujuan agar logistik dan
peralatan diterima dengan baik serta logistik dan peralatan yang dikirim sesuai dengan
yang diterima. Pada tahap pertanggungjawaban berguna untuk mempertanggung
jawabkan seluruh pekerjaan logistik dan peralatan kepada para pemangku
kepentingan dan mempertanggung jawabkan kepada masyarakat serta memudahkan
pelacakan apabila terjadi kesalahan.

III. Peran Bekangdam TNI AD Dalam Proses Rehabilitasi Pasca Bencana

Terjadinya bencana tidak hanya menyebabkan kerugian korban jiwa namun


juga kerugian harta benda. Kondisi pasca bencana tidak kalah pentingnya untuk
diperhatikan karena juga dapat menimbulkan dampak negatif yang berkelanjutan
setelah bencana tersebut terjadi. Adapun kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkan setelah terjadinya bencana adalah sebagai berikut :

1) Terjadinya wabah penyakit. Setelah terjadi bencana alam banjir


misalnya korban bencana diungsikan di tempat yang aman, namun tidak jarang
di tempat pengungsian tersebut kesehatan kurang sehat, kesulitan air bersih
dan lain-lainnya. Hal ini akan menyebabkan kondisi kesehatan pengungsi akan
memburuk dan menyebabkan terjadinya penyakit yang sifatnya mewabah
misalnya muntaber, desentri dan lain-lainnya, kondisi ini akan menambah
beban pemerintah daerah dan TNI yang mengadakan upaya penanggulangan
bencana tersebut.

8
2) Timbulnya kriminalitas. Akibat bencana alam akan menyebabkan
masyarakat mengungsi ke tempat yang lebih aman dengan meninggalkan harta
bendanya. Situasi ini tidak jarang dimanfaatkan oleh oknum orang tertentu
untuk berbuat kriminal dengan mencuri barang-barang menjarah dan lain-
lainnya. Terjadinya kriminalitas tidak hanya terjadi di lokasi bencana tapi juga
terjadi di tempat pengungsian mengingat kondisi psikologis pengungsi yang
labil yang cenderung kurang memperhatikan keamanan barang-barang atau
harta benda yang dimiliki.

3) Permasalahan sosial. Terjadi bencana alam yang mengancam


keselamatan jiwa akan menyebabkan terjadinya pengungsian di tempat yang
lebih aman di tempat lain. Keberadaan pengungsi yang tinggal di tempat baru
yang cukup lama akan kecenderungan menimbulkan dampak sosial bagi
masyarakat setempat. Kondisi kejiwaan korban bencana yang labil dan
cenderung minta dilayani akan dapat menimbulkan kecemburuan sosial
terhadap masyarakat setempat. Konsi ini apabila dibiarkan serta tidak ditangani
dengan baik akan menimbulkan permasalahan sosial di daerah itu.

4) Politisasi bencana alam. Terjadinya bencana alam di era reformasi ini


kemungkinan akan dapat dimanfaatkan oleh para politisi untuk tujuan
kelompoknya, adapun gerakan kelompok tersebut ada yang bersifat simpatik
dengan memberikan bantuan kepada korban bencana alam guna menarik
simpatinya, namun ada juga yang bersifat provokasi terhadap korban bencana,
memprovokasi massa untuk melemahkan pemerintah daerah dalam menangani
masalah bencana tersebut. Kondisi ini akan memperkeruh situasi dan
menyulitkan pelaksanaan penanggulangan bencana.

Pasca terjadinya bencana bukan berarti semua tugas yang diemban baik oleh
Pemerintah maupun TNI sudah selesai. Rekonstruksi pasca bencana menjadi salah
satu tugas yang cukup berat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam proses
penanggulangan bencana. Tugas berat ini terkait dengan upaya untuk memulihkan
kondisi baik fisik wilayah maupun psikologis dari warga yang terkena musibah
bencana tersebut. Karena tidak dapat dipungkiri bila akibat dari bencana yang terjadi
9
termasuk dalam bencana nasional, dampak kerusakan secara fisik yang luar biasa
serta dampak psikologis yang mendalam bagi warga yang terkena bencana tersebut.
Oleh karena itu proses pemulihan baik sarana dan prasarana yang hancur akibat
bencana serta pemulihan kondisi psikologis masyarakat menjadi sangat penting dalam
proses ini. Dalam proses rekonstruksi ini, TNI melaksanakan kegiatan untuk
membangun kembali pemukiman warga yang hancur akibat bencana. Selain itu dalam
proses rekonstruksi pada kejadian bencana lain seperti saat terjadi erupsi gunung
Merapi, pihak TNI membangun tempat tinggal sementara bagi para pengungsi.
Tempat tinggal sementara ini ditujukan sebagai tempat bagi para pengungsi selama
menunggu proses relokasi maupun rekonstruksi wilayah mereka.

Proses rekonstruksi yang dilaksanakan tidak dilakukan secara sepihak oleh


TNI, namun dalam tahapan ini berbagai instansi pemerintah maupun pihak swasta
baik asing maupun domestik terlibat didalamnya. Pihak TNI dalam hal ini Bekangdam
akan menjadi elemen pendukung yang menyediakan logistik dan sumber daya
manusia berupa prajurit untuk membantu proses rekonstruksi yang dilakukan terhadap
wilayah yang terkena bencana. Pihak TNI dalam hal ini tidak memiliki kewenangan
untuk mengarahkan bantuan dalam proses rekonstruksi tersebut dan sifatnya hanya
membantu secara teknis serta memberikan data mengenai kebutuhan rekonstruksi
tersebut apabila diminta.

Dari penjelasan masalah yang terjadi di atas, kami selaku penulis memiliki
kesimpulan antara lain lemahnya koordinasi penanggulangan bencana alam di
lapangan. Selama ini penanggulangan alam baik alam maupun ulah manusia serta
penanganannya telah diupayakan untuk ditangani dengan beberapa cara yang
melibatkan semua komponen masyarakat. Koordinasi yang telah dilakukan di tingkat
nasional maupun Pemerintah Daerah namun koordinasi yang ada di lapangan
kadang-kadang disebabkan oleh berbagai permasalahan. Hal ini disebabkan oleh
kurang koordinasinya masing-masing bagian dalam menangani permasalahan serta
pembagian sektor termasuk pendistribusikan kepada siapa yang berhak menerima
sehingga tidak menimbulkan dampak sosial yang memicu terjadinya kerusuhan.

Pembahasan yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode


deskriptif dengan studi literatur yang kemudian menganalisis peran yang di jalankan

10
oleh Bekangdam TNI AD dalam penanggulangan bencana dimana dalam hal ini
memainkan peranan yang cukup dominan dalam upaya penanggulangan bencana.

Peranan Bekangdam TNI AD dalam penanggulangan bencana secara


keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik meskipun penulis merasa bahwa upaya
tersebut belum dilakukan secara optimal. Hal tersebut didasarkan kepada bahwa
dalam setiap proses penanggulangan bencana Bekangdam TNI AD belum berperan
besar. Dimana dalam proses mitigasi atau pencegahan Bekangdam menjalankan
kegiatan-kegiatan dengan sangat aktif serta memainkan peranan penting khususnya
dalam melakukan edukasi serta penguatan koordinasi diantara instansi-instansi terkait
dengan proses penanggulangan bencana. Selain itu peran yang dominan dari
Bekangdam dalam penanggulangan bencana ditunjukan pada masa tanggap bencana.
Bekangdam menjadi tulang punggung distribusi bantuan logistik wilayah bencana.
Namun dalam proses rekonstruksi bencana, Bekangdam kurang memiliki peranan dan
hanya bersifat memberikan dukungan.

Kondisi ini tidak dapat dilepaskan dari banyaknya pihak-pihak yang


menyalurkan bantuan serta menjalankan proses rekonstruksi secara langsung tanpa
melakukan koordinasi dengan pihak TNI. Meskipun telah berjalan dengan cukup baik,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa tugas TNI dalam upaya penanggulangan bencana
seperti yang tertuang dalam UU No 34 Tahun 2004 mengenai OMSP dapat dilakukan
dengan lebih baik. Hal ini terlihat dari potensi serta kesiapsiagaan serta kecakapan
dalam proses-proses penanggulangan bencana yang telah ditunjukan dalam
pembahasan yang dilakukan oleh penulis. Tulisan ini diharapkan akan menjadi dasar
atau awal bagi penulis lain yang akan menganalisis faktor-faktor yang membuat
peranan TNI khususnya Bekangdam TNI AD dalam penanggulangan bencana masih
belum optimal.

Dari kesimpulan diatas, maka kami selaku penulis memiliki saran guna
mengoptimalkan peranan TNI AD khususnya Bekangdam dalam penanggulangan
bencana alam diantaranya : 1) Penanggulangan Bencana alam yang dilakukan TNI
harus diikuti dengan landasan hukum pada tingkat tehis pengaturan pelaksanaan di
daerah dalam bentuk peraturan pemerintah daerah yang terkoordinasi Memang sangat

11
disadari bahwa peraturan perundangan lanjutan yang mengatur tentang mekanisme
serta tehnis pelaksanaan penanggulangan bencana sampai dengan saat ini belum ada,
namun hal ini tentunya tidak menjadikan suatu halangan bagi TNI untuk tetap
melaksanakan tugas tanggung jawabnya dalam rangka penanggulangan bencana alam.
Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu adanya suatu protap yang terkoordinasi
dengan aparat pemerintahan daerah sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih
terkoordinir dengan baik. 2) Dalam rangka penanggulangan bencana alam yang terjadi
saat ini nyata bahwa masih ada kekurangan dalam hal koordinasi pelaksanaannya.
Siapa yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan dilapangan serta
bagaimanana kendali operasinya belum jelas. Sesuai dengan Keputusan Presiden No 3
Tahun 2001 telah ditunjuk dan ditentukan suatu badan yang disebut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana selanjutnya disebut dengan BNPB yang merupakan wadah
koordinasi yang bersifat non struktural bagi penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden,
namun pelaksanaannya justru seluruh operasional penanggulangan didaerah dominan
dilaksanakan oleh TNI. Hal ini tentunya perlu adanya pembahasan serta penentuan dan
penetapan secara jelas tentang penanggung jawab serta koordinator penanggulangan
bencana di daerah, agar pada pelaksanaannya dapat sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan. 3) Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana alam tentunya TNI
tidak hanya mengerahkan prajuritnya namun juga seluruh asset yang berkaitan dan
mendukung pelaksanaan penanggulangan bencana. Dengan kondisi yang terbatas
seluruh fasilitas yang dimiliki TNI dikerahkan.Pada pelaksanaanya memang sangat
membantu namun pada akhirnya asset-asset milik TNI tersebut akan mengalami
banyak kerusakan. Sampai dengan saat ini penggunaan asset militer dalam
pelaksanaan penanggulangan bencana belum pernah dilakukan penggantian atau
paling tidak rehabilitasi sehingga tidak akan menggangu pelaksanaan tugas pokok TNI
sendiri atau pelaksanaan penanggulangan bencana di masa depan. Berkaitan dengan
hal tersebut maka penggunaan asset militer perlu dipertimbangkan tentang
penggantiannya.

Demikian tulisan “Peranan Bekangdam TNI AD dalam Penanggulangan


Bencana Alam Mencakup Mitigasi, Proses Tanggap dan Rehabilitasi Pasca
Bencana dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok Badan Nasional
12
Penanggulangan Bencana (BNPB)” ini kami tulis, semoga tulisan ini dapat menjadi
inspirasi dan alternatif saran kepada pimpinan.

Penulis,

13

Anda mungkin juga menyukai