Anda di halaman 1dari 26

TUGAS FILSAFAT ILMU LINGKUNGAN

Konsep Dasar, Keyakinan, Kepercayaan, Sikap, Perhatian dan Tidakan

Terhadap Lingkungan

RAIDHATUL FIQRA

19168008

S2 ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP


 Sebagai habitat mahluk hidup
 Sebagai pembantu penyedia Sumber Daya Alam (SDA) bagi kelangsungan kebutuhan
manusia
 Memberi pengaruh terhadap pola pikir, tingkah laku dan sifat mahluk hidup.
 Sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mahluk hidup

Permasalahan di Lingkungan Hidup


1. Masalah lingkungan hidup yang diketahui dan diakibatkan oleh manusia:
 Penggundulan dan penebangan hutan
 Ketidaksuburan tanah karena ekosistemnya terganggu
 Pemanasan global
 Matinya beberapa spesies hewan tertentu dan punahnyabeberapa jenis tumbuhan
 Polusi udara, air, tanah, suara, pestisida, radiasi, cuaca, dan pencemaran lingkungan
lainnya.
 Penyakit endemik
2. Masalah lingkungan hidup yang biasanya terikat dengan bencana alam:
 Banjir dan tanah longsor
 Gempa Bumi
 Letusan gunung berapi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar terhadap lingkungan?
2. Bagaimana keyakinan terhadap lingkungan?
3. Bagaimana kepercayaan terhadap lingkungan?
4. Bagaimana sikap terhadap lingkungan?
5. Bagaimana perhatian terhadap lingkungan?
6. Bagaimana tindakan terhadap lingkungan?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lingkungan Hidup


Konsep dasar lingkungan hidup antara lain:
a. Lingkungan hidup adalah keseluruhan ruang yang ada di bumi yang terdiri dari air,
tanah, udara, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya.
b. Norma yang mendasari lingkungan hidup adalah norma ketertiban, norma
kebersihan, norma keindahan.
c. Lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu lingkungan alami,
lingkungan binaan, dan lingkungan sosial budaya.
d. Lingkungan hidup yang baik adalah lingkungan hidup yang masing - masing
makhluk hidup dan komponen di dalamnya dapat berinteraksi dengan baik.
e. Lingkungan hidup yang berada di bumi, baik benda mati atau hidup, manusia dan
alam mampu berhubungan secara timbal balik.

NORMA-NORMA LINGKUNGAN HIDUP


Ada tiga macam norma lingkungan yaitu norma ketertiban, norma kebersihan,
dan norma keindahan.
1) Norma Ketertiban
Ketertiban adalah suatu keadaan kehidupan yang serba teratur dan tertata dengan
baik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2) Norma Kebersihan
Kebersihan adalah keadaan lingkungan kota maupun desa yang bersih dari
pencemaran udara, pencemaran air dan sampah. Setiap orang bertanggung jawab
atas kebersihan. Kebersihan meliputi rumah atau bangunan masing-masing serta
lingkungan sekitarnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial, kendaraan pribadi,
kendaraan dinas, angkutan umum.
3) Norma Keindahan
Keindahan adalah keadaan lingkungan perkotaan yang nyaman, estetik, dan
proporsional.
Penerapan Norma-norma lingkungan hidup di lingkungan keluarga
1) Norma Ketertiban
 Bangun tidur tepat waktu
 Membaca Al-qur’an
 Membereskan tempat tidur setelah bangun
2) Norma Kebersihan
 selalu membersihkan rumah dengan teratur
 terdapat tanaman dan apotik hidup/ tanaman obat keluarga (TOGA)
 mencuci tangan sebelum makan
3) Norma keindahan
 menata barang-barang atau tanaman dirumah sesuai dengan tempatnya
 tidak membuang sampah sembarangan
 menyiram tanaman dengan rutin

Komponen Lingkungan Hidup


a. Lingkungan Hidup Alami
Lingkungan hidup alami adalah lingkungan yang telah ada di alam tanpa campur
tangan manusia. Contohnya seperti hutan belantara.
b. Lingkungan Hidup Binaan
Lingkungan binaan adalah lingkungan yang sudah direkayasa oleh manusia.
Contohnya seperti sekolah, perumahan dan perkantoran.
c. Lingkungan Hidup Sosial Budaya
Lingkungan social budaya yaitu lingk

Tujuan Lingkungan Hidup


a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki
sikap dan tindakan melindungi dan membina lingkungan hidup.
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana
f. Terlindungnya Negara kesatuan republic Indonesia terhadap dampak usaha dan atau
kegiatan di luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran dan atau perusakan
lingkungan hidup.

Manfaat Membedakan Lingkungan Hidup


1. Alam menyediakan sumber daya bagi manusia namun manusia juga mesti bijak dalam
memanfaatkannya.
2. Menyediakan ruang bagi manusia dan makhluk hidup lainnya untuk beraktivitas dan
berkembangbiak.
3. Memberikan kesempatan bagi manusia terutama untuk bereksplorasi melalui
pengamatan dan penelitian.
4. Membantu manusia mengenal siapa dirinya dan apa peran sertanya dalam
lingkungannya.

B. Keyakinan Terhadap Lingkungan


Science bagaimana pun juga memerlukan agama, paling tidak ketika membicarakan
perubahan iklim global di dunia ini, demikian Mary Evelyn menulis dalam Jurnal Daedalus
edisi Musim Semi 2001. Senada dengan Evelyn, McKibben, seorang ahli lingkungan
memperingatkan kita bahwa lebih dari satu dekade yang lalu, global warming (panas bumi
global) adalah tanda berakhirnya alam. Dan ini akan menjadi isu yang paling menantang di
dunia, termasuk agamawan dan nilai-nilai agama. Karenanya, sebagaimana agama mampu
berperan penting dalam membangun perubahan sosial politik, agama juga ditantang pada
abad 21 ini untuk mempunyai kontribusi dalam pemecahan masalah lingkungan.
Agama adalah sesuatu yang bukan hanya sekedar kepercayaan terhadap sesuatu yang
transenden (Tuhan) atau kepercayaan akan adanya kehidupan setelah kematian. Agama juga
harus berarti orientasi terhadap kosmos dan bagaimana peran kita di dunia. Kita mengerti
bahwa dalam arti yang luas agama juga adalah berarti bagaimana manusia mengenal batas-
batas realitas dan bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Agama sering
berbicara tentang kisah-kisah kosmologis, sistem dan simbol, praktek ritual, norma dan etika,
proses sejarah, dan struktur institusi yg mentransmisikan pandangan bahwa manusia sebagai
bagian yang menyatu di dunia mempunyai arti dan tanggung jawab terhadap alam1.
Agama juga merupakan salah satu dari cara pandang manusia terhadap alam (diri dan
dunia) serta realitas infra human. Cara pandang tersebut menemukan wujudnya dalam dua
norma kehidupan, yaitu norma etika dan norma ritual. Etika merupakan norma prilaku
individu manusia beragama terhadap sesama manusia dan realitas propan lainnya. Sedangkan
ritual merupakan norma prilaku individu manusia beragama terhadap realitas sakral. Ritual,
selain sebagai sistem etik juga merupakan suatu proses sakralisasi (inisiasi) terhadap realitas
propan. Dengan demikian realitas propan dipandang sebagai realitas yang memiliki potensi
untuk menjadi realitas sakral. Atau dalam cara pandang lain, bahwa realitas profan pada dasar
terdalamnya (esensi) adalah realitas sakral, karena tidaklah mungkin sesuatu yang profan bisa
diubah menjadi realitas sakral apabila dalam realitas profan itu tidak memiliki potensi-potensi
dasar yang bersifat sacral

C. Kepercayaan Terhadap Lingkungan


LINGKUNGAN MENURUT PANDANGAN LIMA AGAMA
1. PANDANGAN ISLAM
Pandangan sekuler di Eropa memandang alam sebagai objek yang harus dieksploitasi
demi kepentingan dan kenyamanan manusia. Menurut Syyed Hosen Nasr, salah seorang
pemikir Islam terkemuka dari Iran berkata bahwa pengaruh paham sekuler yang melenyapkan
dimensi spiritual dalam kehidupan Barat, maka alam pun kemudian dipandang seperti
”seorang pekerja seks komersial (PSK)”. Yaitu hanya dinikmati sepuasnya tanpa rasa cinta
dan tanggung jawab. Akibatnya, lanjut Nasr, alam mengalami kerusakan dari waktu ke waktu
karena keserakahan manusia yang tidak memiliki cinta, kasih sayang dan tanggung jawab
terhadap kelestariaannya. Ini tentu saja berbeda dengan perspektif agama (Al-Quran) yang
memandang manusia sebagai "wakil" Allah di Bumi (QS Al Baqarah: 30)2.
Selain itu, pandangan keliru terhadap alam sebagai sekadar objek untuk dieksploitasi
manusia tidak sesuai dengan paham ajaran Islam (Al-Quran dan Sunnah) yang merupakan
landasan teologis umat Islam, yaitu bahwa semua makhluk Allah bertasbih kepada Allah
termasuk alam semesta ini. Konsep hidup tersebut telah diperkenalkan Prof. Dr. Harun
Nasution dalam bukunya "Islam Rasional" dalam istilah "berperikemakhlukan" artinya kasih
sayang kepada alam, binatang dan tumbuh-tumbuhan baik yang masih hidup ataupun yang
sudah mati karena semua itu adalah berasal dari ciptaan Tuhan. Sebaliknya makhluk yang
tidak mempunyai "perikemakhlukan" maka akan mendapatkan kesengsaraan (neraka).
Berkaitan dengan pandangan di atas maka semakin jelaslah bahwa bencana alam terjadi
adalah karena ulah, sikap dan perbuatan manusia sendiri yang merusak alam. Tindakan
seperti itu dalam agama disebut sebagai ”fasad”, yaitu tindakan yang mengakibatkan
kerusakan, disharmoni dan ketidakseimbangan (tidak "berperikemakhlukan")2.
Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan manusia di muka
bumi, termasuk juga mengenai bagaimana manusia dalam menjaga lingkungannya. Islam
memberikan pandangan tersendiri terhadap lingkungan atau alam, karena manusia diciptakan
sebagai khalifah di muka bumi, yang harus menjaga dan melestarikan bumi3.
Islam adalah agama yang lengkap, serba cakup, termasuk yang berkaitan dengan
lingkungan. Islam juga merupakan agama yang sangat memperhatikan lingkungan (eco-
friendly) dan keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak ayat Al-Qur’an dan teks Al-Hadist
yang menjelaskan, menganjurkan bahkan mewajibkan manusia untuk menjaga kelangsungan
kehidupannya dan kehidupan makhluk lain di bumi, walaupun dalam situasi yang sudah
kritis. Ayat yang berkaitan dengan alam dan lingkungan (fisik dan sosial) ini dalam Al-
Qur’an bahkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan
ibadah khusus (mahdhoh)6.
Islam adalah sebuah jalan hidup yang merupakan konsekuensi dari pernyataan atau
persaksian (syahadah) tentang keesaan Tuhan (tauhid). Syari’ah adalah sebuah sistem pusat-
nilai untuk mewujudkan nilai yang melekat dalam konsep (nilai normatif) atau ajaran Islam
yakni tauhid, khilafah, amanah, halal dan haram. Berdasarkan atas pengertian ini maka
ajaran (konsep) atau pandangan Islam tentang lingkungan pun pada dasarnya dibangun atas
dasar 5 (lima) pilar syariah tersebut yakni : 1) tauhid, 2) khilafah, 3) amanah, 4)
keseimbangan (i’tidal) dan 5) istishlah. Untuk menjaga agar manusia bisa berjalan menuju
tujuan penciptaannya maka (pada tataran praktis) kelima pilar syariah ini dilengkapi dengan 2
(dua) rambu utama yakni : 1) halal dan 2) haram. Kelima pilar dan dua rambu tersebut bisa
diibaratkan sebagai sebuah “bangunan“ untuk menempatkan paradigma lingkungan secara
utuh dalam perspektif Islam6.
Menurut Islam (Al-Quran) alam bukan hanya benda yang tidak berarti apa-apa selain
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Alam dalam pandangan Islam (Al-
Quran) adalah tanda (ayat) “keberadaan” Allah. Alam memberikan jalan bagi manusia untuk
mengetahui keberadaan-Nya. Allah berfirman,”Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin,”(QS Adz-Dzariyat [51]:20)7.
Dalam Al-Quran banyak ditemukan ketika berbicara tentang alam dilanjutkan dengan
anjuran untuk berfikir, memahami, mengingat, bersyukur, dan bertafakkur. Semua ini akan
mengantarkan manusia kepada sesuatu yang Maha Mutlak yang menciptakan alam dengan
keharmonisan hukum-hukum yang mengaturnya. Alam adalah tanda-tanda (ayat) Allah,
dalam artian bahwa alam mengabarkan akan keberadaan Allah sebagai pencipta alam. Alam
adalah manifestasi dari seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah. Misalnya, tumbuh-
tumbuhan merefleksikan sifat-sifat Ilahi berupa pengetahuan karena tumbuh-
tumbuhan “tahu” bagaimana menemukan makanan dan cahaya, buah-buahan
memanifestasikan anugerah dan karunia Allah, dan hewan mencerminkan empat sifat Ilahi;
kehidupan, pengetahuan, keinginan, dan kekuasaan7.
Karena alam adalah lokus manifestasi dari seluruh nama-nama dan sifat-sifat Ilahi,
maka merusak alam berarti merusak “wajah” atau tanda (ayat) Tuhan di muka bumi.
Manusia, terutama umat Islam, harus memperlakukan dengan baik karena ia adalah tangga
untuk merenungi kemahakuasaan Allah. Renungan akan keindahan dan keharmonisan alam
akan mengantarkan kaum Muslim menjadi orang-orang bertaqwa. Dalam Al-Quran, Allah
menyatakan bahwa alam diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Allah berfirman,
”Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir,” (QS Al-Jatsiyah
[45]:13). Ayat inilah yang menjadi landasan teologis pembenaran pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Islam tidak melarang
memanfaatkan alam, namun ada aturan mainnya. Manfaatkan alam dengan cara yang baik
(bijak) dan manusia bertanggungjawab dalam melindungi alam dan lingkungannya serta
larangan merusaknya7.
Manusia sebagai khalifah (wakil atau pengganti) Allah, salah satu kewajiban atau
tugasnya adalah membuat bumi makmur. Ini menunjukkan bahwa kelestarian dan kerusakan
alam berada di tangan manusia. Dalam Islam (Al-Quran), hak mengelola alam tidak dapat
dipisahkan dari kewajiban untuk memelihara kelestariannya (sinergi keduanya). Mengelola
alam harus diiringi dengan usaha-usaha untuk melestarikannya. Banyaknya ayat Al-Quran
yang membicarakan larangan merusak bumi, mengindikasikan kewajiban umat Islam untuk
memelihara kelestarian dan keasrian bumi. Setiap perusakan lingkungan haruslah dilihat
sebagai perusakan terhadap diri sendiri. Tuntunan moral Islam dalam mengelola alam adalah
larangan serakah dan menyia-nyiakannya (baca; QS Al-A’raf [7]:31 dan QS Al-Isra [17]:27),
serta banyak penjelasan tentang lingkungan ini melalui hadist-hadist Nabi Muhammad SAW.
Manusia harus mengiringi alam bertasbih memuji Allah, antara lain memelihara kelestarian
alam dan mengarahkannya ke arah yang lebih baik (islah), dan bukannya melakukan
perusakan di muka bumi (fasad fi al-ardl). Sekali lagi, Islam membolehkan pengelolaan bumi
dan pemanfaatannya dengan syarat kelestarian dan keberlangsungannya, jangan sampai
merusak habitat alam.
a. Islam Agama Rahmatan Lil Alamin
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang
membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan,
tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-
Anbiya ayat 107 yaitu:
‫س ْلنَاكَ َو َما‬
َ ‫ِل ْل َعالَ ِمينَ َرحْ َمةً ِإال أَ ْر‬
Yang artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”3.
Islam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah.
Demikian tinggi, indah dan terperinci aturan Sang Maha Rahman dan Rahim ini,
sehingga bukan hanya mencakup aturan bagi sesama manusia saja, melainkan juga
terhadap alam dan lingkungan hidupnya. Lihat saja sabda Rasulullah sebagaimana yang
terdapat dalam Hadis riwayat al-Imam al-Hakim, “Siapa yang dengan sewenang-wenang
membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta
pertanggungjawaban kepadanya”. Burung tersebut mempunyai hak untuk disembelih dan
dimakan, bukan dibunuh dan dilempar. Sungguh begitu indahnya Islam itu bukan?
Dengan hewan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan
jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, maka akan sungguh
indah dan damainya dunia ini. Dalam konteks inilah mungkin, ayat tersebut di atas
mendapat maknanya yang lebih spesifik.
Menyitir ayat lain yang menyatakan bahwa Allah telah “menundukkan” alam
semesta untuk manusia, bisa dimaknai bahwa pada sejak awal manusia turun ke dunia
(alam semesta) ini, alam semesta telah berada dalam keadaan “sakral”. Karena, tentunya
kata “menundukkan” tidak bisa dimaknai bahwa alam sebagai rival yang Tuhan
tundukkan. Kata menundukkan dalam hal ini merupakan makna majazi yang bisa saja
diartikan sebagai proses inisiasi, sakralisasi realitas propan. Oleh karena itu, pikiran dan
prilaku yang berorientasi dan berakibat pada kerusakan alam merupakan pikiran dan
prilaku kontra produktif dengan yang telah Allah lakukan. Konsep bahwa Allah telah
menundukkan alam bagi manusia secara umum lebih dipahami secara konsumtif dan
eksploitatif. Yaitu bahwa Allah menundukkan alam untuk (sehingga) manusia bisa
menggunakannya secara optimal bagi kehidupan dan kesejahteraannya. Kehidupan dan
kesejahteraan dalam makna yang sangat sempit yang cenderung eksploitatif dan
destruktif. Pemberdayaan sumber alam dengan tanpa rasa tanggung jawab.
Dalam pandangan Islam, alam semesta termasuk bumi seisinya adalah ciptaan
Tuhan dan diciptakan dalam kesetimbangan, proporsional dan terukur atau mempunyai
ukuran-ukuran, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Bumi yang merupakan planet
dimana manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya, terdiri atas berbagai unsur
dan elemen dengan keragaman yang sangat besar dalam bentuk, proses dan fungsinya.
Berbagai unsur dan elemen yang membentuk alam tersebut diciptakan Allah untuk
memenuhi kebutuhan manusia dalam menjalankan kehidupannya di muka bumi,
sekaligus merupakan bukti Ke-Mahakuasaan dan Ke-Mahabesaran Sang Pencipta dan
Pemelihara alam.
Alam merupakan sebuah entitas atau realitas (empirik) yang tidak berdiri sendiri,
akan tetapi berhubungan dengan manusia dan dengan realitas yang gaib dan supra-
empirik. Alam mempunyai eksistensi riil, objektif serta bekerja sesuai dengan hukum-
hukum yang berlaku tetap (qadar) bagi alam. Manusia merupakan bagian tak terpisahkan
dari alam. Sebagai bagian dari alam, keberadaan manusia di alam adalah saling
membutuhkan, saling terkait dengan makhluk yang lain. Dengan hadirnya Islam, maka
alam ini tetap menjadi makmur sehingga kehidupan manusia akan tetap terjaga3.

b. Kewajiban Umat Islam Terhadap Lingkungan


Islam memang menyuruh kita untuk menjaga lingkungan dan juga meminta untuk
terus kita lestrikan keseimbangannya. Sejak penciptaan alam semesta, Allah swt telah
memberlakukan sunatullah bagi ciptaanNya sehingga senantiasa dalam keteraturan dan
keseimbangan atau dikenal dengan “hukum alam”. Secara alamiah, alam akan
memperbaiki dirinya sendiri bila terjadi ketidakseimbangan/ketidakteraturan akibat
adanya kerusakan oleh alam itu sendiri dan manusia. Islam menganjurkan kita
memelihara alam dan ekosistemnya. Bila ekosistem terpelihara dan terjaga baik maka
akan memenuhi fungsinya dan mencapai dimaksud serta tujuan penciptaannya oleh Allah
bagi kesejahteraan manusia dan makhluk lain pada masa sekarang dan mendatang.
Tindakan manusia yang cenderung melampui batas dalam pemanfaatan potensi alam
dapat mengakibatkan kerusakan dan menuai bencana5.
Tuntunan Islam tentang keseimbangan alam sangatlah jelas sebagaimana firman
Allah swt: “Allah menjadikan tujuh langit, kamu sama sekali tidak melihat sesuatu yang
tidak seimbang/serasi di dalam ciptaan Allah Yang Maha Rahman. Lihatlah berulang
kali dengan teliti, adakah kamu temui sesuatu yang tidak seimbang/serasi” (QS. Al-
Mulk: 3).
Petikan ayat di atas menjelaskan bahwa alam semesta yang diciptakan Allah
dalam keadaan seimbang dan serasi. Kemudian, firman dalam ayat lain: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah (Adam dari golongan manusia) di muka bumi...
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada malaikat...” (QS. Al-Baqarah: 30 dan 31).
Dengan dasar itulah manusia diberikan Allah kemampuan menundukkan alam dan
membangun konsep-konsep ilmiah dari yang bersifat abstrak hingga yang konkret yang
menjadi dasar bagi perkembangan Iptek. Tunduknya alam di bawah kewenangan manusia
dengan izin Allah, tidaklah serta merta memposisikan manusia sebagai penakluk dan
alam sebagai yang ditaklukan. Tetapi kewenangan yang diberikan Sang Khalik adalah
kewenangan untuk memanfaatkan maksud dan tujuan penciptaan alam tersebut.
Lingkungan menurut Islam mencakup semua usaha kegiatan manusia dalam sudut
ruang dan waktu. Ruang lingkup lingkungan mencakup bumi, air, hewan dan tumbuh-
tumbuhan serta semua yang ada di atas dan di dalam perut bumi, yang semuanya
diciptakan Allah untuk kepentingan umat manusia untuk menunjang kelangsungan
hidupnya. Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta
untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk
manusia. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta
pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam rangka
tanggung jawab sebagai khalifah Allah tersebut, manusia mempunyai kewajiban untuk
memelihara kelestarian alam. Seperti dalam firman Allah yang berbunyi:
‫سنَ َك َما َوأَحْ س ِْن‬
َ ْ‫َّللاُ أَح‬ َ َ‫ض فِي ْالف‬
َّ َ‫سادَ تَبْغِ َوال ِإلَيْك‬ ْ ‫َّللاُ آتَاكَ فِي َما َوا ْبت َغِ ِإ َّن‬
ِ ‫األر‬ َّ ‫َّار‬
َ ‫اآلخ َرةَ الد‬ َ ‫َصيبَكَ تَ ْن‬
ِ ‫س َوال‬ ِ ‫الدُّ ْنيَا ِمنَ ن‬
َ َّ ‫ْال ُم ْف ِسدِينَ ي ُِحبُّ ال‬
‫َّللا‬
Yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dan
janganlah kamu melupakan bahagiamu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah
kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang berbuat kerusakan” (Q.S. Al-Qashash: 73.
Allah mencipta dan menjadikan alam ini untuk kemaslahatan manusia, untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat baik jumlah maupun jenisnya. Ini
sudah dapat dipastikan membutuhkan sumber daya alam yang tidak sedikit. Tetapi
pemanfatannya haruskan dengan penuh kearifan dan perlu ada usaha memperbaikinya.
Dengan adanya kearifan mengedepankan kelestarian alam, sehingga sumber daya alam
tidak terkuras dan tidak merusak, bahkan justru dapat melestarikan potensi dan fungsi
alam serta memelihara kebutuhan makhluk Tuhan. Akan tetapi segala kegiatan
pembangunan yang dilakukan menurut hawa nafsu, tentunya akan mendatangkan
bencana bagi manusia. Kelestarian dan keseimbangan alam ini harus menjadi tolok ukur
dalam pembangunan dan agama menjadi pedomannya.
Bagi umat Islam, usaha pelestarian lingkungan bukan hanya semata-mata karena
tuntutan ekonomis atau politis atau karena desakan program pembangunan nasional.
Usaha pelestarian lingkungan harus dipahami sebagai perintah agama yang wajib
dilaksanakan oleh manusia bersama-sama. Setiap usaha pengelolaan dan pelestarian
lingkungan hidup secara baik dan benar adalah ibadah kepada Allah SWT yang dapat
memperoleh karunia pahala. Sebaliknya, setiap tindakan yang mengakibatkan kerusakan
lingkungan hidup, pemborosan sumber daya alam, dan menelantarkan alam ciptaan Allah
adalah perbuatan yang dimurkai-Nya.
Allah swt berfirman: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS. Ar-
Ruum: 41). “Apa saja musibah yang menimpa kamu, disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan itu” (QS. Asy-
Syuura: 30).
Peringatan Allah dalam petikan ayat di atas cukup lugas dan keras. Allah akan
menurunkan azab (bencana) di bumi bila manusia yang telah diberi amanah tidak mampu
menjalankan amanah sesuai ketentuanNya, atau malah dengan sombong dan mengikuti
hawa nafsu melakukan pengrusakan di muka bumi dengan dalih melakukan
pembangunan.
Larangan merusak lingkungan alam terefleksi dalam konvensi keanekaragaman
hayati yang ditandatangani oleh 153 negara pada Konferensi Rio de Janeiro, Brasil,
menitikberatkan pada larangan merusak habitat hewan, tumbuhan dan lingkungan
(alam). Sebenarnya Islam telah lebih awal mengajarkan agar manusia senantiasa berbuat
baik pada makhluk lain (tumbuhan, hewan dan alam) seperti yang dikisahkan Al-Quran
tentang Nabi Shalih AS, Daud AS, Sulaiman AS dan Nabi Muhammad SAW (santun
terhadap tumbuhan, hewan dan alam).
Manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara alam untuk keberlanjutan
kehidupan, tidak hanya bagi manusia saja akan tetapi bagi semua makhluk hidup yang
lainnya. Tindakan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan dan
mengabaikan asas pemeliharaan dan konservasi sehingga mengakibatkan terjadinya
degradasi dan kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yang dilarang (haram) dan
akan mendapatkan hukuman. Sebaliknya manusia yang mampu menjalankan peran
pemeliharaan dan konservasi alam dengan baik, maka baginya tersedia balasan ganjaran
dari Allah SWT.
Manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, berhubungan pula dengan alam
sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Dalam berhubungan dengan Tuhan, manusia
memerlukan alam sebagai sarana untuk mengenal dan memahami Tuhan (yakni: alam
adalah ayat-ayat kauniyah Tuhan). Manusia juga memerlukan alam (misalnya: pangan,
papan, sandang, alat transportasi dan sebagainya) sebagai sarana untuk beribadah kepada
Allah SWT. Hubungan manusia–alam ini adalah bentuk hubungan peran dan fungsi,
bukan hubungan sub-ordinat (yakni: manusia adalah penguasa alam). Sementara itu alam
berhubungan pula dengan Tuhan yang menciptakannya dan mengaturnya. Jadi alam pun
tunduk terhadap ketentuan atau hukum-hukum atau qadar yang telah ditetapkan oleh
Yang Maha Memelihara alam. Agar manusia bisa memahami alam dengan segala
hukum-hukumnya, manusia harus mempunyai pengetahuan dan ilmu tentang alam.
Dengan demikian, upaya manusia untuk bisa memahami alam dengan pengetahuan dan
ilmu ini pada hakekatnya merupakan upaya manusia untuk mengenal dan mamahami
yang Menciptakan dan Memelihara alam, agar bisa berhubungan denganNya.

c. Sikap Ramah Lingkungan dalam Pandangan Islam


Melalui Kitab Suci Al-Qur’an, Allah telah memberikan informasi spiritual kepada
manusia untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Informasi tersebut memberikan
sinyalamen bahwa manusia harus selalu menjaga dan melestarikan lingkungan agar tidak
menjadi rusak, tercemar bahkan menjadi punah, sebab apa yang Allah berikan kepada
manusia semata-mata merupakan suatu amanah. Islam adalah agama yang mengajarkan
kepada umatnya untuk bersikap ramah lngkungan. Sikap ramah lingkungan yang
diajarkan oleh agama Islam kepada manusia dapat dirinci sebagai berikut:

 Agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta


melestarikannya
Di dalam Al-Quran surat Ar Ruum ayat 9 Allah SWT berfirman: “Dan apakah
mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan
bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang
itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta
memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah
datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang
nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi
merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri4.”
Pesan yang disampaikan dalam surat Ar Ruum ayat 9 di atas menggambarkan
agar manusia tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan yang
dikhawatirkan terjadinya kerusakan serta kepunahan sumber daya alam, sehingga
tidak memberikan sisa sedikitpun untuk generasi mendatang. Untuk itu Islam
mewajibkan agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta
melestarikannya. Mengolah serta melestarikan lingkungan tercermin secara
sederhana dari tempat tinggal (rumah) seorang muslim.
Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh
Thabrani: Dari Abu Hurairah: “Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang
mampu kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip
kebersihan. Dan tidak akan masuk syurga, kecuali orang-orang yang bersih.”
(HR. Thabrani). Dari Hadits di atas memberikan pengertian bahwa manusia tidak
boleh kikir untuk membiayai diri dan lingkungan secara wajar untuk menjaga
kebersihan agar kesehatan diri dan keluarga/masyarakat kita terpelihara. Demikian
pula, mengusahakan penghijauan di sekitar tempat tinggal dengan menanamkan
pepohonan yang bermanfaat untuk kepentingan ekonomi dan kesehatan, disamping
juga dapat memelihara peredaran udara yang kita hisap agar selalu bersih, bebas
dari pencemaran.
 Agar manusia tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan

Di dalam surat Ar Ruum ayat 41 Allah SWT memperingatkan bahwa


terjadinya kerusakan di darat dan di laut akibat ulah manusia. Serta surat Al
Qashash ayat 77 menjelaskan sebagai berikut: “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Kedua Firman Allah SWT ini menekankan agar manusia berlaku ramah
terhadap lingkungan (environmental friendly) dan tidak berbuat kerusakan di
muka bumi ini.
Dari keterangan di atas, jelaslah aturan-aturan agama Islam yang
menganjurkan untuk menjaga kebersihan dan lingkungan. Semua larangan
tersebut dimaksudkan untuk mencegah agar tidak mencelakakan orang lain,
sehingga terhindar dari musibah yang menimpahnya. Islam memberikan panduan
yang cukup jelas bahwa sumber daya alam merupakan daya dukung bagi
kehidupan manusia, sebab fakta spritual menunjukkan bahwa terjadinya bencana
alam seperti banjir, longsor, serta bencana alam lainnya lebih banyak didominasi
oleh aktifitas manusia. Allah SWT Telah memberikan fasilitas daya dukung
lingkungan bagi kehidupan manusia.

 Agar manusia selalu membiasakan diri bersikap ramah terhadap lingkungan


Di dalam Surat Huud ayat 117, Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan
Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim,
sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” Fakta spritual yang
terjadi selama ini membuktikan bahwa Surat Huud ayat 117 benar-benar terbukti.
Perhatikan bencana alam banjir di Jakarta, tanah longsor yang di daerah-daerah di
Jawa Tengah, tumpukan sampah dimana-mana, polusi udara yang tidak terkendali,
serta bencana alam di daerah atau di negara lain membuktikan bahwa Allah tidak
akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, melainkan penduduknya terdiri
dari orang-orang yang tidak berbuat kebaikan terhadap lingkungan.
Sementara itu, pada surat Al-Baqarah ayat 30 Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
Kekhalifahan menuntut manusia untuk memelihara, membimbing dan
mengarahkan segala sesuatu agar mencapai maksud dan tujuan penciptaanNya4.”
Al-Quran tidak mengenal istilah penaklukan alam karena secara tegas Al-
Quran menyatakan bahwa yang menaklukan alam untuk manusia adalah Allah.
Secara tegas pula seorang muslim diajarkan untuk mengakui bahwa ia tidak
mempunyai kekuasaan untuk menundukkan sesuatu kecuali dengan penundukan
Allah.
d. Kontemplasi Bagi Umat Islam
Secara ekologis pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang
tidak dapat ditawar oleh siapapun dan kapanpun. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan
tidak boleh tidak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan secara spiritual fiqhiyah
Islamiyah, Allah SWT memiliki kepedulian ekologis yang paripurna. Paling tidak dua
pendekatan ini memberikan keseimbangan pola pikir bahwa lingkungan yang baik berupa
sumber daya alam yang melimpah yang diberikan Allah SWT kepada manusia tidak akan
lestari dan pulih (recovery) apabila tidak ada campur tangan manusia. Hal ini diingatkan
oleh Allah dalam Surat Ar Ra’d ayat 11: yang artinya : “Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri8.”
Umat Islam selalu berkeyakinan untuk tidak terperosok pada kesalahan yang
kedua kalinya. Kejadian yang sangat dasyat yang kita alami akhir-akhir ini, sebut saja
bencana alam Tsunami misalnya, pencemaran udara, pencemaran air dan tanah, serta
sikap rakus pengusaha dengan menebang habis hutan tropis melalui aktifitas illegal
logging, serta sederet bentuk kerusakan lingkungan hidup lainnya, haruslah menjadi
pelajaran yang sangat berharga. Hal ini ditegaskan oleh dalam firmanNya di dalam surat
Al-Hasyr ayat 2: yang artinya: ”Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran,
hai orang-orang yang mempunyai pandangan.”
Bersikaplah menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta
melestarikannya, tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan, dan selalu membiasakan
diri bersikap ramah terhadap lingkungan.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa kasih sayang kepada binatang dan
tumbuhan dalam rangka memelihara dan melindungi lingkungan hidup, adalah ajaran
yang sangat fundamental dalam ajaran agama khususnya Islam. Ajaran ini berasal dari
konsep tauhid yang mengandung arti bahwa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan
benda yang tidak bernyawa lainnya, semuanya adalah makhluk Tuhan, dan semuanya
tunduk kepada-Nya.

2. PANDANGAN KRISTEN DAN KATOLIK


Sebagai mahkota ciptaan, manusia diberi mandat oleh Allah untuk menaklukkan dan
menguasai bumi beserta isinya. Penaklukkan dan penguasaan disini bukanlah penaklukkan
dan penguasan tanpa batas melainkan di dalamnya terdapat unsur pemeliharaan dan
perlindungan terhadap bumi dan segala isinya. Mengapa? Sebab manusia dijadikan menurut
gambar dan rupa Allah adalah untuk memelihara lingkungan hidupnya disamping
memanfaatkannya dan bukan merusaknya.
Iman Kristen memahami kerusakan lingkungan hidup sebagai bagian dan wujud dari
perilaku manusia yang tidak sejalan dengan tujuan Tuhan menciptakan alam semesta.
Memelihara bumi dan tidak merusak ekosistem adalah bukti penguasaan diri manusia. Dunia
adalah tempat tinggal bersama yang sesama penghuninya hidup bergantung. Wujud kuasa
manusia atas alam terlihat dalam batasan mandat untuk memeliharanya. Perilaku ramah
lingkungan adalah bagian iman, salah satu ujian iman yang membumi. Maka, bencana alam
yang sedang mendera kita bukan hanya fenomena alam, tetapi karena kelalaian kita sebagai
pelaksana mandat Allah untuk mengelola bumi ini sebaik mungkin.
Alkitab memperingatkan bahwa kerusakan alam selama ini adalah karena ulah dan
kejahatan manusia. Mazmur (107:33-34), misalnya, menyatakan: “Dibuat-Nya sungai-sungai
menjadi padang gurun, dan pancaran-pancaran air menjadi tanah gersang, tanah yang
subur menjadi padang asin, oleh sebab kejahatan orang-orang yang diam di dalamnya“.
Alkitab sebenarnya tidak pernah menyaksikan bahwa Tuhan memberikan hak kepada
manusia untuk menguasai dan mengusahakan alam dan sumber dayanya secara eksploitatif
dan seenaknya. Sebaliknya, manusia dituntut tanggung jawabnya untuk memelihara dan
mengasihi segala ciptaan-Nya.
Dalam umat Kristiani (Katholik) dikenal Santo Francis Assisi, atas sikap beliau yang
menghormat pada setiap makhuk hidup. Dengan menyaksikan setiap makhluk yang
ditemuinya, maka dia melihat ada keberadaan Tuhan. Diriwayatkan pula, St. Francis, dalam
sebuah perjalanannya, melihat sekelompok burung, kemudian beliau meninggalkan
rombongan, mendatangi kelompok burung tersebut lalu membacakan firman Tuhan dan
berdoa:” Saudara-saudaraku para burung, seharusnya kalian bersyukur kepada sang
Penciptamu, dan mencintaiNya, Dia memberimu bulu yang indah sebagai pakaian, serta
sayap yang membuatmu dapat terbang kemana pun yang kau mau. Tuhan telah memberikan
kekuasaanya atas mu dibandingkan ciptaanNya yang lain, memberimu ruang gerak di udara
segar, sehingga saat terbang kamu tidak pernah tertubruk atau tidak pernah pula terjatuh.
Dialah yang melindungimu dari mara bahaya dan mengatur hidupmu tanpa kamu
merasakannya.”
Didalam Kejadian 1:1 – 2:3 memperlihatkan bahwa seluruh ciptaan Allah pada
hakikatnya adalah baik. Ini berarti pada setiap ciptaanNya itu terdapat harkat dan martabat
yang harus dihargai oleh ciptaan lainnya karena Allah memberikan dan menyatakannya.
Selain itu, pada segenap ciptaanNya Ia menetapkan struktur keseimbangan dan saling
ketergantungan antara satu ciptaan dengan ciptaan lainnya.
Pada kejadian 9:8 dan 17 diceritakan bahwa Allah mengikat perjanjian tidak saja
kepada Nuh dan keluarganya (manusia) melainkan juga kepada segenap alam ciptaanNya.
Manusia diciptakan sebagai bagian dari seluruh ciptaan sekaligus sebagai penatalayan ciptaan
Allah yang lain (Kejadian 1:26-27; 2:7); ditugaskan untuk memakai dan memelihara
bumi/ciptaan lain (Kejadian 2:15), tidak semata-mata untuk menguasai dan menaklukkannya.
Aspek khusus dari penciptaan manusia sebagai Gambar Allah dinampakkan dalam tugas
memelihara dan menjaga ciptaan seperti Allah memelihara ciptaan-Nya. Pandangan ini
melampaui lukisan bahwa manusia boleh memperlakukan alam semena-mena, melainkan
manusia harus menghargainya yang mempunyai nilai yang tinggi sebagai ciptaan Allah.
Kejadian 1:2 tidak memberitakan bahwa Allah menciptakan dari ketiadaan melainkan Ia
mengubah ”Chaos” (ketidakberaturan) menjadi sesuatu yang berbentuk baik. Sebagai wakil
Allah di Bumi, manusia bertanggung jawab untuk mengontrol aneka kekuatan chaos.
Perspektif lingkungan dalam Kitab Kejadian sering dibaca berat sebelah dengan menekankan
penguasaan manusia atas alam. Padahal, nuansa kekuatan dalam verba “menaklukkan” dan
“menguasai” lebih berarti agar manusia menyelidiki alam, mempelajari hukum-hukumnya,
mengeksplorasinya. Dalam aras pemikiran ini maka manusia dapat berpartisipasi dalam
penciptaan apabila mengubah yang tidak berbentuk menjadi berbentuk, dari yang kotor
menjadi bersih ,dan dari yang layu menjadi segar dan berbuah.
Perjanjian Baru sendiri mempunyai pandangan yang positif terhadap alam. Di dalam
Injil dan Surat Rasuli ditegaskan bahwa kedatangan Yesus Kristus ke dunia untuk menebus/
menyelamatkan seluruh dunia (Yohanes 3:16), dan bahwa pendamaian yang dilakukan Yesus
Kristus di salib adalah untuk seluruh dunia/ciptaan (II Korintus 5:19; Kolose 1:20). Ini berarti
tindakan penyelamatan Alah tidak saja ditujukan kepada manusia melainkan juga kepada
ciptaan Allah lainnya. Oleh sebab itu, manusia hendaknya mempunyai relasi yang baik
dengan alam ciptaan Tuhan.

3. PANDANGAN HINDU
Di dalam Mahabaratha terdapat keterangan bahwa alam adalah pernberi segala
keinginan dan alam adalah sapi perah yang selalu mengeluarkan susu (kenikmatan) bagi yang
menginginkannya. Ungkapan ini mengandung arti bahwa bumi atau alam yang diibaratkan
sebagai sapi perah harus dipelihara dengan baik sehingga banyak mengeluarkan kebutuhan
yang diperlukan oleh manusia. Kalau sapi perah itu tidak dipelihara, apalagi dibantai, niscaya
ia tidak akan mengeluarkan susu lagi untuk kehidupan manusia. Dengan kata lain, alam ini
apabila dieksploitasi akan membuat manusia sengsara4. Beberapa contoh ajaran Hindu yang
berkaitan dengan lingkungan yaitu1:
Jangan menebang pohon karena mereka melenyapkan polusi ~ Rig Veda, 6:48:17.
Penghancuran hutan dapat dianggap sebagai pengrusakan negara dan penanaman hutan
kembali adalah tindakan untuk membangun kembali dan membuat kemajuan.
~ Charak Sanhita
Bila hanya ada satu pohon dengan bunga dan buah di dalam sebuah desa, tempat itu patut
Anda hargai ~ Mahabharata.
Bumi adalah Ibu kita dan kita semua adalah Anak-Anaknya ~ Vedic dictum.
Seseorang yang menanam satu peepal, satu neem, sepuluh tanaman bunga atau tanaman
yang merambat, dua pohon delima, dua jeruk, dan lima mangga, tidak akan pergi ke neraka
~ Varaha Purana.
Sungai-sungai adalah pembuluh darah Tuhan, samudra adalah darah-Nya, dan pohon-
pohon adalah rambut di tubuh-Nya. Udara adalah nafas-Nya, bumi adalah daging-Nya,
langit adalah perut-Nya, bukit-bukit dan pegunungan adalah sumsum tulang-Nya, dan waktu
yang berlalu adalah gerakan-Nya ~ Srimad Bhagavatam 2.1.32-33.

4. PANDANGAN BUDDHA
Dalam Karaniyametta Sutta disebutkan, “…hendaklah ia berpikir semoga semua
makhluk berbahagia. Makhluk hidup apapun juga, yang lemah dan yang kuat tanpa kecuali,
yang panjang atau yang besar, yang sedang, pendek, kecil atau gemuk, yang tampak atau tak
tampak, yang jauh ataupun yang dekat, yang terlahir atau yang akan lahir, semoga semua
makhluk berbahagia“. Hal ini mengandung arti bahwa agama Budha menolak terjadinya
pencemaran dan perusakan alam dan segenap potensinya. Beberapa contoh ajaran Buddha
yang berkaitan dengan lingkungan yaitu:
Maka, dengan hati tanpa batas, seseorang seharusnya menghargai semua makhluk hidup,
memancarkan kebaikan ke seluruh dunia, menyebarkannya hingga ke atas langit, dan ke
bagian Bumi yang terdalam, ke luar dan tak terbatas ~ Sutra Kasih, "Kebaikan Hati".
Jika kita dapat melihat keajaiban dari sekuntum bunga dengan jelas, seluruh hidup kita
akan berubah ~ Buddha Siddhartha, Kitab Tipitaka, 80 S.M.
Rajah Koravya memiliki sebuah pohon raja banyan yang dinamakan Tabah, dan
kerindangan yang diberikan oleh cabang-cabang yang melebar sangatlah menyejukkan dan
menyenangkan. Daunnya rimbun sampai dua belas gerombol... Tidak ada yang menjaga
buahnya, dan tidak ada yang menyakiti yang lain demi buahnya. Kini datanglah seorang
manusia yang memakan buah untuk mengisi perutnya, mematahkan sebuah cabang, dan
pergi. Roh yang mendiami pohon itu berpikir, “Betapa menakjubkannya, betapa
mengherankannya, di mana seorang manusia dapat menjadi sedemikian jahatnya hingga
mematahkan satu cabang pohon ini, setelah mengenyangkan perutnya. Menganggap pohon
ini tidak berbuah lagi.” Lalu sang pohon itu tidak berbuah lagi.
~Anguttara Nikaya iii.368
Seperti lebah yang mengumpulkan madu dengan tidak merusak atau mengusik warna dan
aroma sang bunga; begitu jugalah cara orang yang bijak bergerak melewati dunia.
~ Sang Buddha, Dhammapada: Bunga-Bunga, ayat 49
Hutan adalah makhluk hidup yang khas dengan kebaikan dan kebajikan tak terbatas yang tak
meminta makanan untuk menghidupinya dan dengan murah hati menawarkan apa yang
dihasilkan oleh hidupnya; ia memberikan perlindungan pada semua makhluk.

D. Sikap Terhadap Lingkungan

Menurut Suparno (2004:84), sikap kepedulian lingkungan ditunjukkan dengan


adanya peghargaan terhadap alam. Hakikat penghargaan terhadap alam adalah kesadaran
bahwa manusia menjadi bagian alam, sehingga mencintai alam juga mencintai kehidupan
manusia. Mencintai lingkungan hidup dan alam haruslah diarahkan agar ada sikap untuk
mencintai kehidupan. Jika semua orang mencintai lingkungan hidup dan alam, maka semua
orang akan peduli untuk memelihara kelangsungan hidup lingkungan, tidak pernah merusak
dan mengeksploitasi sehingga di kemudian hari tercipta lingkungan yang menguntungkan
semua manusia yang termasuk bagian dari lingkungan tersebut.
Nenggala (2007 :173 ) berpendapat bahwa indikator seseorang yang peduli
lingkungan adalah :
1. Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
2. Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di
sepanjang perjalanan.
3. Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohin, batu-batu, jalan atau dinding.
4. Selalu membuang sampah pada tempatnya.
5. Tidak membakar sampah di sekitar perumahan.
6. Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan.
7. Menimbun barang-barang bekas.
8. Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.

Berdasarkan pengertian menurut ahli yang pertama yaitu Soerjani, pendidikan


lingkungan hidup adalah pengajaran serta penyebarluasan filsafat dan dasar-dasar
pemahaman tentang lingkungan hidup. Hal ini berarti bahwa pendidikan lingkungan akan
menjadikan peserta didik mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Dengan demikian
sangat diperlukan pendidikan lingkungan hidup di lembaga-lembaga pendidikan baik secara
eksplisit maupun implisit. Sedangkan menurut ahli yang lain dikatakan bahwa sikap
kepedulian lingkungan ditunjukkan dengan adanya peghargaan terhadap alam. Dengan
menghargai alam, contohnya seperti selalu menja kebersihan, menjaga lingkungan sekitar,
suka memelihara tanaman, berarti seseorang memiliki sikap peduli terhadap lingkungan.
Kepedulian lingkungan dapat dinyatakan dengan sikap mendukung atau memihak
terhadap lingkungan, yang dapat diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi-
aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku
yang berhubungan dengan lingkungan. Dari pengertian ini dapat dikatakan pula kepedulian
lingkungan seseorang rendah jika seseorang tidak mendukung atau tidak memihak terhadap
lingkungan dan kepedulian lingkungan tinggi jika seseorang mendukung atau memihak
terhadap lingkungan.

E. Perhatian Terhadap Lingkungan


Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB
tentang lingkungan hiduppada bulan Juni 1972. Pemerintah Indonesiasendiri menaruh
perhatian yang sangat besar dalam menangani masalah lingkungan. Pada saat ini sedang
terjadi perubahan - perubahan yang besar terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup
yaitu semakin menipisnya sumber daya alam, menurunnya kualitas ekosistem alam dan
terjadinya pemanasan global yang makin meningkat.
Berkenaan dengan terjadi perubahan - perubahan yang besar terhadap sumber daya
alam maka perlu di tingkatkan kesadaran masyarakat agar penggunaannya selefektif dan
seefisien mungkin, sebagai perwujutan rasa bersyukur kepada Sang Pencipta, dan menyadari
bahwa penggalian tambang dan penebangan hutan yang terus menerus selama ini telah
menimbulkan dampak yang negatif. Tindakan negatif yang sama yaitu penggunaan bahan
bakar yang berlebihan, penggunaan air yang tidak terkendali dan penangkapan ikan yang
tanpa batas.
F. Tindakan Terhadap Lingkungan
Berkenaan dengan hal tersebut menurut undang - undang RI nomor 32 Tahun 2009
tentang lingkungan hidup menegaskan bahwa pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup yang
meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan dilaksanakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha atau kegiatan sesuai dengan kewenangan,
peran, dan tanggung jawab masing – masing.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Konsep dasar lingkungan hidup antara lain:
a. Lingkungan hidup adalah keseluruhan ruang yang ada di bumi yang terdiri dari air,
tanah, udara, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya.
b. Norma yang mendasari lingkungan hidup adalah norma ketertiban, norma
kebersihan, norma keindahan.
c. Lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu lingkungan alami,
lingkungan binaan, dan lingkungan sosial budaya.
d. Lingkungan hidup yang baik adalah lingkungan hidup yang masing - masing
makhluk hidup dan komponen di dalamnya dapat berinteraksi dengan baik.
e. Lingkungan hidup yang berada di bumi, baik benda mati atau hidup, manusia dan
alam mampu berhubungan secara timbal balik.
Science bagaimana pun juga memerlukan agama, paling tidak ketika membicarakan
perubahan iklim global di dunia ini, demikian Mary Evelyn menulis dalam Jurnal Daedalus
edisi Musim Semi 2001. Senada dengan Evelyn, McKibben, seorang ahli lingkungan
memperingatkan kita bahwa lebih dari satu dekade yang lalu, global warming (panas bumi
global) adalah tanda berakhirnya alam. Dan ini akan menjadi isu yang paling menantang di
dunia, termasuk agamawan dan nilai-nilai agama. Karenanya, sebagaimana agama mampu
berperan penting dalam membangun perubahan sosial politik, agama juga ditantang pada
abad 21 ini untuk mempunyai kontribusi dalam pemecahan masalah lingkungan.
Kepercayaan terhadap lingkungan :

a. Pandangan Agama Islam


b. Pandangan Kristen
c. Pandangan Buddha
d. Pandangan Katholik
Sikap kepedulian lingkungan ditunjukkan dengan adanya peghargaan terhadap alam.
Hakikat penghargaan terhadap alam adalah kesadaran bahwa manusia menjadi bagian alam,
sehingga mencintai alam juga mencintai kehidupan manusia. Mencintai lingkungan hidup
dan alam haruslah diarahkan agar ada sikap untuk mencintai kehidupan.

Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB
tentang lingkungan hiduppada bulan Juni 1972. Pemerintah Indonesiasendiri menaruh
perhatian yang sangat besar dalam menangani masalah lingkungan. Pada saat ini sedang
terjadi perubahan - perubahan yang besar terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup
yaitu semakin menipisnya sumber daya alam, menurunnya kualitas ekosistem alam dan
terjadinya pemanasan global yang makin meningkat.
Berkenaan dengan hal tersebut menurut undang - undang RI nomor 32 Tahun 2009
tentang lingkungan hidup menegaskan bahwa pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Saifudin (1988). Sikap Manusia. Yogyakarta : Liberty.


2. Gunawan, Rudy. (2013). Pendidikan IPS : Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung :
Alfabeta.
3. Keraf, Sonny. (2014). Filsafat Lingkungan Hidup. Alam Sebagai Sebuah Sistem
Kehidupan. Yogyakarta : Kanisius.
4. Sumaatmadja, Nursid. (2012). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya, dan
Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.
5. Suyono & Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep Dasar.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
6. Supardi, Imam. (1985). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni.

Anda mungkin juga menyukai