Anda di halaman 1dari 38

TEKNIK-TEKNIK DASAR PEMAHAMAN INDIVDU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan
Konseling

yang diampu oleh Dr. Oom Sitti Homdijah, M. Pd

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Muhamad Insan Kamil 1800563
Ariq Syifaur Rahman 1801255
Nabila Nurfajrin 1801918
Hera Widaningsih 1804262
Nasrul Abdul Kholik 1805267
Dinar Azzahra 1805999
Evi Luthvia Sholihat 1807728

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2018
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT. atas


terselesaikannya makaalah mengenai “Teknik-Teknik Dasar dalam Pemahaman
Individu” ini. Penulisan makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu, penilaian makalah ini diharapkan
dapat menjadi salah satu alternatif panduan dan menambah wawasan.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khusunya


bagi kami selaku penyusun. Mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan teori. Demikian makalah ini kami
buat.

Bandung, Maret 2019

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................................... i


Daftar Pustaka ......................................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
C. Tujuan ...................................................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan ................................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian ................................................................................................................................ 6
2.2 Teknik-Teknik Pemahaman Individu ...................................................................................... 7
2.3 Hal-hal yang Perlu dikenal dari Pribadi Murid...................................................................... 14
2.4 Faktor–faktor yang harus diketahui dalam mengetahui dasar-dasar pemahaman
peserta didik........................................................................................................................... 17
2.5 Pentingnya Memahami Peserta Didik ................................................................................... 36
BAB III Simpulan ................................................................................................................................. 37
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pada dasarnya bimbingan dan konseling merupakan salah satu upaya


bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara
kelompok maupun individu sesuai dengan hakekat fitrahnya dengan berbagai
potensi, kelebihan, dan kekurangannya.

Maka dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling sangat


dipelukan karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat membantu
individu untuk mengembangkan potensinya dan mencapai cita-citanya.

Dalam melaksanakan bimbingan, masalah dalam memahami peserta


didik merupakan sikap yang harus dimiliki oleh guru, sehingga guru dapat
mengetahui aspirasi/tuntutan peserta didik yang bisa dijadikan bahan
pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta didik,
sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat
peserta didik dan tepat berdasarkan dengan perkembangan peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemahaman individu?
2. Apa saja teknik yang dapat dilakukan untuk memahami individu?
3. Apa saja aspek yang perlu dikenali dari pribadi individu?
4. Faktor apa sajakah yang harus diketahui untuk memahami individu?
5. Mengapa memahami individu itu sangat penting?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian pemahaman individu.
2. Mengetahui teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk dapat memahami
individu.
3. Memahami aspek-aspek yang perlu dikenali dari pribadi individu.
4. Mengetahui faktor – faktor yang harus diketahui dalam dasar – dasar
pemahaman peserta didik.
5. Memahami aarti penting pemahaman individu.
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian

Pemahaman individu merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh


konselor berupa pengumpulan data, analisis data, penafsiran hasil analisis,
dan penarikan kesimpulan tentang diri individu untuk kepentingan layanan
Bimbingan dan Konseling.
Pemahaman individu juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang untuk mengerti, memahami individu lain.
Pemahaman individu oleh Aiken (1997: 454) diartikan sebagai “Appraising
the presence or magnitude of one or more personal characteristic. Assessing
human behavior and mental processes includes such procedures as
observations, interviews, rating scale, check list, inventories, projective
techniques, and tests”.
Dari rumusan tersebut bisa diidentifikasi bahwa pemahaman individu
adalah suatu cara untuk memahami, menilai atau menaksir karakteristik,
potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau
sekelompok individu. Cara yang digunakan meliputi observasi, interview,
skala penilaian, daftar cek, inventori, teknik projektif, dan beberapa jenis tes.
Pemahaman atau penilaian tersebut dimaksudkan untuk kepentingan
pemberian bantuan bagi pengembangan potensi yang ada padanya
(developmental) dan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya
(klinis). Aiken (1997: 1) menunjukkan bahwa manusia dalam kenyataannya
berbeda-beda dalam kemampuan berpikirnya, karakter kepribadiannya, dan
tingkah lakunya. Semuanya itu bisa ditaksir atau diukur dengan bermacam-
macam cara.
Dengan demikian pemahaman individu adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang untuk mengerti dan memahami individu lain.
Dalam konteks bimbingan dan konseling, mengerti dan memahami tersebut
dilakukan oleh konselor terhadap klien, dan sumber data selain klien yang
bisa memberikan keterangan tentang konseling.
2.2 Teknik-Teknik Pemahaman Individu

1. Teknik Nontes
A. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut
dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung
maupun tidak langsung. Wawancara bisa dilakukan dengan peserta
didik yang bersangkutan atau dengan guru, wali kelas, orang tua
maupun teman-temannya bila hal ini diperlukan.
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam wawancara, yaitu :
 Pewawancara harus mendengar, mengamati, menyelidiki,
menanggapi, dan mencatat apa yang sumber data berikan. Kadang-
kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara
tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan
orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi,
kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang
baik. Suksesnya suatu wawancara tergantung pada kemampuan
melakukan kombinasi berbagai keterampilan sesuai dengan
tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.
 Dalam proses wawancara, pewawancara harus meredam egonya
dan melakukan pengendalian tersembunyi. Pewawancara
memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh orang
yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai
yakni suasana yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara.
Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul dibenak pewawancara
ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti : Apa yang harus
saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang
diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia
terlihat bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam teknik wawancara.
Untuk kelebihannya yaitu Flexibility, Nonverbal Behavior, Question
Order, Respondent alone can answer, dan Completeness. Adapun
kelemahanya yaitu:
 Memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.
 Kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban,
masih bisa terjadi.
 Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian
pewawancara dalam melakukan hubungan antar manusia (human
relation).
 Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu,
misalnya di lokasi-lokasi ribut dan ramai.
 Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan
sementara dari subyek wawancara, yang mungkin menghambat
ketelitian hasil wawancara.

B. Observasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan
pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu
masalah sehingga diperoleh suatu pemahaman dan dilakukan secara
langsung, seksama dan sistematis. Sehingga pengamatan
memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian
mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Observasi yang intensif bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar
kelas. Pengamat mencatat hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
siswa, terutama dalam mengikuti pelajaran maupun dengan teman-
temannya. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keseharian
peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar.

Teknik observasi ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,


Diantaranya :
Kelebihan :
 Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai
keandalan yang tinggi. Kadang observasi dilakukan untuk
mengecek validitas dari data yang telah diperoleh sebelumnya dari
individu-individu.
 Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, aktivitas yang
rumit kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
 Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan,
misalnya tata letak fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan
lain-lain.
 Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.

Kekurangan:
 Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak
nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaannya dengan tidak
semestinya.
 Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
 Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan
lebih baik dari biasanya dan sering menutup-nutupi kejelekan-
kejelekannya.

C. Angket
Angket (Questioner) adalah alat pengumpul data melalui
komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar
pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk dijawabnya, dimana
peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden, yang bertujuan
untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan responden. Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan
peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam
penyusuna angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum
butir-butir pertanyaan atau pernyataan ada pengantar atau petunjuk
pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas
menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak
terlalu panjang. Dan Ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan
terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk menuliskan jawaban atau
respon dari responden secukupnya.
Berikut kelebihan menggunakan angket. Bila lokasi responden jaraknya
cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah adalah dengan
angket.
 Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu
yang efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.
 Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden
untuk mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan
yang sukar dijawab.
 Responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja,
tanpa terkesan terpaksa.

Kelemahan dari angket :


 Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan
metode ini adalah kurang tepat.
 Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada
pertanyaan yang ada.
 Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh
keadaan global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah
diberikan di atas secara spontan dapat berubah setelah melihat
pertanyaan di lain nomor.
 Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini
terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan
responden menjawab.

D. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang
hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan
individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Sosiometri
dapat juga dikatakan sebagai alat yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data tentang dinamika kelompok dan juga dipergunakan
untuk mengetahui popularitas seseorang dalam kelompoknya serta untuk
meneliti kesulitan hubungan seseorang terhadap teman-temannya
dalam kelompok, baik dalam kegiatan belajar, bermain, bekerja, dan
kegiatan-kegiatan kelompok lainnya.
Kegunaan lebih lanjut dari teknik sosiometri ini adalah untuk:
 Memperbaiki hubungan insani (human relationship);
 Menentukan kelompok kerja tertentu;
 Meneliti kemampuan memimpin seseorang dalam kelompok pada
suatu kegiatan tertentu;
 Mengatur tempat duduk dalam kelas; serta
 Mengetahui kekompakan dan perpecahan anggota kelompok.

Metode ini biasanya digunakan pada kelompok-kelompok kecil


(misalnya 10 sampai 100 orang). Apabila terlalu banyak jumlahnya,
penentuan hubungan sosial antarindividu akan menjadi kabur dan akan
mengalami kesulitan

E. Catatan anekdot
Catatan anekdot alat yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi bagi individu yang berupa catatan catatan tingkah laku yang
dihasilkan dapat mempermudah guru pembimbing memahami kepribadian
siswa. tujuan dari teknik ini yaitu mengumpulkan informasi yang relevan
tentang kepribadian siswa melalui pencatatan fakta yang diamati
dilingkungan sekolah. Namun satu anekdota belum cukup menyajikan
informasi yang relevan, dibutuhkan beebrapa anekdota yang ditulis
beberapa pengamat (guru pembimbing, guru mapel). Lalu anekdota dari
beberapa pengamat itu dikumpulkan dan dipelajari dalam satu urutan
kronologis yang kemudian diinterpretasi menyeluruh untuk
menggamabarkan satu-dua aspek kepribadian siswa.
F. Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengumpulkan data yang
berupa suatu pernyataan (statemen) tentang sifat, keadaan, kegiatan
tertentu dan sejenisnya. Dari daftar pertanyaan tersebut individu diminta
untuk memilih mana pernyataan yang cocok dengan dirinya. Inventory
adalah metode untuk memahami individu dengan memberikan sejumlah
daftar pernyataan yang harus dijawab/dipilih responden sesuai dengan
keadaan dirinya. Pernyataan tersebut menyangkut tentang sifat, keadaan,
kegiatan tertentu. Jawaban responden tersebut selanjutnya ditafsirkan oleh
pengumpul data tentang keadaan responden dan responden memahami
diri. Inventory tergolong metode laporan diri (self-repport) atau diskripsi
diri (self-deskripsi). Personality inventory mengungkap ciri/aspek
kepribadian bentuknya pernyataan dgn jawaban singkat.. Contoh :
(iniventory kepribadian, inventory minat, tingkat nilai religius, bisa juga
untuk mengungkap sistem nilai pada suatu mausia.
Teknik inventori ini digunakan untuk:
 Pemahaman pribadi secara umum: Minat, Sikap, Kebiasaan belajar,
Tempramen, Karakter, Jenis masalah
 Pemahaman terhadap lingkungan sosial.
 Pemahaman perkembangan individu yang meliputi : Landasan
religious, Perilaku etis, Kematangan emosi, Kematangan intelektual,
Kesadaran tanggung jawab, Peran sosial (wanita dan pria),
Penerimaan diri dan pengembangan, Kemandirian dan perilaku
ekonomis, Persiapan karir, dan Hubungan dengan teman sebaya

G. Biografi atau autobiografi


Alat pengumpul data melalui catatan yang ditulis sendiri maupun
orang lain. Biografi ditulis oleh orang lain yang berisi riwayat hidup
seseorang. Autobiografi adalah alat pengumpul data yang ditulis sendiri
oleh orang itu hingga akhir hidupnya. Objek yang dipahami dalam
penulisan biografi adalah:
 Keterangan tentang diri
 Saya dan keluarga
 Riwayat kesehatan
 Riwayat pendidikan
 Rekreasi pengisian waktu luang
 Pribadi saya
Konselor dapat membantu peserta didik membuat autibiografi dengan
memberikan suatu daftar yang dicantumkan
 Cita-cita
 Pengalaman yang paling mengesankan
 Keadaan orang tua
 Riwayat pendidikan
 Riwayat kesehatan
 Kegiatan untuk mengisi waktu luang
 Hubungan dengan teman-teman
 Masa depan pendidikan

H. Daftar Cek Masalah


Daftar cek masalah merupakan alat atau instrumen yang berupa
daftar cek yang khusus disusun untuk merangsang/memancing
pengutaraan masalah-masalah atau problem-problem yang pernah atau
sedang dialami seseorang. Dafar cek masalah berguna untuk mengetahui
data pribadi siswa yang mencerminkan tingkah laku siswa beserta
masalah-masalah yang sudah dan pernah dialami oleh siswa yang tidak
dapat diungkapkan secara lisan.

2. TEKNIK TES
a. Tes intelegensi umum
Tes semacam ini digunakan untuk mengukur kecerdasan. Satuan
yang digunakan dalam tes Binet adalah IQ (intelegence question) yang
diperoleh dari hasil pembagian antara usia mental dengan usia kronologis
dikalikan 100.
b. Tes bakat
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan dalam aspek-aspek
khusus, seperti aspek verbal (kemampuan berbahasa), aspek numerik
(kemampuan menggunakan angka-angka).

c. Tes kepribadian
Tes kepribadian digunakan untuk mengukur sifat-sifat atau
karakteristik primer dan skunder, seperti sifat-sifat stabilitas emosi, rasa
humor, seksual dan sebagainya.

d. Tes hasil belajar


Jenis tes yang paling popular dalam dunia pendidikan adalah tes
hasil belajar. Tes ini ada yang distandarisasikan dan ada pula tes buatan
guru. Tujuan utama tes hasil belajar adalah mengukur dan menilai
terhadap pengaruh suatu usaha pembelajaran di sekolah. Tes hasil belajar
digunakan untuk mengukur kemampuan individu setelah ia menempuh
proses belajar-mengajar di sekolah sekaligus mengetahui pencapaian
tujuan belajar anak didik. Bentuk tes hasil belajar yang paling dikenal
ialah tes bentuk subjektif (tes essay). Namun adapula bentuk lain seperti
tes objektif yang berupa pilihan ganda, tes benar-salah dan sebagainya.

2.3 Hal-hal yang Perlu dikenal dari Pribadi Murid

Banyak aspek dari pribadi murid yang perlu dikenal, aspek-aspek


tersebut diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Latar Belakang Masyarakat


Kultur masyarakat dimana siswa tinggal, besar pengaruhnya
terhadap sikap siswa. Latar belakang cultural ini menyebabkan para
siswa memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama, politik,
masyarakat lain, dan cara bertingkah laku. Pengalaman anak-anak diluar
sekolah yang hidup di dalam masyarakat kota sangat berbeda dengan
pengalaman para siswa yang tinggal di pedesaan.
2. Latar Belakang Keluarga
Situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi,
penyesuaian social, minat, sikap, tujuan, displin, dan perbuatan siswa
disekolah. Apabila di rumah siswa msering mengalami tekanan, merasa
tak aman, frustasi maka dia juga akan mengalami perasaan asing di
Sekolah. Apa yang menarik minatnya di Rumah akan keliatan pula apa
yang menjadi minatnya disekolah. Guru perlu mengenal situasi dan
kondisi dalam keluarga siswa, agar dapat merencanakan kegiatan-
kegiatan yang serasi, kendatipun pengaruh keluarga ini tidak mutlak
menetukan berhasilnya seorang siswa, karena pada kenyataannya sering
juga terjadi dimana anak mengalami maladjustment ( gejala-gejala
merasa tidak diterima ) sebagai akibat lingkungan sekolah.

3. Tingkat Intelegensi
Hasil test intelegensi juga menjadi sumber yang menggambarkan
abilisitas belajar siswa. Bahkan menurut Wechsler, bahwa intelegensi
seseorang dipengaruhi oleh perasaan cemas, dorongan, rasa aman, dan
sebagainya. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kemantapan
daripada IQ. Tingkat intelegensi dapat digunakan untuk memperkirakan
keberhasilan seorang siswa.

4. Hasil Belajar
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa
yang telah diperoleh sebelumnya. Hal-hal yang perlu diketahui itu, ialah
penguasaan pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar dan bekerja.
Hal tersebut penting bagi guru karena dapat membantu guru
mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan
kemajuan belajar selanjutnya, hasil-hasil tersebut dapat saja berbeda dan
bervariasi sehubungan dengan kedaan motivasi, kematangan, dan
penyesuaian sosial.
5. Kesehatan Badan
Guru perlu secara berkala mengetahui tentang keadaan kesehatan
dan pertumbuhan siswa. Keadaan kesehatan dan pertumbuhan ini besar
pengaruhnya terhadap hasil pendidikan dan penyesuaian social mereka.
Siswa yang kurang sehat badannya mungkin mengalami kurang vitamin
sehingga kurang energi untuk belajar.

6. Hubungan antar Pribadi


Perkembangan social menunjukan keseluruhan pola pertumbuhan.
Hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, peneriamaan oleh anggota
kelompok, kerjasama dengan teman sekelompok akan menentukan
perasaan puas dan rasa aman di sekolah, sehingga berpengaruh pada
kelakuan dan motivasi belajarnya.

7. Kebutuhan-kebutuhan Emosional
Diantara kebutuhan emosional yang penting dikalangan para
siswa pada umumnya ialah ingin diterima, berteman, dan rasa aman.
Kebutuhan ini perlu mendapat kepuasan dan jika tidak berhasil
memberikan kepuasan atas kebutuhan tersebut maka akan menimbulkan
frustasi dan gangguan mental lainnya. Gangguan mental tersebut dapat
dilihat dari tingkah lakunya sebagai berikut: Tingkah Laku Pemalu,
Kelakuannya sangat agresif, Tingkah laku submissive (terlalu bergantung
pada orang lain), Gejala sakit somatis (sakit badan yang sebenarnya
disebabkan oleh gangguan mental).

8. Sifat-sifat Kepribadian
Guru perlu mengenal sifat-sifat kepribadian murid agar guru
mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka, sehingga
hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan pengajaran lebih efektif.

9. Bermacam-macam Minat Bakat


Guru perlu sekali minat muridnya karena penting bagi guru untuk
memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman belajar, menuntun
kearah pengetahuan, dan mendorong motivasi belajar.
2.4 Faktor–faktor yang harus diketahui dalam mengetahui dasar-dasar
pemahaman peserta didik

Dalam memahami dasar – dasar pemahaman peserta didik hal – hal


yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Kompetensi Guru Pembimbing (Konselor) di Sekolah

Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua


kegiatan yang terkait dalam pelaksana bimbingan dan koseling di
sekolah. Konselor dituntut untuk bertindak secara bijaksana, ramah, bisa
menghargai, dan memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian
baik, karena konselor itu nantinya akan berhubungan dengan siswa
khususnya dan juga pihak lain yang sekiranya bermasalah. Konselor juga
mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain, sehingga guru-guru dapat
meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi suksesnya
program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 118)

Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru


pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya.
Demikian pula, masalah-masalah peserta didik yang ditangani konselor
terkait dengan proses pembelajaran bidang studi dirujuk kepada guru
untuk menindak lanjutinya.

Sebagai pelaksana utama, tenaga inti, dan ahli, konselor (guru


pembimbing) bertugas:

a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.


b. Merencanakan program bimbingan dan konseling.
c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
e. Menilai proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling.
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian
g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling.
h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan
konseling tersebut. (Sukardi, 2002: 56)

Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa,


juga sebagai sumber data yang meliputi: kartu akademis, catatan
konseling, data psikotes dan catatan konperensi kasus.

Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan apakah konselor


yang ada disekolah memiliki kompetensi sebagai konselor. Perlu
dukungan sehingga layanan bimbingan dan konseling dilakukan oleh
seorang konselor (berlatar pendidikan bimbingan dan konseling yang
idealnya memiliki sertifikasi konselor). Paling tidak layanan diberikan
oleh guru pembimbing yang telah memperoleh pelatihan bimbingan dan
konseling yang diselenggarakan oleh ABKIN maupun Depdiknas yang
ditugaskan oleh kepala sekolah untuk melakukan layanan bimbingan dan
konseling dengan dukungan penuh wali kelas, guru dan pimpinan sekolah
yang melaksanakan fungsi dan peran bimbingan dalam kapasitas dan
kewenangannya masing-masing. Pada kondisi paling darurat para tenaga
pendidik di sekolah yaitu guru, wali kelas dan pimpinan sekolah dalam
peran dan tugasnya maing-masing melaksanakan layanan bimbingan
sesuai dengan kapasitas.

Para konselor perlu dukungan agar termotivasi mengembangkan


diri sebagai tenaga yang profesional dengan melanjutkan pendidikan untuk
memperoleh sertifikasi konselor dan melengkapi dengan berbagai aktivitas
profesi. Para guru pembimbing yang tidak berlatar belakang pendidikan
bimbingan dan konseling, pimpinan sekolah, wali kelas dan guru perlu
dukungan agar termotivasi untuk belajar melakukan layanan bimbingan
dan konseling secara benar. Upaya pengembangan diri dapat dilakukan
melalui kegiatan pengembangan staf secara internal di sekolah, pertemuan
pada MGBK di sanggar BK, mengikuti seminar, workshop maupun
pelatihan BK, terlibat dalam organisasi profesi dan melanjutkan
pendidikan.
2. Mengetahui Klasifikasi Layanan

Seorang konselor dalam memahami peserta didik harus


mengetahui Klasifikasi layanan, dimana struktur program bimbingan
diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu:

a. Layanan Dasar Bimbingan

Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian


bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara
klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
membantu perkembangan dirinya secara optimal”. Layanan ini bertujuan
untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang
normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar
hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan
dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar:

1) Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan


lingkungannya(pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama).
2) Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya.
3) Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya.
4) Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya.

b. Layanan Responsif

Layanan responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa


yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan
dengan segera”. Tujuan layanan responsif adalah membantu siswa agar
dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang
dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan
dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Tujuan layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk


mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang
muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-
pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.

c. Layanan Perencanaan Individual

Layanan ini diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu


merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan
masa depannya berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan
dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya”.

Tujuan layanan perencanaan individual bertujuan untuk membantu siswa


agar:

1) Memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya.


2) Mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir.
3) Dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan
rencana yang telah dirumuskannya.

Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan


sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memonitor, dan
mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi
oleh dirinya sendiri.

d. Layanan Dukungan Sistem

Ketiga komponen program, merupakan pemberian layanan BK


kepada siswa secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan
komponen layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan
manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui
pengembangan profesinal; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi
dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen
program; penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).

Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing


dalam memperlancar penyelenggaraan layanan diatas. Sedangkan bagi
personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan
program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem ini meliputi dua aspek,
yaitu:

1) Pemberian Layanan Konsultasi/Kolaborasi

Pemberian layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing


(konselor) yang meliputi (1) konsultasi dengan guru-guru, (2)
menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau
masyarakat, (3) berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan-kegiatan
sekolah, (4) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam
rangka mencisekolahakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
perkembangan siswa, (5) melakukan penelitian tentang masalah-
masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling.

2) Kegiatan Manajemen

Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk


memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program
bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan (1)
pengembangan program, (2) pengembangan staf, (3) pemanfaatan
sumber daya, dan (4) pengembangan penataan kebijakan.
Secara operasional program disusun secara sistematis sebagai berikut :

a) Rasional berisi latar belakang penyusunan pogram bimbingan


didasarkan atas landasan konseptual, hukum maupun empirik.
b) Visi dan misi, berisi harapan yang diinginkan dari layanan Bk
yang mendukung visi , misi dan tujuan sekolah.
c) Kebutuhan layanan bimbingan, berisi data kebutuhan siswa,
pendidik dan isntitusi terhadap layanan bimbingan. Data
diperoleh dengan mempergunakan instrumen yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d) Tujuan, berdasarkan kebutuhan ditetapkan kompetensi yang
dicapai siswa berdasarkan perkembangan.
e) Komponen program : (1) Layanan dasar, program yang secara
umum dibutuhkan oleh seluruh siswa pertingkatan kelas. (2)
Layanan responsif, program yang secara khusus dibutuhakn untuk
membatu para siswa yang memerlukan layanan bantuan khusus.
(3) Layanan perencanaan individual, program yang mefasilitasi
seluruh siswa memiliki kemampuan mengelola diri dan
merancang masa depan. (4) Dukungan sistem, kebijakan yang
mendukung keterlaksanaan program, program jejaring baik
internal sekolah maupun eksternal.
f) Rencana operasional kegiatan
g) Pengembagan tema atau topik (silabus layanan).
h) Pengembangan satuan layanan bimbingan.
i) Evaluasi
j) Anggaran

Program disusun bersama oleh personil bimbingan dan konseling


dengan memperhatikan kebutuhan siswa, mendukung kebutuhan pendidik
untuk memfasilitasi pelayanan perkembangan siswa secara optimal dalam
pembelajaran dan mendukung pencapaian tujuan, misi dan visi sekolah.
Program yang telah disusun disampaikan pada semua pendidik di sekolah
pada rapat dinas agar terkembang jejaring layanan yang optimal.
3. Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan kosneling terkait


dengan keempat komponen program yang telah dijelaskan di atas. Strategi
pelasanaan bagi masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut.

a. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan


1) Bimbingan Klasikal
Sebagaimana telah dikemukakan pada paparan di atas,
bahwa layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini
berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang
menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan
para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan
layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan
dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi
tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa.
Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal
pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga
memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang
dimasukinya.

Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang


terkait dengan sekolah, seperti: kurikulum, personel (pimpinan,
para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran,
perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk
SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya.
Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang
diberikan kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan
yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui komunikasi
langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun
elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet).
Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat
mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa
terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara
pasti untuk semua kelas.

2) Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa
melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan
ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa.
Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah
masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak
rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat
menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan
kelompok ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau
perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.

3) Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas


Guru adalah pelaksana pengajaran serta bertanggung
jawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan
bimbingan dan konseling. Di sekolah salah satu tugas utama
guru adalah mengajar. Dalam kesempatan mengjar siswa, guru
mengenal tingkah laku, sifat-sifat, kelebihan dan kelemahan
tiap-tiap siswa. Dengan demikian, disamping bertugas sebagai
pengajar, guru juga dapat bertugas dan berperan dalam
bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru,
maupun guru dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru
merupakan tangan pertama dalam usaha membantu
memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar, 2001: 117)
Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau
program pelatihan tertentu, dan sebagai personel yang sehari-
hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru dalam
layanan bimbingan adalah:

a) Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan


konseling kepada siswa.
b) Membantu koselor mengidentifikasikan siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
c) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepada konselor.
d) Membantu mengembangkan suasana kelas.
e) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa
yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
f) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah
siswa.
g) Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam
rangka penilaian bimbingan dan konseling dalam upaya
tindak lanjut.

Guru juga membantu memberikan informasi tentang data


siswa yang meliputi:

a) Daftar nilai siswa


b) Observasi
c) Catatan anekdot (Sukardi, 2002: 52-58)

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa


layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan lebih efektif
bila guru dapat bekerja sama dengan konselor dalam proses
pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua
belah pihak (guru dan konselor) menuntut adanya kerja sama
tersebut.

4) Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua

Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program


bimbingan, konselor perlu melakukan kerjasama dengan para
orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan
terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga
oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan
terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar
pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya
mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang
mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan
orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti: (1)
kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua
untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang
pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2)
sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat)
tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua
diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke
sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku
sehari – harinya.

b. Strategi untuk Layanan Responsif


1) Konsultasi
Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru,
orang tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka
membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan
kepada para siswa.
2) Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk
membantu para siswa yang mengalami kesulitan, mengalami
hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui
konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah,
penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling
kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa memecahkan
masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini,
masing-masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya,
kemudian satu sama lain saling memberikan masukan atau
pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.
3) Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan
untuk menangani masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal
atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih
berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian.
Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki
masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas),
kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
4) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang
dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang
menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau
pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing
berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik
maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai
mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan
informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang
perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.

c. Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual

1) Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group


Appraisal)
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama
siswa menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan,
dan prestasi belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor
membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya,
yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas
perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan
karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki
pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif
dan konstruktif.
2) Individual or Small-Group Advicement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan
atau memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi
tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya
untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan
(alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau
kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya;
(2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau
perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan
yang telah dilakukannya.

d. Strategi untuk Dukungan Sistem


1) Pengembangan Professional
Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-update”
pengetahuan dan keterampilannya melalui (1) in-service training,
(2) aktif dalam organisasi profesi, (3) aktif dalam kegiatan-
kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau
(4) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi
(Pascasarjana).

2) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi


Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru,
orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah
(pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan
umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya
kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang
kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta
meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah
untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang
dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan.
Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi
pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti
ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para
ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater,
dokter, dan orang tua siswa, (5) MGBK (Musyawarah Guru
Bimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka
analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).

3) Manajemen Program
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin
akan tercisekolaha, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki
suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti
dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti
manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya
sebagai berikut: “Management is the process of planning,
organizing, leading and controlling the efforts of organizing
members and of using all other organizational resources to
achieve stated organizational goals”.
Berikut diuraikan aspek-aspek sistem manajemen program
layanan bimbingan dan konseling:
a) Kesepakatan Manajemen
b) Keterlibatan Stakeholder
c) Manajemen dan Penggunaan Data
d) Rencana Kegiatan
e) Pengaturan Waktu
f) Kalender Kegiatan
g) Jadwal Kegiatan
h) Anggaran
i) Penyiapan Fasilitas

Agar layanan dasar bimbingan dan konseling, renponsif,


perencanaan individual, dan dukungan sistem berfungsi efektif
diperlukan cara baru dalam mengatur fasilitas-fasilitas program
bimbingan dan konseling. (Nurihsan, 2006: 63)

Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain sebagai berikut:

a) Sarana
1) Alat pengumpul data, Alat pengumpul data berupa tes yaitu:
tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat sekolah,
tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes
prestasi belajar. Alat pengumpul data yang berupa non-tes
yaitu: pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala
penilaian, alat-alat mekanis, pedoman wawancara, angket,
biografi dan autobiografi, dan sosiometri.
2) Alat penyimpanan data, seperti kartu pribadi, buku pribadi,
map, dan sebagainya. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian
rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga
mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk
menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun data
untuk masing-masing siswa, maka perlu disediakan map
pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data siswa
yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu
alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu
buku pribadi.
3) Perlengkapan teknis, seperti buku pedoman, buku
informasi, paket bimbingan, blongko surat, alat-alat tulis,
dan sebagainya. Perlengkapan administrasi, seperti alat tulis
menulis, format rencana satuan layanan dan kegiatan
pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat,
kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan
agenda surat.
b) Prasarana
1) Ruangan bimbingan dan konseling, seperti ruang tamu,
ruang konsultasi, ruang diskusi, ruang dokumentasi dan
sebainya.
2) Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan, seperti
anggaran untuk surat manyurat, transportasi, penataran,
pembelian alat-alat, dan sebagainnya. (Sukardi, 2002: 63)
3) Fasilitas dan pembiayaan merupakan aspek yang sangat
penting yang harus diperhatikan dalam suatu program
bimbingan dan konseling. Adapun aspek pembiayaan
memerlukan perhatian yang lebih serius karena dalam
kenyataannya aspek tersebut merupakan salah satu factor
penghambat proses pelaksanaan bimbingan dan konseling.
(Nurihsan, 2006: 59).

c) Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu aspek penting dalam
manajemen program layanan bimbingan dan konseling.
Dalam pengendalian program, koordinator sebagai
pemimpin lembaga atau unit bimbingan dan konseling
hendaknya memiliki sifat sifat kepemimpinan yang baik
yang dapat memungkinkan terciptanya sekolah suatu
komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada.
Personel-personel yang terlibat di dalam program,
hendaknya benar-benar memiliki tanggung jawab, baik
tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan
kepadanya maupun tanggung jawab terhadap yang lain,
serta memiliki moral yang stabil.
Pengendalian program bimbingan ialah : (a) untuk
menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan
seluruh staf bimbingan yang ada, (b) untuk mendorong staf
bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan (c)
memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan
program yang telah direncanakan.
Dalam hal ini dibutuhkan pula seorang supervisi.
Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh
staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik. (Burhanuddin, 2005: 99).
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada
seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang baik. (Sukardi, 2002: 240).
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan
bimbingan dan konseling secara tepat diperlukan kegiatan
pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik
maupun secara administrasi. Fungsi kepengawasan
layangan bimbingan dan konseling antara lain memantau,
menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan
tersebut ada pada setiap Kanwil. (Sukardi, 2002:65).
Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan
pendidikan di sekolah, pengawas juga melihat
perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah tersebut. Pengawas sekolah juga berfungsi sebagai
konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun konselor
untuk membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka
memajukan bimbingan dan konseling.
Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-
langkah yang bisa ditempuh untuk memajukan dan
menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan
konselor, misalnya melalui penataran, seminar, latihan-
latihan demi memajukan program bimbingan dan
konseling. (Umar, 2001: 119).

Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling adalah:


1) Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan
konseling, yaitu bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
mereka masing-masing
2) Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang
ditemui oleh para personel bimbingan dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing.
3) Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-
hambatan yang ditemui
4) Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar
kearah pencapaian tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan.
(Nurihsan, 2006: 68)

4. Memperhatikan Kebutuhan Para Peserta Didik

Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap


individu, demi mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan
kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-kekurangan
atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini,
Maslow mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-kebutuhan individu
secara hierarkis:

a. Kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan.


b. Kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga
mental psikologikal dan intelektual kebutuhan kasih sayang atau
penerimaan.
c. Kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya
tercermin dalam berbagai simbol-simbol status.
d. Kebutuhan aktualisasi diri

Namun, jika akal sehatnya tidak berfungsi sebagaimana


mestinya, perilakunya lebih dikendalikan oleh sifat emosinalnya,
maka dia akan mengalami penyesuaian diri yang keliru
(maladjusment).
Bentuk perilaku salah suai (maldjustment), diantaranya : (1)
agresi marah; (2) kecemasan tak berdaya; (3) regresi (kemunduran
perilaku); (4) fiksasi; (5) represi (menekan perasaan); (6) rasionalisasi
(mencari alasan); (7) proyeksi (melemparkan kesalahan kepada
lingkungan); (8) sublimasi (menyalurkan hasrat dorongan pada obyek
yang sejenis); (9) kompensasi (menutupi kegagalan atau kelemahan
dengan sukses di bidang lain); (10) berfantasi (dalam angan-angannya,
seakan-akan ia dapat mencapai tujuan yang didambakannya).

Di sinilah peran guru untuk sedapat mungkin membantu para


peserta didiknya agar terhindar dari konflik yang berkepanjangan dan
rasa frustasi yang dapat menimbulkan perilaku salah-suai. Sekaligus
juga dapat memberikan bimbingan untuk mengatasinya apabila
peserta didik mengalami konflik yang berkepanjangan dan frustrasi.

5. Memperhatikan Karakteristik Perkembangan Peserta didik (Usia


Remaja—SMA)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara


masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang yang dewasa.
Masa remaja sering dikenal denga masa pencarian jati diri (ego identity).
Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.


b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagi pria atau wanita
dewasa yang menjunjung tinggi oleh masyarakat.
c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara
efektif.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya.
e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan
minat dan kemampuannya.
f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup
berkeluarga dan memiliki anak.
g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagi warga Negara.
h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social.
i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman
dalam bertingkah laku.
j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan
religiusitas.

Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut


menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi
kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, di antaranya:

a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan


reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan penyalahgunaan
narkotika.
b. Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur
tubuh atau kondidi dirinya.
c. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siwa mengembangkan
keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana
olahraga, kesenian, dan sebagainya.
d. Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
e. Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan
dalam kondisi sulit dan penuh godaan.
f. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
berpikir kritis, reflektif, dan positif.
g. Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap
wiraswasta.
h. Memupuk semangat keberagaman siswa melalui pembelajaran
agama terbuka dan lebih toleran
i. Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia
mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.
2.5 Pentingnya Memahami Peserta Didik

Pentingnya Pemahaman Guru/Konselor Mengenai Peserta Didik diantaranya


adalah :

1. Dengan mengetahui dasar – dasar pemahaman peserta didik, seorang


guru/konselor akan dapat memberikan harapan yang realistis terhadap
anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika terlalu banyak yang
diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan
perasaan tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang ditetapkan
orangtua dan guru. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari
mereka, mereka akan kehilangan rangsangan untuk lebih mengembangkan
kemampuannya.
2. Dengan mengetahui dasar – dasar pemahaman peserta didik, seorang
guru/konselor akan lebih mudah dalam memberikan respons yang tepat
terhadap perilaku tertentu seorang peserta didik (konseli).
3. Dengan mengetahui dasar – dasar pemahaman peserta didik, seorang
guru/konselor akan lebih mudah dalam mengenali kapan perkembangan
normal yang sesungguhnya dimulai, sehingga guru dapat mempersiapkan
anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan
perilakunya.
4. Dengan mengetahui dasar – dasar pemahaman peserta didik, seorang
guru/konseli akan lebih mudah dalam memberikan bimbingan yang tepat
pada peserta didik.
BAB III
Simpulan

Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada peserta


didik dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif, dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, supaya peserta didik dapat memahami
dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan tugas-tugas perkembangan.

Agar tujuan tersebut berjalan dengan efektif, memahami individu


merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Teknik-teknik dasar harus
dipahami secara benar dan menyeluruh agar dapat memahami individu dengan
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Aiken. L. R. 1997. Psychological Testing and Assessment (8th edition). Tokyo:


Allin and Bacon.

Anas Salahudin. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. “Peraturan menteri pendidikan nasional


nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi
konselor.”Tersedia: http://www.scribd.com/doc/8695600/STANDAR-
KUALIFIKASI-AKADEMIK-DAN-KOMPETENSI-KONSELOR

Idad Suhada dan Heri Gunawan. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
CV. Insan Mandiri.

Imam Mawardi. 2008. “Bimbingan Konseling Islami”. Tersedia:


http://www.scribd.com/roes_1908/d/16140888-Bimbingan

Rakhmat, J. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda Karya.

Sumadi Suryabrata. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Susilo Rahardjo. 2012. “PEMANFAATAN HASIL TES DAN NONTES UNTUK


LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL”. Tersedia:
http://susilorahardjo.blogspot.com/2012

Wayan Nurkancana. 1990. Pemahaman Individu. Surabaya: Usahan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai