Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan
Konseling
PROGRAM STUDI
2018
Kata Pengantar
Penyusun
Daftar Isi
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemahaman individu?
2. Apa saja teknik yang dapat dilakukan untuk memahami individu?
3. Apa saja aspek yang perlu dikenali dari pribadi individu?
4. Faktor apa sajakah yang harus diketahui untuk memahami individu?
5. Mengapa memahami individu itu sangat penting?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian pemahaman individu.
2. Mengetahui teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk dapat memahami
individu.
3. Memahami aspek-aspek yang perlu dikenali dari pribadi individu.
4. Mengetahui faktor – faktor yang harus diketahui dalam dasar – dasar
pemahaman peserta didik.
5. Memahami aarti penting pemahaman individu.
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian
1. Teknik Nontes
A. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut
dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung
maupun tidak langsung. Wawancara bisa dilakukan dengan peserta
didik yang bersangkutan atau dengan guru, wali kelas, orang tua
maupun teman-temannya bila hal ini diperlukan.
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam wawancara, yaitu :
Pewawancara harus mendengar, mengamati, menyelidiki,
menanggapi, dan mencatat apa yang sumber data berikan. Kadang-
kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara
tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan
orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi,
kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang
baik. Suksesnya suatu wawancara tergantung pada kemampuan
melakukan kombinasi berbagai keterampilan sesuai dengan
tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.
Dalam proses wawancara, pewawancara harus meredam egonya
dan melakukan pengendalian tersembunyi. Pewawancara
memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh orang
yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai
yakni suasana yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara.
Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul dibenak pewawancara
ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti : Apa yang harus
saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang
diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia
terlihat bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam teknik wawancara.
Untuk kelebihannya yaitu Flexibility, Nonverbal Behavior, Question
Order, Respondent alone can answer, dan Completeness. Adapun
kelemahanya yaitu:
Memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.
Kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban,
masih bisa terjadi.
Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian
pewawancara dalam melakukan hubungan antar manusia (human
relation).
Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu,
misalnya di lokasi-lokasi ribut dan ramai.
Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan
sementara dari subyek wawancara, yang mungkin menghambat
ketelitian hasil wawancara.
B. Observasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan
pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu
masalah sehingga diperoleh suatu pemahaman dan dilakukan secara
langsung, seksama dan sistematis. Sehingga pengamatan
memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian
mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Observasi yang intensif bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar
kelas. Pengamat mencatat hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
siswa, terutama dalam mengikuti pelajaran maupun dengan teman-
temannya. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keseharian
peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Kekurangan:
Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak
nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan tidak
semestinya.
Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan
lebih baik dari biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-
kejelekannya.
C. Angket
Angket (Questioner) adalah alat pengumpul data melalui
komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar
pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk dijawabnya, dimana
peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden, yang bertujuan
untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan responden. Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan
peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam
penyusuna angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum
butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar atau petunjuk
pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas
menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak
terlalu panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan
terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau
respon dari responden secukupnya.
Berikut kelebihan menggunakan angket. Bila lokasi responden jaraknya
cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah adalah dengan
angket.
Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu
yang efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.
Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden
untuk mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan
yang sukar dijawab.
Responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja,
tanpa terkesan terpaksa.
D. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang
hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan
individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Sosiometri
dapat juga dikatakan sebagai alat yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data tentang dinamika kelompok dan juga dipergunakan
untuk mengetahui popularitas seseorang dalam kelompoknya serta untuk
meneliti kesulitan hubungan seseorang terhadap teman-temannya
dalam kelompok, baik dalam kegiatan belajar, bermain, bekerja, dan
kegiatan-kegiatan kelompok lainnya.
Kegunaan lebih lanjut dari teknik sosiometri ini adalah untuk:
Memperbaiki hubungan insani (human relationship);
Menentukan kelompok kerja tertentu;
Meneliti kemampuan memimpin seseorang dalam kelompok pada
suatu kegiatan tertentu;
Mengatur tempat duduk dalam kelas; serta
Mengetahui kekompakan dan perpecahan anggota kelompok.
E. Catatan anekdot
Catatan anekdot alat yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi bagi individu yang berupa catatan catatan tingkah laku yang
dihasilkan dapat mempermudah guru pembimbing memahami kepribadian
siswa. tujuan dari teknik ini yaitu mengumpulkan informasi yang relevan
tentang kepribadian siswa melalui pencatatan fakta yang diamati
dilingkungan sekolah. Namun satu anekdota belum cukup menyajikan
informasi yang relevan, dibutuhkan beebrapa anekdota yang ditulis
beberapa pengamat (guru pembimbing, guru mapel). Lalu anekdota dari
beberapa pengamat itu dikumpulkan dan dipelajari dalam satu urutan
kronologis yang kemudian diinterpretasi menyeluruh untuk
menggamabarkan satu-dua aspek kepribadian siswa.
F. Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengumpulkan data yang
berupa suatu pernyataan (statemen) tentang sifat, keadaan, kegiatan
tertentu dan sejenisnya. Dari daftar pertanyaan tersebut individu diminta
untuk memilih mana pernyataan yang cocok dengan dirinya. Inventory
adalah metode untuk memahami individu dengan memberikan sejumlah
daftar pernyataan yang harus dijawab/dipilih responden sesuai dengan
keadaan dirinya. Pernyataan tersebut menyangkut tentang sifat, keadaan,
kegiatan tertentu. Jawaban responden tersebut selanjutnya ditafsirkan oleh
pengumpul data tentang keadaan responden dan responden memahami
diri. Inventory tergolong metode laporan diri (self-repport) atau diskripsi
diri (self-deskripsi). Personality inventory mengungkap ciri/aspek
kepribadian bentuknya pernyataan dgn jawaban singkat.. Contoh :
(iniventory kepribadian, inventory minat, tingkat nilai religius, bisa juga
untuk mengungkap sistem nilai pada suatu mausia.
Teknik inventori ini digunakan untuk:
Pemahaman pribadi secara umum: Minat, Sikap, Kebiasaan belajar,
Tempramen, Karakter, Jenis masalah
Pemahaman terhadap lingkungan sosial.
Pemahaman perkembangan individu yang meliputi : Landasan
religious, Perilaku etis, Kematangan emosi, Kematangan intelektual,
Kesadaran tanggung jawab, Peran sosial (wanita dan pria),
Penerimaan diri dan pengembangan, Kemandirian dan perilaku
ekonomis, Persiapan karir, dan Hubungan dengan teman sebaya
2. TEKNIK TES
a. Tes intelegensi umum
Tes semacam ini digunakan untuk mengukur kecerdasan. Satuan
yang digunakan dalam tes Binet adalah IQ (intelegence question) yang
diperoleh dari hasil pembagian antara usia mental dengan usia kronologis
dikalikan 100.
b. Tes bakat
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan dalam aspek-aspek
khusus, seperti aspek verbal (kemampuan berbahasa), aspek numerik
(kemampuan menggunakan angka-angka).
c. Tes kepribadian
Tes kepribadian digunakan untuk mengukur sifat-sifat atau
karakteristik primer dan skunder, seperti sifat-sifat stabilitas emosi, rasa
humor, seksual dan sebagainya.
3. Tingkat Intelegensi
Hasil test intelegensi juga menjadi sumber yang menggambarkan
abilisitas belajar siswa. Bahkan menurut Wechsler, bahwa intelegensi
seseorang dipengaruhi oleh perasaan cemas, dorongan, rasa aman, dan
sebagainya. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kemantapan
daripada IQ. Tingkat intelegensi dapat digunakan untuk memperkirakan
keberhasilan seorang siswa.
4. Hasil Belajar
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa
yang telah diperoleh sebelumnya. Hal-hal yang perlu diketahui itu, ialah
penguasaan pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja.
Hal tersebut penting bagi guru karena dapat membantu guru
mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan
kemajuan belajar selanjutnya, hasil-hasil tersebut dapat saja berbeda dan
bervariasi sehubungan dengan kedaan motivasi, kematangan, dan
penyesuaian sosial.
5. Kesehatan Badan
Guru perlu secara berkala mengetahui tentang keadaan kesehatan
dan pertumbuhan siswa. Keadaan kesehatan dan pertumbuhan ini besar
pengaruhnya terhadap hasil pendidikan dan penyesuaian social mereka.
Siswa yang kurang sehat badannya mungkin mengalami kurang vitamin
sehingga kurang energi untuk belajar.
7. Kebutuhan-kebutuhan Emosional
Diantara kebutuhan emosional yang penting dikalangan para
siswa pada umumnya ialah ingin diterima, berteman, dan rasa aman.
Kebutuhan ini perlu mendapat kepuasan dan jika tidak berhasil
memberikan kepuasan atas kebutuhan tersebut maka akan menimbulkan
frustasi dan gangguan mental lainnya. Gangguan mental tersebut dapat
dilihat dari tingkah lakunya sebagai berikut: Tingkah Laku Pemalu,
Kelakuannya sangat agresif, Tingkah laku submissive (terlalu bergantung
pada orang lain), Gejala sakit somatis (sakit badan yang sebenarnya
disebabkan oleh gangguan mental).
8. Sifat-sifat Kepribadian
Guru perlu mengenal sifat-sifat kepribadian murid agar guru
mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka, sehingga
hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan pengajaran lebih efektif.
b. Layanan Responsif
2) Kegiatan Manajemen
2) Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa
melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan
ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa.
Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah
masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak
rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat
menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan
kelompok ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau
perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.
3) Manajemen Program
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin
akan tercisekolaha, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki
suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti
dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti
manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya
sebagai berikut: “Management is the process of planning,
organizing, leading and controlling the efforts of organizing
members and of using all other organizational resources to
achieve stated organizational goals”.
Berikut diuraikan aspek-aspek sistem manajemen program
layanan bimbingan dan konseling:
a) Kesepakatan Manajemen
b) Keterlibatan Stakeholder
c) Manajemen dan Penggunaan Data
d) Rencana Kegiatan
e) Pengaturan Waktu
f) Kalender Kegiatan
g) Jadwal Kegiatan
h) Anggaran
i) Penyiapan Fasilitas
a) Sarana
1) Alat pengumpul data, Alat pengumpul data berupa tes yaitu:
tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat sekolah,
tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes
prestasi belajar. Alat pengumpul data yang berupa non-tes
yaitu: pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala
penilaian, alat-alat mekanis, pedoman wawancara, angket,
biografi dan autobiografi, dan sosiometri.
2) Alat penyimpanan data, seperti kartu pribadi, buku pribadi,
map, dan sebagainya. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian
rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga
mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk
menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun data
untuk masing-masing siswa, maka perlu disediakan map
pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data siswa
yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu
alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu
buku pribadi.
3) Perlengkapan teknis, seperti buku pedoman, buku
informasi, paket bimbingan, blongko surat, alat-alat tulis,
dan sebagainya. Perlengkapan administrasi, seperti alat tulis
menulis, format rencana satuan layanan dan kegiatan
pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat,
kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan
agenda surat.
b) Prasarana
1) Ruangan bimbingan dan konseling, seperti ruang tamu,
ruang konsultasi, ruang diskusi, ruang dokumentasi dan
sebainya.
2) Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan, seperti
anggaran untuk surat manyurat, transportasi, penataran,
pembelian alat-alat, dan sebagainnya. (Sukardi, 2002: 63)
3) Fasilitas dan pembiayaan merupakan aspek yang sangat
penting yang harus diperhatikan dalam suatu program
bimbingan dan konseling. Adapun aspek pembiayaan
memerlukan perhatian yang lebih serius karena dalam
kenyataannya aspek tersebut merupakan salah satu factor
penghambat proses pelaksanaan bimbingan dan konseling.
(Nurihsan, 2006: 59).
c) Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu aspek penting dalam
manajemen program layanan bimbingan dan konseling.
Dalam pengendalian program, koordinator sebagai
pemimpin lembaga atau unit bimbingan dan konseling
hendaknya memiliki sifat sifat kepemimpinan yang baik
yang dapat memungkinkan terciptanya sekolah suatu
komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada.
Personel-personel yang terlibat di dalam program,
hendaknya benar-benar memiliki tanggung jawab, baik
tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan
kepadanya maupun tanggung jawab terhadap yang lain,
serta memiliki moral yang stabil.
Pengendalian program bimbingan ialah : (a) untuk
menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan
seluruh staf bimbingan yang ada, (b) untuk mendorong staf
bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan (c)
memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan
program yang telah direncanakan.
Dalam hal ini dibutuhkan pula seorang supervisi.
Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh
staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik. (Burhanuddin, 2005: 99).
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada
seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang baik. (Sukardi, 2002: 240).
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan
bimbingan dan konseling secara tepat diperlukan kegiatan
pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik
maupun secara administrasi. Fungsi kepengawasan
layangan bimbingan dan konseling antara lain memantau,
menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan
tersebut ada pada setiap Kanwil. (Sukardi, 2002:65).
Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan
pendidikan di sekolah, pengawas juga melihat
perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah tersebut. Pengawas sekolah juga berfungsi sebagai
konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun konselor
untuk membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka
memajukan bimbingan dan konseling.
Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-
langkah yang bisa ditempuh untuk memajukan dan
menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan
konselor, misalnya melalui penataran, seminar, latihan-
latihan demi memajukan program bimbingan dan
konseling. (Umar, 2001: 119).
Idad Suhada dan Heri Gunawan. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
CV. Insan Mandiri.