M DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG DAHLIA RSUD UNGARAN
Correspondence: ekaoktavianib@gmail.com
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini, hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di
beberapa negara maju dan negara berkembang yang berkaitan dengan
pergeseran gaya hidup masyarakat yang cenderung tidak sehat. Penyakit
ini sering dijuluki dengan istilah The Silent Killer atau pembunuh diam-
diam karena kemunculannya yang sering tidak disadari dan tidak
memiliki gejala yang spesifik (Sari, 2017).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah pada dinding arteri
(Anies, 2018). Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua
yaitu hipertensi primer (hipertensi esensial) dan hipertensi sekunder
(hipertensi non esensial). Hipertensi primer bersifat idiopatik atau
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, walaupun sering dikaitkan
dengan faktor risiko pemicu hipertensi seperti gaya hidup, diet, tingkat
aktivitas, dan lain sebagainya. Hipertensi primer terjadi pada sekitar
90% penderita hipertensi (Kementerian kesehatan RI, 2014).
Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa hipertensi
merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia (World Health
Organization, 2013). Menurut Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VIII
(JNC VIII), diperkirakan 1,56 miliar orang dewasa penduduk dunia akan
mengidap hipertensi pada tahun 2025 mendatang (Bell, Twiggs, & Olin,
2015). Sementara itu sesuai dengan hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan
hasil pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun sebesar 34,1%. Hasil
tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil
riskesdas tahun 2013 yaitu 25,8%. (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2018). Pada Provinsi Jawa Tengah sendiri penyakit
hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh penyakit tidak
menular yang dilaporkan, yaitu sebesar 64,83%. Angka tersebut terus
meningkat jika dibandingkan pada tahun 2015 sebesar 57,87% dan tahun
2016 sebesar 60,00% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2017)
Melihat komplikasi hipertensi yang cukup serius seperti
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (stroke), maka dibutuhkan penatalaksanaan khusus untuk
mencegah timbulnya komplikasi dengan tujuan untuk mengontrol
tekanan darah yang dapat dilakukan secara farmakologis dan
nonfarmakologis. British Hypertension Society (2009) menyatakan
bahwa tekanan darah dapat dikontrol secara efektif melalui kombinasi
terapi farmakologis dan nonfarmakologis (Prabu, 2017).
Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai
macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah,
salah satunya yaitu menghindari stres dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai
metode relaksasi yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya
dapat menurunkan tekanan darah (Wijaya & Putri, 2013). Relaksasi
sendiri merupakan suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi kecemasan atau ketegangan, dengan cara melatih otot-otot
dalam tubuh menjadi (Padila, 2013).
Salah satu teknik relaksasi yang terbukti dapat memberikan
dampak positif terhadap perubahan tekanan darah yaitu relaksasi napas
dalam. Relaksasi napas dalam merupakan suatu teknik relaksasi
pernapasan yang mudah dalam pelaksanaanya, tidak perlu mengeluarkan
biaya, dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Terapi relaksasi ini
dapat merelaksasikan otot tubuh terutama otot pembuluh darah dan
mempertahankan elastisitas pembuluh darah arteri, sehingga sangat baik
untuk di lakukan setiap hari oleh penderita hipertensi (Tawaang, 2013).
Selain intervensi dengan teknik relaksasi napas dalam, terdapat
intervensi relaksasi yang lain yaitu dengan teknik relaksasi otot
progresif.
Menurut Purwanto (2013) dalam Tyani (2015), Teknik relaksasi
otot progresif merupakan suatu aktivitas otot dengan pemusatan
perhatian, dengan mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan rileks Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Tyani, dkk pada tahun 2015 menyatakan bahwa relaksasi otot
progresif efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi primer.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis
tertarik melakukan studi kasus Hipertensi pada Ny. M dalam judul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. M dengan Hipertensi di Ruang Dahlia
RSUD Ungaran”
B. Web of Caution
Terlampir
BAB II
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : Senin, 25 November 2019
Pukul : 15.00 WIB
Ruang/RS : Dahlia / RSUD Ungaran
1. BIODATA
a. Biodata Pasien
Nama pasien : Ny. M
Umur : 45 tahun
Alamat : Ungaran Barat
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk : 24 November 2019
Diagnosa Medis : Hipertensi Grade II
Nomor Register : 246126
b. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 47 tahun
Alamat : Ungaran Barat
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hubungan dengan Klien : Suami
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan pusing/sakit kepala
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pusing. Pasien
sudah berobat ke Puskesmas namun kondisi pasien tidak kunjung
membaik. Kemudian pada tanggal 24 November 2019 pukul 17.30
WIB pasien dibawa ke IGD RSUD Ungaran oleh keluarganya. Saat
di IGD, pasien mengeluh pusing, TD = 170/100mmHg, N = 86x/m,
RR = 22x/m, S = 36,5oC, SpO2 97%. Di IGD pasien telah
mendapatkan terapi berupa infus RL 20 tpm, ketorolac 30mg IV,
Ranitidine 50 mg IV, Ondansentron 4mg IV. Setelah mendapatkan
terapi di IGD pasien dipindah ke bangsal ruang Dahlia untuk
mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak 6
bulan yang lalu namun tidak pernah rutin minum obat. Ini pertama
kalinya pasien dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang mengalami
penyakit seperti jantung, DM, dan Hipertensi.
Genogram :
Genogram :
Keterangan genogram :
: Laki-laki Meninggal
: Perempuan Meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
: ada hubungan
: tinggal 1 rumah
4. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
a. Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan tidak pernah rutin minum obat hipertensi. Saat
dirinya sakit, pasien jarang memeriksakan ke tempat pelayanan
kesehatan. Jika dirasa kondisinya sudah parah, pasien baru berusaha
untuk mendatangi tempat pelayanan kesehatan untuk kesembuhan
penyakitnya.
b. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi 3x sehari dengan
makanan yang dikonsumsi nasi, sayur dan lauk pauk seadanya,
terkadang buah-buahan. Pasien minum air putih 8 gelas / hari
dan biasanya diselingi dengan teh.
2) Pada waktu sakit
Pasien mengatakan pada saat sakit nafsu makan pasien menurun
dengan 1 porsi makanan tidak habis
Observasi :
A : Antropometri :
Berat Badan : 53kg
Tinggi Badan : 150cm
B: Biochemical tanggal 25 November 2019, 06.37 WIB :
Kadar Hb : 11.3g/dL
HT : 32.1%
Trombosit :236/uL
Leukosit : 8.21/uL
C: Clinical sign :
Tugor kulit baik
Rambut tidak kering
Konjungtiva tidak anemis
Capillary refill: < 2 detik
D: Diet :
Lunak
c. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
1) Sebelum Sakit
Pasien BAB 1 kali per hari dan BAK 4-5 kali per hari tanpa
dibantu oleh orang lain.
Fecal : pasien mengatakan warna feses pasien yaitu kecoklatan,
berbau khas, dengan konsistensi lembek
Urine : pasien mengatakan warna urine pasien yaitu kekuningan
berbau khas dan 6-7
2) Pada waktu sakit
Setelah sakit pasien mengalami kesulitan dalam BAB.
Fecal: pasien mengatakan selama di rawat pasien belum BAB.
Urine: pasien mengatakan selama sakit pasien BAK 3-4 kali.
d. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit keluarga mengatakan tidak ada keluhan dengan
kebiasaan tidurnya yaitu 7-8 jam/ hari. Kualitas tidurnya juga
baik, nonton TV adalah salah satu penghantar tidurpasien.
Biasanya pasien tidur pukul 21.00 WIB dan bangun pada pukul
04.30. Sebelum tidur pasien selalu membaca doa terlebih dahulu.
2) Pada waktu sakit
Pasien mengatakan selama dirawat pasien sulit tidur tidur karena
merasa pusing dan kurang nyaman
e. Pemenuhan Aktivitas dan Latihan
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien selalu beraktivitas sehari-hari seperti
biasa yaitu membantu anaknya dalam merawat kebersihan rumah
2) Pada waktu sakit
Pasien mengatakan pada saat sakit seperti saat ini kegiatan
pasien dibantu oleh anaknya
f. Peran dan Hubungan
Pasien seorang ibu yang mempunyai 4 orang anak. Hubungan pasien
dengan keluarga sangat baik. pasien sangat dekat dengan anak-
anaknya.
g. Pola Presepsi, Kognitif, dan Sensori
Pasien mengatakan pasien bingung dengan keadaannya saat ini
namun ia merasa bahwa dirinya akan sembuh setelah menjalani
perawatan di rumah sakit. Pasien juga akan melakukan terapi sesuai
program yang sudah ditentukan oleh tenaga kesehatan
h. Pola Presepsi diri / Konsep Diri
1) Konsep diri yang ada pada pasien adalah baik.
2) Body image : Pasien tetap percaya diri dengan kondisi tubuhnya
saat ini
3) Identitas diri : Pasien mengetahui siapa dan ada apa dengan
dirinya saat ini.
4) Harga diri : Pasien dalam berinteraksi dengan keluarga cukup
baik.
5) Peran diri : Pasien adalah seorang istri dan ibu dari keempat
anaknya
6) Ideal diri : Pasien percaya bahwa kondisinya akan membaik dan
sehat seperti sebelumnya.
i. Pemenuhan Kebutuhan Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan. Pasien sudah menikah dan
mempunyai 4 orang anak 3 laki-laki dan 1 orang perempuan.
j. Pola Mekanisme dan Koping
Pasien mengatakan bahwa selalu memusyawarahkan dengan
keluarga bila ada masalah. Pasien selalu berusaha meminta kepada
yang Maha Kuasa masalah penyakit yang dialaminya agar segera
membaik
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit pasien masih menjalankan ibadah rutin sebagai
seorang muslim namun selama sakit pasien tidak menjalankan sholat
tetapi terus berdoa untuk kesembuhan penyakitnya ini.dan
keluarganya juga membantu untuk berdoa dan ibadah yang rutin.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
1) Status Gizi :
TB : 155 cm
BB : 53 kg
2) Tanda – tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
N : 76 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5 oC
3) Pengkajian Nyeri
P: Nyeri kepala
Q: Berdenyut-denyut
R: Kepala dan tengkuk
S: Skala nyeri 3
T: Hilang timbul
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Mata : Konjungtiva anemis (-), reflek terhadap cahaya
baik, pupil isokor
b) Telinga : Simetris, tidak ada serumen dan tidak terdapat lesi
pada daun telinga
c) Hidung : Bentuk simetris, Keadaan hidung bersih
d) Mulut : Keadaan mulut bersih, tidak ada karies gigi ataupun
gigi yang tanggal
e) Wajah : Warna kulit sawo matang, tidak terdapat benjolan.
f) Leher : Tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid
2) Thorax
a) Paru – paru
Inspeksi : expansi dada simetris, tidak ada bekas luka di area
dada.
Palpasi : pergerakan dinding dada sama, tactil fremitus
teraba ( untuk bagian kiri dan kanan suaranya sama).
Perkusi : seluruh lapang paru sonor
Auskultasi :vesikuler, tidak terdapat suara nafas tambahan
b) Jantung
Inspeksi : tidak terpasang kateter jantung, ictus cordis tidak
tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di IC ke 4
Perkusi :terdengar suara redup
Auskultasi : Suara jantung I,II reguler, Bunyi jantung I,II
lupdup
c) Abdomen
Inspeksi : perut datar, tidak ada luka/ bekas luka, tidak terdapat
ascites, tidak mengkilap, warna sama dengan kulit lainnya
Auskultasi : terdapat suara bising usus 13x/menit
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada tahanan di
vesika urinaria,dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar bunyi timpani
d) Pemeriksaan fungsi serebral
Fungsi intelektual : Mampu orientasi waktu, tempat, orang
e) Pemeriksaan Motorik
Inspeksi :
1. Ektremitas atas : Terpasang infus RL 20tpm ditangan kiri.
Tidak ada plebitis. Tidak ada edema. Cappilary refill < 2
detik
2. Ekstremitas bawah : tidak terdapat kelemahan pada kaki,
mampu berjalan tanpa alat bantu berjalan, tidak terdapat
bekas trauma, tidak terdapat ekimosis, tidak terdapat
oedem
Palpasi : tidak terdapat oedem pada tangan maupun kaki
Pergerakan :
Kekuatan otot : 5 5
5 5
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 25 November 2019
Pukul : 06:37 WIB
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap : 13.2-17.3
Hemoglobin 11.3 g/dL 3.8 – 10.6
Lekosit 8.21 10^3/uL 150 – 440
Trombosit 236 10^3/dL 40 – 52
Hematokrit L 32.1 % 4.4 – 5.9
Eritrosit 4.00 10^6/uL 80 – 100
MCV 80.3 fL 26 – 34
MCH 28.3 pg 32 – 36
MCHC 35.2 g/L
Masalah
No Tgl/Jam Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1 Senin DS : Agen injuri biologis Nyeri Akut
25/11/2019 Pasien mengatakan
kepalanya pusing
P: Nyeri kepala
Q: Berdenyut-denyut
R: Kepala dan tengkuk
S: Skala nyeri 3
T: Hilang timbul
DO :
- Klien tampak meringis
menahan nyeri
- Klien tampak berhati-
hati saat ingin
merubah posisi
- Klien tampak lemas
- TD : 150/100 mmHg
- Nadi : 76 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,50C
- SpO2 : 98%
2 Senin DS: Kurangnya Kurang
25/11/2019 - Klien mengatakan informasi pengetahuan
tidak tahu batas
normal tekanan
darahnya, diet
hipertensi dan
penyebab sakitnya saat
ini
- Selama klien
menderita hipertensi
klien jarang berobat
atau periksa secara
rutin kepelayanan
kesehatan.
- Klien tidak
mengetahui cara
mengontrol tekanan
darah tetap normal
DO:
- Klien tampak
kebingungan saat
ditanya mengenai
penyakitnya
- TD: 150/100 mmHg
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
12.00 - Periksa order medis untuk obat, dosis dan frekuensi S:-
yang ditentukan O:
- Injeksi: Ranitidin 50 mg / 12 jam
Oral :
- Amlodipin 1x10 mg
- Candesartan 1x16 mg
- Omeprazole 2x40 mg
12.15 - Cek riwayat alergi obat S : Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat alergi obat
O:
- Tidak tampak adanya tanda-tanda
alergi obat
10/11/2019 Kurang - Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga S : Pasien mengatakan tidak
08.20 pengetahuan mengetahui batas normal tekanan
berhubungan darahnya dan makanan yang tidak
dengan boleh dikonsumsi oleh penderita
kurangnya hipertensi.
informasi O:
- Pasien tampak bingung
08.40 - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dengan cara S : Pasien mengatakan mengerti
yang tepat dengan penjelasan yang diberikan
perawat
O:
- Pasien tampak mampu mengulang
patofisiologi hipertensi dengan
singkat.
09.00 - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul S : Pasien mengatakan mengerti
pada penyakit, dengan cara yang tepat tentang tanda dan gejala hipertensi
O:
- Pasien mampu mengulang
menyebutkan tanda dan gejala
hipertensi misalnya sakit kepala,
tengkuk terasa berat
12.00 - Periksa order medis untuk obat, dosis dan frekuensi S:-
yang ditentukan O:
- Injeksi: Ranitidin 50 mg / 12 jam
Oral :
- Amlodipin 1x10 mg
- Candesartan 1x16 mg
- Omeprazole 2x40 mg
11/11/2019 Kurang - Jelaskan tentang diet hipertensi S : Pasien mengatakan sudah
08.10 pengetahuan mengerti penjelasan mengenai diet
berhubungan hipertensi
dengan O : Pasien tampak mampu
kurangnya menyebutkan diet hipertensi secara
informasi singkat.
11.40 - Periksa order medis untuk obat, dosis dan frekuensi S:-
yang ditentukan O:
- Injeksi: Ranitidin 50 mg / 12 jam
Oral :
- Amlodipin 1x10 mg
- Candesartan 1x16 mg
- Omeprazole 2x40 mg
12.00 - Monitor tanda-tanda vital
S:-
O:
- TD: 150/90 mmHg
- Nadi: 78 x/menit
- RR: 20 x/menit
- Suhu: 36,40C
12/11/2019 Kurang - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan S : Pasien mengatakan akan rutin
08.20 pengetahuan kontrol dan minum obat untuk
berhubungan menangani hipertensi yang
dengan dideritanya.
kurangnya O:-
informasi
08.30 - Mengeksplorasi kemungkinan sumber atau S : Pasien mengatakan dengan
dukungan dengan cara yang tepat. kehadiran keluarganya disini dia
merasa lebih baik
O:
- Pasien tampak senyum
- Pasien tampak mengobrol dengan
keluarganya
E. EVALUASI
Diagnosa Ttd
Tanggal Evaluasi
keperawatan
27/11/ 2019 Nyeri akut S:
berhubungan - Klien mengatakan sakit pada
dengan agen kepala dan berat di tengkuk sudah
injuri biologis berkurang
- Klien mengatakan skala nyeri 2
- Klien mengatakan adanya
perubahan dalam nafsu makan
dan minum
- Klien mengatakan nyaman saat
diberikan terapi relaksasi otot
progresif
O:
- Keadaan umum baik
- TD: 140/90 mmHg
- Nadi: 78 x/menit
- RR: 20 x/menit
- Suhu: 36,40C
P: Intervensi dihentikan
27/11/2019 Kurang S:
08.30 pengetahuan - Klien sudah tahu penyebab sakitnya
berhubungan saat ini
dengan - Klien mengatakan sudah memahami
kurangnya sedikit-sedikit tentang materi
informasi hipertensi
- Klien mengatakan sudah mengerti
cara mengontrol tekanan darah.
O:
- Klien tampak memperhatikan
penjelasan yang diberikan
- Klien mampu mengulang penjelasan
mengenai hipertensi, makanan yang
dikonsumsi dan cara mengontrol
tekanan darah
- TD: 140/90 mmHg
P: Intervensi dihentikan
BAB III
PEMBAHASAN
Tekanan sistol (tekanan darah saat jantung menguncup) > 140 mmHg
dan tekanan daistol (tekanan darah saat jantung mengembang) > 90 mmHg
yang didapat dari dua kali pengukuran secara berurutan untuk menegakkan
diagnosis hipertensi (Anies, 2018). Hipertensi dibagi menjadi dua golongan
yaitu hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau
genetik (90%) (M.Adib,2009).
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi
yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja
keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari,
telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin,
2007).
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi penatalaksanaan non farmakologis
dan penatalaksanaan farmakologis.
Tindakan yang dilakukan pada pasien yang nyeri dan kurang
pengetahuan dengan hipertensi adalah dengan cara menggunakan teknik
relaksasi (distraksi), memberikan informasi faktual mengenal diagnosis, dan
melibatkan keluarga untuk mendampingi klien untuk mempermudah klien
dalam pemberian asuhan keperawatan. (NANDA, 2012).
Pasien hipertensi selalu mengeluh sakit pada tengkuknya dan
mengalami pusing yang datang secara hilang timbul. Kadang-kadang klien
dengan hipertensi disertai dengan sulit tidur dan lemas pada tubuh atau
ekstremitasnya. Penderita hipertensi biasanya dapat mengenali keadaan ini
dan berusaha menghindari makanan yang mengandung garam. Pada hampir
sebagian besar pasien, hipertensi akan berkurang dan akhirnya berhenti
secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-
kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pemeriksaan penunjang pada klien hipertensi adalah pemeriksaan fisik
secara menyeluruh, pemeriksaan retina, pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung, EKG untuk
mengetahui hipertropi ventrikel kiri, urinalisa (untuk mengetahui protein
dalam urin, darah, glukosa), foto dada dan CT scan (Muttaqin, 2009).
3.2 Analisa Intervensi Keperawatan