Anda di halaman 1dari 70

SKRIPSI

NOVEMBER 2017

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK

SISWA-SISWI SD NEGERI INPRES TAMALANREA VI MAKASSAR

OLEH:

ANDRA PRATAMA PUTRA

C111 14 820

PEMBIMBING:

dr. Agussalim Bukhari, M.clin.Med, Ph.D, Sp.GK (K)

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat menyelesaikan strata satu


program studi Pendidikan Dokter

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
: Senin, 4 Desember
2017
ABSTRAK
Andra Pratama Putra, Hubungan Status Gizi Terhadap Prestasi Akademik
Siswa/Siswi SD Inpres Tamalanrea VI Makassar, dibimbing oleh Agussalim
Bukhari.
(xi + Halaman + Tabel + Gambar +Lampiran)
Latar Belakang : Perlambatan pertumbuhan mulai terjadi pada periode usia 6-
24 bulan. Penyebabnya tak lain adalah pola makan yang semakin tidak
memenuhi syarat gizi dan kesehatan. Menurut Depkes 2009 berdasarkan laporan
nasional Risekesdas tahun 2007 status gizi penduduk umur 6 – 14 tahun,
berdasarkan standar WHO 2007 prevalensi nasional anak usia sekolah kurus
adalah 13,3% pada laki – laki dan 10,9% pada perempuan, sedangkan prevalensi
nasional usia sekolah berat badan lebih pada laki – laki 9,5% dan perempuan
6,4%. Padahal, setiap harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik supaya anak-
anak ini memiliki pertumbuhan kesehatan dan perkembangan intelektual yang
baik, sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Metode Penelitian: Metode yang digunakan adalah analitik observasional
dengan desain penelitian cross-sectional. Data yang di ambil adalah data primer
dengan melakukan pengukuran status gizi dan tingkat prestasi terhadap sampel.
Data yang diperoleh diolah dengan metode uji korelasi.

Hasil Penelitian
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Anova (program SPSS versi
20.00) untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan tingkat prestasi
belajar berdasarkan IMT/U dengan nilai rata – rata rapor diperoleh hasil p =
0,172 ini menunjukkan bahwa nilai p lebih besar dari nilai 0,05 dan dengan
demikian H1 ditolak dan H0 diterima.
Pada anak yang memiliki prestasi baik dengan status gizi yang normal sebanyak
50 orang, lalu diikuti dengan status gizi gemuk sebanyak 15 orang, dan yang
berstatus gizi kurus sebanyak 10 orang. Sedangkan anak yang memiliki prestasi
kurang namun dengan status gizi yang normal yaitu sebanyak 12 orang, lalu
diikuti dengan status gizi kurus sebanyak 7 orang, dan yang berstatus gizi gemuk
sebanyak 6 orang.

Kesimpulan
Tidak ada hubungan antara status gizi dengan prestasi. Prestasi tidak hanya
dipengaruhi oleh status gizi melainkan masih banyak faktor lain yang ikut
mempengaruhi contohnya faktor fisiologi (kesehatan jasmani), genetik,
psikologi anak, perkembangan otak anak, lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat di sekitar anak tersebut tinggal.

Kata Kunci : status gizi, tingkat prestasi.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi preklinik di

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini adalah berkat bimbingan, kerja sama

serta bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis

sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penelitian dan penyusunan

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada

yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, para Pembantu


Dekan, para dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan kepada penulis.
2. dr. Agussalim Bukhari, M.clin. Med, Ph.D, Sp.GK (K)
selaku pembimbing atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabaran
meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis mulai dari penyusunan proposal sampai pada penyusunan skripsi
ini.

3. Prof. Dr. dr. Haerani Rasyid, M.Sc, Sp.PD-KGH, Sp.GK dan Prof. Dr.
dr. Suryani As’ad, Sp.GK, M.Sc, selaku penguji atas kesedian,
keihklasan dan kesabaran dalam meluangkan waktunya untuk senantiasa
memberikan arahan, masukan, kritik dan saran kepada penulis untuk
kesempurnaan skripsi ini..

4. Para Kepala Sekolah dan Guru SD Inpres Negeri Tamalanrea VI


Makassar
5. Seluruh pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bisa berkontribusi
dalam perbaikan upaya kesehatan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL ...................................................................................... i
PENGESAHAN USULAN PENELITIAN..................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ v
ABSTRAK.................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar 1
Belakang ............................................................................... 3
1.2 Rumusan 3
Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16
2.1 Tinjauan teoritis ............................................................................... 17
2.1.1 Tinjauan Umum Mengenai Status gizi.............................................. 23
2.1.2 Tinjauan Umum Anak Sekolah Dasar.............................................. 24
2.1.3 Tinjauan tentang Prestasi Belajar ....................................................
2.2 Kerangka Teori.................................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN 25
HIPOTESIS 25
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 26
3.2 Definisi Operasional.........................................................................
3.3 Hipotesis........................................................................................... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 27
4.1 Jenis penelitian................................................................................. 27
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 27
4.3 Populasi dan Sampel......................................................................... 28
4.4 Sumber Data 29
Penelitian...................................................................... 30
4.5 Cara Pengambilan 31
Data......................................................................
4.6 Tekhnik Pengolahan dan Penyajian
Data........................................... 35
4.7 Alur Penelitian...................................................................................
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian................................................................................. 42
BAB VI PEMBAHASAN 43
6.1Pembahasan................................................................................................

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan ...................................................................................
7.2 Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Gizi Anak Menurut Kelompok Umur (AKG 2011)

Tabel 2.2 Contoh Penilaian Status Gizi dengan Melihat Tanda Klinik

Tabel 5.1 Distribusi jenis kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi berdasarkan IMT/U

Tabel 5.3 Distribusi Prestasi Belajar berdasarkan Nilai Rata-Rata Rapor

Tabel 5.4 Status Gizi berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.5 Jenis Kelamin berdasarkan Prestasi Belajar

Tabel 5.6 Tabel Silang Status Gizi Berdasarka IMT/U dengan Prestasi Belajar

Tabel 5.7 Uji anova


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Kehidupan

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

\
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Penulis


Lampiran 2 Berita Acara Ujian Proposal Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3 Surat Izin dan Disposisi Pengambilan Data Penelitian
Lampiran 4 Data Induk Penelitian Microsoft Excel
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian dalam SPSS 20
Lampiran 6 Dokumentasi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perlambatan pertumbuhan mulai terjadi pada periode usia 6-24 bulan.
Penyebabnya tak lain adalah pola makan yang semakin tidak memenuhi syarat
gizi dan kesehatan. Pada usia 0-6 bulan ASI masih menjadi andalan dan oleh
karena itu anak – anak Indonesia masih bisa tumbuh secara optimal pada rentang
usia tersebut. Harapan orang tua untuk mempunyai anak gemuk dan montok
adalah keliru dan harus diluruskan. Lebih tepat kalau kita berharap agar anak –
anak sehat dan cerdas. Kemampuan genetis yang mempengaruhi pertumbuhan
anak dapat muncul secara optimal jika didukung oleh faktor lingkungan yang
kondusif. Yang dimaksud dengan faktor lingkungan di sini adalah intake gizi.
Apabila terjadi tekanan terhadap intake gizi, maka terjadilah growth faltering
(gagal tumbuh). (Devi N.2012)
Hingga kini upaya yang telah dilakukan untuk memperbaiki pertumbuhan
anak – anak Indonesia belum dapat dikatakan optimal. Angka gizi kurang dan
gizi buruk masih cukup signifikan persentasenya. Masalah kurang konsumsi gizi
harus diatasi sejak dini, kalau kita menginginkan anak – anak Indonesia tumbuh
dan berkembang biak dengan baik. Berat badan adalah indikator pertama yang
dapat dilihat ketika seseorang mengalami kurang gizi. Dalam jangka panjang
kurang gizi akan mengakibatkan hambatan pertumbuhan tinggi badan dan
akhirnya berdampak buruk bagi perkembangan mental intelektual individu.
Kurang gizi pada masa fase cepat tumbuh otak (di bawah usia 18 bulan) akan
bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Artinya kecerdasan anak tersebut tidak
bisa lagi berkembang secara optimal. Ini jelas akan semakin menurunkan
kualitas bangsa Indonesia. Kurang energi protein pada masa anak akan
menurunkan IQ, menyebabkan kemampuan geometrik rendah, dan anak tidak
bisa berkonsentrasi secara maksimal. (Devi N.2012)
Menurut Depkes 2009 berdasarkan laporan nasional Risekesdas tahun 2007
status gizi penduduk umur 6 – 14 tahun, berdasarkan standar WHO 2007
prevalensi nasional anak usia sekolah kurus adalah 13,3% pada laki – laki dan
10,9% pada perempuan, sedangkan prevalensi nasional usia sekolah berat badan
lebih pada laki – laki 9,5% dan perempuan 6,4%.(Devi N.2012)
Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi ( nutritional imbalance ),
yaitu asupan melebihi keluaran atau sebaliknya, atau kesilapan dalam memilih
bahan makanan untuk disantap. Buah dari ketergangguan ini utamanya berupa
penyakit kronis, berat badan yang lebih dan kurang, karies dentis dan alergi.
Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun
sering luput dari perhatian. Pada tahun 1990, kurang lebih 30% balita di dunia
memiliki berat badan rendah, dengan kisaran 11% (sekitar 6.4 juta orang ) di
Amerika Latin, 27% (31.6 juta orang ) di Afrika, dan 41% (154.8 juta ) di Asia.
Prevalensi berat badan rendah terus menurun dari 42.6% pada tahun 1975
menjadi 34.6% di tahun 1995, tetapi kasus malnutrisi tidak berkurang sesuai
dengan angka yang diharapkan. Sebahagian besar anak di dunia ( sekitar 80%)
yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan
pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro. Sekarang, asupan gizi anak-anak
sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal,
setiap harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik supaya anak-anak ini memiliki
pertumbuhan kesehatan dan perkembangan intelektual yang baik, sehingga
menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pengaruh asupan makanan
ini adalah sangat mempengaruhi terhadap prestasi anak-anak di sekolah. Bukti
akan pentingnya asupan makanan yang sehat terhadap prestasi anak di sekolah
diungkapkan hasil riset terhadap pelajar di Nova Scotia, Kanada, yang dimuat
dalam Journal of School Health edisi April 2008. Dalam riset yang bertajuk
Children Lifestyle and School-perfomance Study,
Veugelers dan timnya memantau sekitar 4.600 anak kelas lima SD di Nova
Scotia. Data riset mencatat ada 875 siswa atau 19,1 persen di antara partisipan,
yang gagal melewati tes kemampuan dasar. Dari hasil penelitian terungkap,
pelajar yang mengkonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang mulai dari buah-
buahan, sayur, protein, serat dan komponen sehat lainnya secara signifikan
memiliki prestasi yang baik di sekolah. Jadi dari penelitian ini, kita dapat
membuktikan apa yang telah diperoleh di negara barat ini juga turut bisa
dibuktikan di Indonesia. (Veugelers P.J., diakses 02 Agustus 2017
(www.nsclass.ca)

Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian


yang berhubungan dengan status gizi dan tingkat prestasi belajar siswa-siswi
sekolah dasar di SD Negeri Inpres Tamalanrea VI Makassar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian dilakukan untuk mengetahui
adakah status gizi mempengaruhi prestasi akademik anak-anak sekolah dasar
bagi SD Negeri Inpres Tamalanrea VI Makassar..

1.3 Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh status gizi dengan tingkat pencapaian akademik pada
anak-anak sekolah dasar bagi kelas SD Negeri Inpres Tamalanrea VI Makassar..
b. Tujuan Khusus
1. Mengukur status gizi siswa anak-anak di SD Negeri Inpres Tamalanrea VI
Makassar.
2. Mengukur tingkat prestasi belajar anak-anak di SD Negeri Inpres Tamalanrea
VI Makassar.
3. Menganalisa hubungan status gizi terhadap prestasi siswa di SD Negeri Inpres
Tamalanrea VI Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi orangtua dan guru
Memberikan informasi tentang status gizi yang baik dapat meningkatkan
pertumbuhan anak dan perkembangan otaknya sehingga orangtua dan guru
senantiasa menjaga status gizi siswa agar tetap baik.
2. Bagi pihak sekolah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan agar mengetahui
status gizi anak-anak sekolah dasar tersebut dan seterusnya mencari resolusi
pada peringkat sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik anak-anak SD
sekolah tersebut.
3. Bagi penulis
a. Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
b. Sebagai pengalaman dan merealisasikan teori yang telah didapat di bangku
kuliah dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Tinjauan Umum Mengenai Status Gizi
A. Pengertian Gizi dan Status Gizi
Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami.
Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Konsep
tersebut menurut Suharjo yaitu proses dari organisme dalam menggunakan
bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penyimpanan metabolism, dan pembuangan untuk pemeliharaan hidup,
pertumbuhan, fungsi organ tubuh, dan produksi energi. Proses ini disebut gizi
(nutrition) (1). Keadaan yang dilakukan oleh keseimbangan antara pemasukan
zat gizi disatu pihak dan pengeluaran oleh organisme, dipihak lain. Keadaan ini
disebut nutriture (2). Dan tanda – tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh
“nutriture” dapat terlihat melalui tipe tertentu. Hal ini disebut sebagai status gizi
(nutritional status) (3). (Supariasa, I Dewa Nyoman,2002)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolism, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ
– organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002)
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan
(requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik,
perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status gizi
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau
perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variable tertentu. (Supariasa, I Dewa
Nyoman. 2002)
Pada umumnya zat gizi dibagi dalam lima kelompok utama, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar
juga berpendapat air juga merupakan bagian dalam zat gizi. Hal ini didasarkan
kepada fungsi air dalam metabolisme makanan yang cukup penting walaupun air
dapat disediakan di luar bahan pangan. Makan makanan yang beraneka ragam
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan
salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur.
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya
dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan
dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi
fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal
tersebut karena faktor gizi. (Budianto A K. Pangan, 2009)

B. Kebutuhan Zat Gizi Anak Usia Sekolah


Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan perkembangan,
energi, berpikir, beraktivitas, fisik, dan daya tahan tubuh. Zat gizi yang
dibutuhkan anak sekolah adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat gizi makro
seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan
mineral. Zat gizi yang dibutuhkan disesuaikan dengan usia, berat badan, dan
tinggi badan anak. (Devi N.2012)

Pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan bertambah besarnya


ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan bertambah banyaknya sel, disertai
bertambahnya substansi intersel pada jaringan tubuh. Proses tersebut dapat
diamati dengan adanya perubahan – perubahan pada besar dan bentuk yang
dinyatakan dalam nilai – niali ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan sebagainya. Pada masa anak – anak
banyak mengalami perubahan – perubahan di dalam tubuh yang meliputi
meningkatnya tinggi dan berat badan. Menurut Toho Cholik Mutohir dan Gusril
secara umum pertumbuhan tinggi badan pada masa anak – anak mengalami
kenaikan per tahun 2 -3 inchi (5 – 7 cm), untuk anak perempuan umur 11 tahun
rata – rata mempunyai tinggi badan 59 inchi (147,3 cm)sedangkan anak laki –
laki 57,5 inchi (146 cm). Berat badan mengalami kenaikan yang lebih bervariasi
daripada kenaikan tinggi badan, berkisar antara sampai 5 pon (1,5 – 2,5 kg) per
tahun. Anak perempuan umur 11 tahun, rata – rata mempunyai berat badan 88,5
pon (44,25 kg) sedangkan anak laki – laki 85,5 pon (42,75 kg). (Devi N.2012)

Perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi organ atau


alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi
diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan fungsinya. Proses
tersebut dapat diamati dengan bertambah pandainya keterampilan dan perilaku.
(Devi N.2012)

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi bersama –


sama secara utuh karena seorang anak tidak mungkin tumbuh kembang
sempurna bila hanya bertambah besarnya saja tanpa disertai bertambahnya
kepandaian dan keterampilan. Sebaliknya kepandaian dan keterampilan seorang
anak tidak mungkin tercapai tanpa disertai oleh bertambah besarnya organ atau
alat sampai optimal. (Ali Khomsa. 2003)

Usia sekolah anak antara 6 – 14 tahun, di mana usia tersebut merupakan


bagian dari suatu rangkaian panjang dari siklus hidup manusia yang dimulai
sejak janin dalam kandungan sampai usia tua nanti. (Devi N.2012)

Masa
tua

Janin Dewasa

Siklus
Kehidupan

Bayi Remaja

Anak -
anak
Gambar 2.1 Siklus Kehidupan
(Dikutip dari kepustakaan 1)
Pada rentangan usia tersebut status gizinya ditentukan sejak usia bayi dan
balita juga ditentukan saat ini, dan akan menetukan status gizi pada usia
selanjutnya. Menginjak usia enam tahun anak sudah mulai menentukan pilihan
makanannya sendiri, tidak seperti saat balita lagi sepenuhnya tergantung pada
orang tua. Periode ini merupakan periode yang cukup kritis dalam pemilihan
makanan, karena anak baru saja belajar memilih makanan dan belum mengerti
makanan yang bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya sehingga anak
memerlukan bimbingan orang tua dan guru. (Sediaoetama A D. 2008)

Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan


pekerjaan rumah (PR), dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya,
membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan intake
pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah
tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler,
maka saran utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi.
Tabel 2.1
Kebutuhan Zat Gizi Anak Menurut Kelompok Umur (AKG 2013)

Kelompok 4 – 6 7 – 9 10 – 12 13 –
Umur th th th 15 th
L P L P L P
Energi (Kal) 1600 1850 2100 2050 2475 2350
Protein (g) 35 45 49 49 72 56
Vit. A (RE) 450 500 600 600 600 600
Vit. D(mcg) 15 15 15 15 15 15
Vit. E (mg) 7 7 11 11 12 12
Vit. K (mg) 20 25 35 35 55 55
Vit. B1 (mg) 0,8 0,9 1,1 1,1 1,2 1,2
Vit. B2 (mg) 0,7 1,0 1,1 1,1 1,3 1,5
Niasin (mg) 8 10 12 12 14 13
As. Folat (mcg) 200 200 300 300 400 400
Vit. B6 (mg) 0,6 1 1,3 1,2 1,3 1,2
Vit. B12 (mcg) 1,2 1,2 1,8 1,8 2,4 2,4
Vit. C (mg) 45 45 50 50 75 65
Kalsium (mg) 1000 1000 1200 1200 1200 1200
Fosfor (mg) 500 500 1200 1200 1200 1200
Magnesium (mg) 95 120 150 50 200 200
Besi (mg) 9 10 13 20 19 26
Yodium (mg) 120 120 120 120 150 150
Seng (mg) 5 11 14 12,6 18 15,4
Selenium (mcg) 20 20 20 20 30 30
Mangan (mg) 1,5 1,7 1,9 1,6 2,2 1,6

(Dikutip dari kepustakaan 1)

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi


Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi : (Depkes
RI.2004)
1. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering
menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada
anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan
melemah dan akan mudah terserang penyakit.
2. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai, pola pengasuhan anak
kurang memadai, pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.

D. Masalah Gizi Anak Sekolah


Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang,
kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangan
antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh
interaksi penyakit (infeksi). (Devi N.2012)

Ketidakseimbangan ini akan mengakibatkan : (Devi N.2012)


1. Menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit (imunitas)
2. Gangguan pertumbuhan fisik
3. Gangguan perkembangan dan kecerdasan otak
4. Rendahnya produktivitas
5. Gangguan – gangguan gizi dan kesehatan lainnya
Begitu juga anak sekolah saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu di
satu sisi gizi kurang yang berakibat pada tidak optimalnya pertumbuhan fisik
dan kecerdasan. Namun di sisi lain menghadapi gizi yang lebih yang
mengancam kesehatan anak nantinya seperti timbulnya penyakit degenerative,
yaitu obesitas, hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan lain – lain.

E. Perilaku Gizi Yang Salah Pada Anak Sekolah


Ketidaktahuan akan gizi yang baik pada anak ataupun orang tua
menyebabkan anak sekolah sering berperilaku salah dalam mengonsumsi zat
gizi.
Berikut beberapa perilaku gizi yang salah pada anak sekolah. (Devi N.2012).

1. Tidak mengonsumsi menu gizi seimbang


Menu gizi seimbang seharusnya menjadi pedoman bagi pola makan anak
sekolah. Akan tetapi, masih banyak anak sekolah atau orang tua tidak
memperhatikan kelengkapan menu seperti di atas. Misalnya, dalam piring hanya
tersedia nasi dan ikan goreng saja. Berarti hanya terpenuhi sumber karbohidrat,
protein, dan lemak saja, tanpa sumber vitamin, mineral yaitu sayur dan buah.
Padahal, sayur dan buah juga berfungsi sebagai sumber yang diperlukan dalam
membantu pencernaan.

2. Tidak sarapan pagi


Makan pagi mempunyai peranan penting bagi anak sekolah usia 6 – 14 tahun
yaitu untuk pemenuhan gizi di pagi hari di mana anak – anak berangkat ke
sekolah dan mempunyai aktivitas yang sangat padat di sekolah. Apabila anak –
anak terbiasa makan pagi, maka akan berpengaruh terhadap kecerdasan otak,
terutama daya ingat anak sehingga dapat mendukung prestasi belajar anak ke
arah yang lebih baik.
Sarapan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik agar
dapat berkonsentrasi di sekolah. Ketika bangun pagi kadar gula darah dalam
tubuh kita rendah karena semalaman tidak makan. Tanpa sarapan yang cukup,
otak akan sulit berkonsentrasi di sekolah.
3. Jajan tidak sehat di sekolah
Anak sekolah tidak bisa terlepas dari makanan jajanan di sekolah. Hal ini
merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di
sekolah yang tinggi (apalagi anak yang tidak sarapan pagi), pengenalan berbagai
jenis makanan jajanan akan menumbuhkan kebiasaan perasaan meningkatkan
gengsi anak di mata teman – teman sekolahnya. Makanan jajanan dalam
membantu pasokan kalori tentunya baik, namum keamanan jajanan tersebut dari
segi mikrobiologis maupun dari segi kimiawi masih dipertanyakan. Apalagi
dalam waktu terakhir ini Badan POM telah mengungkapkan semuanya tentang
berbagai bahan kimia berbahaya seperti formalin dan bahan pewarna tekstil pada
bahan makanan yang ada di pasaran. Sehingga perilaku makan pada anak usia di
sekolah harus diperhatikan secara cermat dan serius.
Belakangan juga terungkap bahwa reaksi simpang makanan tertentu ternyata
dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan perilaku pada anak
sekolah. Gangguan perilaku tersebut meliputi gangguan tidur, gangguan
konsentrasi, gangguan emosi, gangguan bicara, hiperaktif hingga memperberat
gejala pada penderita autisme.pengaruh jangka pendek penggunaan BTP (Bahan
Tambahan Pangan) ini menimbulkan gejala – gejala yang sangat umum seperti
pusing, mual, muntah, diare atau kesulitan BAB. Joint Expert Committee on
Food Additives (JECFA) dari WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar
BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini juga
diadopsi oleh Badan POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan
Menkes no. 722/Menkes/Per/IX/1998.
4. Kurang mengonsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur merupakan sumber zat gizi vitamin dan mineral. Vitamin
yang terdapat dalam buah dan sayuran adalah provitamin A, vitamin C, K, E,
dan berbagai kelompok vitamin B kompleks. Di samping itu, buah dan sayuran
juga kaya akan berbagai jenis mineral, di antaranya kalium (K), kalsium (Ca),
natrium (Na), zat besi (Fe), magnesium (Mg), mangan (Mn), seng (Zn), dan
selenium (Se). anak sekolah di Indonesia umumnya kurang mengonsumsi
sayuran. Ini disebabkan kurangnya kesadaran anak dan orang tua akan
pentingnya zat gizi dari buah dan sayuran.
5. Mengonsumsi fast food dan junk food
Menurut Wikipedia.org, fast food adalah istilah yang diberikan untuk
makanan yang dapat disusun dan disajikan dengan sangat cepat. Istilah ini
mengacu pada makanan yang dijual di restoran atau toko dengan bahan yang
dipanaskan atau dimasak, dan diberikan kepada pelanggan dalam bentuk paket
untuk dibawa. Sedangkan junk food mendeskripsikan makanan yang tidak sehat
atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Junk food mengandung jumlah lemak
yang besar. Junk food juga diartikan sebagai makanan yang nutrisinya terbatas.
Makanan yang tergolong dalam kategori ini adalah makanan yang mengandung
banyak gula, garam, lemak, dan kalorinya tinggi, sementara protein, vitamin,
mineral, dan seratnya rendah.
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa anak usia 10 tahun ke atas
sebanyak 65,2 persen mengonsumsi makanan manis, sebanyak 24,5 persen
mengonsumsi makanan asin dan 12,8 persen mengonsumsi makanan berlemak.
6. Konsumsi gula berlebihan
Saat ini banyak perhatian para ahli terhadap konsumsi gula berlebihan pada
anak. Banyak diantara kita tidak menyadari yang termasuk gula tersebut ternyata
bukanlah hanya gula pasir yang biasa kita tambahkan dalam makanan sehari –
hari. Rekomendasi WHO adalah tidak lebih dari 10 persen dari energi total
berasal dari gula tambahan. Jadi bila dibandingkan dengan AKG (Angka
Kecukupan Gizi), maka untuk anak usia 7 – 9 tahun dengan AKG 1800 aklori,
maka 10 persen AKG adalah 180 kalori setara dengan 45 gram gula dan setara
dengan 9 sendok teh gula. Untuk anak usia 10 – 12 tahun dengan AKG 2050
kalori, maka 10 persen AKG adalah 205 kalori setara dengan 51,25 gram gula
dan setara dengan 10,25 sendok teh gula.
Kelebihan konsumsi gula dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi,
diabetes dan obesitas. Karies gigi adalah penyakit yang berasal dari mikroba di
mana karbohidrat pangan difermentasi oleh bakteri pembentuk asam yang
menyebabkan demineralisasi gigi. Diperkirakan bahwa 90 persen dari anak –
anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah
menderita karies.
7. Konsumsi lemak berlebihan
Lemak makanan terdapat pada tumbuhan dan hewan. Lemak sebagai sumber
energi dan asam lemak aseensial, dan membantu dalam penyerapan vitamin
yang larut dalam lemak A, D, E, dan K. IOM (Institute of Medicine) membatasi
asupan lemak total untuk anak – anak dan orang dewasa (anak –anak dan remaja
usia 4 sampai 18 tahun : 25 – 35 persen ; usia dewasa 9 tahun dan lebih tua : 20
– 35 persen). Kiasaran ini terkait dengan penurunan risiko penyakit kronis,
seperti kardiovaskuler, dengan menyediakan kebutuhan asupan nutrisi penting.
Beberapa dari lemak yang harus diwaspadai adalah asam lemak jenuh, asam
lemak trans, dan kolesterol.
8. Mengonsumsi makanan beresiko
Anak sekolah disadari atau tidak telah mengonsumsi makanan yang
menimbulkan resiko terhadap kesehatan mereka, makanan beresiko tersebut
adalah penyedap makanan (MSG), makanan berkafein, makanan yang diberi
pengawet, dan bahan pewarna yang dilarang. Data Riskesdas 2007 menunjukkan
anak usia 10 tahun ke atas sebanyak 77,8 persen mengonsumsi penyedap
(MSG), 36,5 persen mengkonsumsi makanan berkafein, dan 6,3 persen
mengkonsumsi makanan yang diawetkan.

F. Penilaian Status Gizi


Ada beberapa metode untuk mengetahui keadaan gizi : (Supariasa, I
Dewa Nyoman. 2002)

1. Survey digunakan untuk menentukan data dasar (database) gizi dan/atau


menentukan status gizi kelompok populasi tertentu atau menyeluruh, dengan
cara survey cross-sectional.
2. Surveillance dengan ciri khas yaitu monitoring berkelanjutan dari status gizi
populasi tertentu, dimana data dikumpulkan, dianalisis dan digunakan untuk
jangka waktu yang panjang, sehingga dapat mengidentifikasi penyebab
malnutrisi.
3. Penapisan (screening) untuk mengidentifikasi individu malnutrisi yang
memerlukan intervensi, dengan cara membandingkan hasil pengukuran –
pengukuran individu dengan baku rujukan (cut off point).
Macam-macam penilaian status gizi : (Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002)

1. Penilaian status gizi secara langsung :


a. Antropometri
Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk
berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan,
peralatan, dan keterangan untuk pelaksanaanya. Jika dilihat dari tujuannya
antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah
kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat
berubah, mudah turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.
2. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar
dada. Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukurannya tetap
atau naik, dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai
status gizi anak adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi
Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

Indeks Massa Tubuh Menurut (IMT/U)


Menurut Supariasa,dkk salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat.
Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar
itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi
dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah
dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah
pedesaan.3
Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara
antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh)
digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi
ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran
antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan
komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat mass)
dan bukan lemak tubuh (non-fat mass).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/Menkes/SK/XII/2010,
penentuan klasifikasi status gizi untuk anak usia SD (termasuk kelompok usia 5-
18 tahun) menggunakan indikator indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U).
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT= ----------------------------------------------------
Tinggi Badan(m) x Tinggi Badan(m)

a. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu,
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
Tabel 2.2

Tanda Klinik Kemungkinan Kekurangan Zat


Gizi
Pucat pada konjungtiva Anemia
Bitot spot Kurang vit. A
Angular stomatitis Riboflavin
Gusi berdarah Kurang vit. C
Pembesaran kelenjar gondok Kurang Yodium
Udem pada anak balita Kurang energi protein
Contoh Penilaian Status Gizi dengan melihat Tanda Klinik
(Dikutip dari kepustakaan 3)
a. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. (Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002)

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan


terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang
kurang spesifik, maka penentuan kimia faal ini dapat lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. (Supariasa, I Dewa Nyoman.
2002)

b. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemik (epidemic of night). (Supariasa, I Dewa Nyoman.
2002)

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengertian dan
penggunaan metode ini akan diuraikan sebagi berikut : (Supariasa, I Dewa
Nyoman. 2002)
a. Survei Konsumsi Makanan

b. Statistik Vital
c. Faktor Ekologi

2.1.2 Tinjauan Umum Anak Sekolah Dasar


Pengertian dan Karakteristik Anak SD
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik
lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra.
Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan
pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi: pertumbuhan tidak
secepat bayi, gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal). lebih
aktif memilih makanan yang disukai, kebutuhan energi tinggi karena aktivitas
meningkat, pertumbuhan lambat, pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra
remaja.
Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras
banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan
keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus
mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup.
(Sediaoetama A D. 2008.)

2.1.3 Tinjauan tentang Prestasi Belajar


A. Pengertian Belajar
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon atau perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Sumadi Suryabrata. 2004)
Seseorang dianggap telah belajar bila ia telah mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input
yang berupa stimulus dan keluaran atau output berupa respon. Faktor yang
mempengaruhi belajar dalam teori ini adalah penguatan respons. (Sumadi
Suryabrata. 2004)
Menurut teori humanistik, belajar adalah untuk memanusiakan manusia atau
dapat dikatakan proses aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Proses belajar
dapat dianggap berhasil bila seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Faktor yang berpengaruh disini adalah pengalaman konkrit,
pengalaman aktif, dan reflektif, konseptualisasi Ilmu pengetahuan dibangun
dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang dan eksperimentasi
seorang pelajar. (Sumadi Suryabrata. 2004)
Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan
suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. (Sumadi
Suryabrata. 2004)

B. Prinsip – Prinsip Belajar


Proses belajar adalah suatu hal yang kompleks, tetapi dapat juga dianalisa
dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu
kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan teknik belajar yang baik. Prinsip-
prinsip itu adalah : (Djamarah Syaiful Bahri. 2002)

1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar
untuk mencapai harapan-harapan.
2. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku
pelajaran itu sendiri.
3. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga
diperoleh pengertian-pengertian.
4. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari
dapat dikuasainya.
5. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara
dinamis antara murid dengan lingkungannya.
6. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan.
7. Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang
praktek sehari-hari.
C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, umumnya ditujukan dengan nilai yang
diberikan oleh guru. Prestasi belajar merupakan hasil dari proses kegiatan
belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan melalui proses
penilaian hasil belajar dengan menggunakan tes maupun evaluasi. (Zainul A.
Dan Nasution A. 1994)

Dari pendapat ahli di atas mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan


bahwa prestasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam
mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes.
Penilaian ini dapat berupa angka atau huruf. Sedangkan yang akan diungkap
dalam penelitian ini adalah pretasi belajar anak-anak SD Inpres VI Tamalanrea.

D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Menurut Slameto faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat
digolongkan ke dalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada
diri siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor
internal terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat ,minat,
motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
Faktor-faktor tersebut meliputi: (Zainul A. Dan Nasution A. 1994)
1. Faktor internal (factor dalam diri manusia)
a. Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:
1. Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf
sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui
inderanya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk
sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam
pelajarannya.

2. Karena kurang sehat


Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan
pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap
pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam
memproses, mengelola,menginterprestasi, dan mengorganisasi materi pelajaran
melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang
dipelajarinya.
3. Karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu :
- Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan,
dan gangguan psikomotor.
- Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu dan sebagainya. Bagi
seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti pendidikan
umum, dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa dengan
wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh serius harus mengikuti
pendidikan di tempat khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB).
b. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)
Faktor psikologi meliputi :
1. Intelegensi
Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki
IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas
tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan
pendidikan di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90
tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan
belajar.
2. Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap
individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah
mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus
mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya. Ia akan cepat bosan,
mudah putus asa, dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak
suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nilainya
rendah.
3. Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan
belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,
tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan, dan akan
menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu
pelajaran dapat dilihat dari cara mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan,
dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.
4. Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan
mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya
dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin
besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat
berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, dan giat membaca buku-buku
untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah,
tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran,
suka menggangu kelas, dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka
banyak mengalami kesulitan belajar.
5. Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi
kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar
adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan
hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa
harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya
kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-
kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat
kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu
tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional dan akan
menimbulkan kesulitan belajar.
6. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini
meliputi :
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.
Yang termasuk faktor ini antara lain : perhatian orangtua, keadaan
ekonomi orang tua, hubungan antara anggota keluarga.
b. Lingkungan sekolah
Yang dimaksud sekolah adalah guru, alat-alatan yaitu faktor alat dan
kondisi gedung.
c. Faktor Media Massa dan Lingkungan Sosial (Masyarakat)

E. Pengukuran Prestasi Belajar


Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal atau obyek tertentu menurut aturan
atau formulasi yang jelas. Jadi pengukuran prestasi belajar adalah pemberian
angka atau skala tertentu menurut suatu aturan atau formula tertentu terhadap
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui
pelajaran. Pengukuran ini digunakan oleh seorang pendidik atau guru untuk
melakukan penilaian terhadap hasil belajar anak didiknya, baik menggunakan
instrumen tes maupun non tes. Tes adalah suatu pernyataan atau tugas atau
seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang
atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan tertentu yang dianggap benar.
Instrumen non tes lebih ditekankan pada sikap seorang anak didik, misalnya sopan santun,
budi pekerti, dan hubungan sosial dengan teman dan lingkungan. Penilaian hasil belajar dapat
dilakukan dengan baik dan benar bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Secara garis besar
penilaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian
formatif digunakan untuk memantau sejauh manakah proses pendidikan telah berjalan
sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan penilaian sumatif dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit keunit berikutnya. (Zainul A.
Dan Nasution A. 1994)

F. Pengaruh Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar


Status gizi adalah pengukuran kadar gizi dalam tubuh seseorang yang dapat
diukur dengan skala berat bedan. Berat badan dapat menentukan terhadap
asupan makanan apa yang dikonsumsi seseorang. Hal ini tentu berhubungan
dengan kecukupan gizi yang sesuai baik dalam hal kualitas maupun kuantitas
zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan faal tubuh.
Pada usia anak sekolah kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-
hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Kebutuhan protein meningkat
karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi
terbatas atau kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi. Kebutuhan
protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/hari dan usia
16-18 tahun adalah 55 g/hari.
Kebutuhan energi sangat dibutuhkan pada proses pembelajaran anak, karena
pada proses belajar ilmu pengetahuan yang diterima berhubungan dengan
jasmaniah yang diperoleh melalui panca indera sehingga apabila salah satu
panca inderanya rusak maka anak tidak akan sempurna menerima pelajaran yang
berdampak terhadap buruknya prestasi belajar mereka. Anak dengan status gizi
kurang atau buruk selain mengalami hambatan pertumbuhan fisik juga akan
mengalami gangguan belajar antara lain berupa penurunan prestasi akademik di
sekolah.

2.2 Kerangka Teori


Berdasarkan dalam landasan teori, maka disusun kerangka teori mengenai
Hubungan status gizi dengan tingkat prestasi belajar, yang secara lebih lanjut
dapat dilihat dari bagan berikut :

Faktor Internal
1. Faktor Fisiologis Faktor Eksternal
1.1. Kesehatan 1. Faktor Lingkungan
1.2. Status Gizi Keluarga
2. Faktor Psikologis 1.1. Faktor Orang
2.1 Kecerdasan Tua
2.2 Bakat 1.2. Faktor Suasana
2.3 Minat Rumah
2.4 Motivasi 1.3. Faktor Ekonomi
2.5 Cara Belajar Keluarga
2. Faktor Lingkungan
Sekolah
2.1 Kurikulum
2.2 Program
Gambar 2.2 Kerangka teori
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN
Prestasi Belajar
HIPOTESIS

6.1 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Status Gizi Hasil Belajar

Variabel Perancu
Faktor Internal
1. Faktor Kesehatan
2. Faktor Psikologis

FaktorGambar
Eksternal
2.3 Kerangka konsep
1. Faktor Lingkungan Keluarga
2. Faktor Lingkungan Tempat Tinggal
Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti

3.2 Definisi Operasional


A. Penilaian Status Gizi
Definisi status gizi adalah keadaan seseorang yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis
(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan
lainnya).
Pada penelitian ini status gizi yang akan dipakai adalah Indeks Massa
Tubuh (BB/TB). IMT digunakan untuk mengetahui proporsi badan (gemuk,
normal, kurus) dan untuk menghitungnya tidak perlu diketahui umur.

Kriteria objektif Indeks Massa Tubuh (BB/TB2)


Subjek mengukur berat badan dan tinggi badan kemudian dimasukkan ke rumus
indeks massa tubuh dan diplot ke dalam growth chart WHO 2007.

IMT:
( )

1. Kurus : -3 SD sampai dengan < -2 SD


2. Normal : -2 SD sampai dengan 1 SD
3. Gemuk : > 1 SD sampai dengan 2 SD

B. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam
mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian
ini dapat berupa angka atau huruf. Kriteria Objektif nilai rata – rata rapor :
≥7 : Baik
<7 : Kurang

3.3 Hipotesis
1. Hipotesis Null (H0) :
Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat prestasi siswa SD
Inpres VI Tamalanrea Makassar
2. Hipotesis Alternatif (Ha) :
Terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat prestasi siswa SD Inpres VI
Tamalanrea Makassar.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian analytic observasional dengan
metode cross sectional yang mengkaji hubungan antara status gizi anak dengan
tingkat prestasi belajar siswa siswi SD Negeri Inpres Tamalanrea VI Makassar..

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian bertempat di SD Negeri Inpres Tamalanrea VI
Makassar. Waktu penelitian dimulai 13-18 November tahun 2017 selama 7 hari.

4.3 Populasi dan Sampel


A. Populasi Target
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4,5, dan 6 SD
Negeri Inpres Tamalanrea VI Makassar yang telah melalui semester ganjil
2016/2017.
B. Sampel
Sampel adalah populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap
mewakili populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total
Sampling, yaitu dengan mengambil seluruh sampel kelas 4,5, dan 6 SD Negeri
Inpres Tamalanrea VI Makassar.
C. Kriteria Sampel
Sampel merupakan siswa kelas 4,5, dan 6 SD Negeri Inpres Tamalanrea
VI Makassar.yang memiliki arsip nilai dan bersedia menjadi sampel.

4.4 Sumber Data Penelitian


Sumber data penelitian diperoleh dari data primer dengan menimbang
berat badan setiap siswa dengan menggunakan timbangan injak (Bathroom
Scale) dan microtice untuk mengukur tinggi badan. Selain itu, pada penelitian ini
digunakan pula data sekunder untuk mengetahui :
1. Identitas responden (nama,umur,jenis kelamin)
2. Gambaran umum lokasi penelitian
3. Prestasi belajar, diperoleh dari buku rapor yang meliputi nilai rata – rata siswa
semester genap

4.5 Cara Pengambilan Data


a. Data Primer
Status gizi yang diukur dengan menimbang berat badan dengan timbangan
injak yang mempunyai tingkat ketelitian 0,5 kg dan pengukuran tinggi badan
dengan microtoice yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
Cara mengukur :
a) Berat Badan
1. Meletakkan timbangan injak yang dilantai
2. Sebelum menimbang timbangan injak harus dalam posisi jarum pada
angka 0 (nol)
3. Siswa ditimbang dengan melepas sepatu dan meletakkan barang –
barang yang dibawa
4. Posisi siswa berdiri tegak lurus pandangan lurus ke depan dan kedua
kaki berada dalam timbangan
5. Peneliti membaca angka pada jarum timbangan injak dengan posisi
di depan timbangan injak.
b) Tinggi Badan
1. Menempelkan microtoice pada dinding yang lurus datar setinggi 2
meter. Angka 0 (nol) berada di lantai yang datar
2. Siswa diukur dengan melepaskan sepatu dan penutup kepala (siswa
perempuan yang rambutnya memakai pita dilepas bila mengganggu
pada saat pengukuran)
3. Siswa berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala
bagian belakang harus menempel pada dinding dan pandangan harus
lurus ke depan
4. Menurunkan microtoice sampai rapat pada kepala bagian atas, siku –
siku harus lurus menempel pada dinding
5. Peneliti membaca nagka pada skala yang Nampak pada lubang
gulungan microtoice. Angka tersebut merupakan tinggi siswa.
b. Data Sekunder
a. Identitas responden diperoleh dari biodata siswa di sekolah
b. Gambaran umum lokasi diperoleh dengan cara melihat data inventaris
gedung sekolah
c. Prestasi belajar diperoleh dari catatan atau buku rapor yang meliputi
nilai rata – rata siswa semester genap.

4.6 Tehnik Pengolahan Data dan Penyajian Data


Data terlebih dahulu diolah secara manual dengan menggunakan
Microsoft Excel dan SPSS serta disajikan dalam bentuk tabel.
4.6.1 Pengujian Hipotesis

a) Analisa Univariat
Analisa dilakukan pada tiap – tiap variabel penelitian untuk melihat
tampilan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap – tiap variabel yang diteliti.
b) Analisa Bivariat
Metode penelitian ini menggunakan uji statistik anova. Uji anova
digunakan untuk mengetahui apakah data sampel yang ada menyediakan bukti
cukup bahwa ada kaitan antara variabel – variabel dalam populasi asal sampel.
Pada analisa data uji anova dapat menggunakan program SPSS 20.00
for Windows. Aplikasi pengujian korelasi yang digunakan menggunakan uji
anova.

4.7. Alur Penelitian

Rumusan Landasan Rumusan


Masalah Teori Hipotesis

Pengumpulan Sampel Populasi


data

Analisis data Kesimpulan & Saran

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

3 Hasil Penelitian
Jumlah seluruh sampel yang memenuhi kriteria sampel adalah sebanyak 100
orang sampel yang terdaftar sebagai siswa kelas 4,5, dan 6 SD Inpres VI
Tamalanrea Makassar sampel laki – laki berjumlah 55 orang dan perempuan 45
orang.
Sampel yang diambil dari ketiga kelas masing – masing untuk kelas 4
berjumlah 37 orang, kelas 5 berjumlah 33 orang, dan kelas 6 berjumlah 30
orang.

5.1.1 Analisis Univariat


A. Status Gizi
Untuk status gizi pada penelitian ini menggunakan indikator IMT/U
kemudian diplot kedalam Grow Chart WHO 2007. Berikut tabel distribusi status
gizi berdasarkan IMT/U

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase(%)

1. Laki-laki 54 54

2. Perempuan 46 46

JUMLAH 100 100

Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel jenis kelamin di atas, yang paling banyak adalah jenis

kelamin laki-laki yaitu sebesar 54 orang (54%) dan jenis kelamin perempuan

sebesar 46 orang (46%).

Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi berdasarkan IMT/U

No. Status Gizi Frekuensi (n) Persentase(%)

1. Kurus 17 17
2. Normal 62 62
3. Gemuk 21 21
JUMLAH 100 100,0
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel status gizi di atas, yang paling banyak adalah status gizi

normal yaitu sebesar 62 orang (62%), lalu diikuti status gizi gemuk sebesar 21

orang (21%), dan status gizi kurus sebesar 17 orang (17%). Rata – rata status

gizi anak SD kelas 4,5, dan 6 adalah normal.

B. Prestasi Belajar
Untuk prestasi belajar pada penelitian ini menggunakan buku rapor yaitu
dengan melihat nilai rata – rata pelajaran untuk semester I. Berikut tabel
distribusi prestasi belajar

Tabel 5.3 Distribusi Prestasi Belajar berdasarkan Nilai Rata – rata Rapor

No. Prestasi Belajar Frekuensi (n) Persentase(%)

1. Baik 75 75
2. Kurang 25 25
JUMLAH 100 100,0
Sumber : Data sekunder

Berdasarkan tabel prestasi belajar di atas, yang paling banyak adalah prestasi
belajar baik yaitu sebesar 75 orang (75%) dan prestasi belajar kurang sebesar 25
orang (25%).

5.1.2 Analisis Bivariat

Tabel 5.4 Status Gizi berdasarkan Jenis Kelamin

Status Status Status


Persentase Persentase Persentase Total
Jenis Kelamin Gizi Gizi Gizi (%)
Total
(%) Normal (%) (%)
Kurus Gemuk
Laki – laki 8 15 32 59 14 26 54 100
Perempuan 9 20 30 65 7 15 46 100
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel status gizi untuk tiap jenis kelamin di atas,paling banyak
status gizi normal dengan anak laki – laki yaitu sebanyak 32 orang sedangkan
anak perempuan lebih sedikit yaitu sebesar 30 orang. Status gizi kurus pada anak
laki – laki sebesar 8 orang sedangkan anak perempuan sebesar 9 orang. Status
gizi gemuk pada anak laki – laki yaitu sebesar 14 orang sedangkan anak
perempuan sebesar 7 orang.

Tabel 5.5 Jenis Kelamin berdasarkan Prestasi Belajar

Jenis Prestasi Persentase Prestasi Persentase Total


Total
Kelamin Baik (%) Kurang (%) (%)
Laki – laki 48 89 6 11 54 100
Perempuan 27 59 19 41 46 100
Sumber : Data sekunder

Berdasarkan tabel jenis kelamin terhadap prestasi belajar di atas, yang paling
banyak adalah prestasi baik pada anak dengan jenis kelamin laki-laki yaitu
sebesar 48 orang sedangkan anak perempuan sebesar 27 orang. Untuk prestasi
kurang lebih banyak pada anak perempuan yaitu sebesar 19 orang sedangkan
anak laki-laki sebesar 6 orang.

C. Hubungan Status Gizi dan Prestasi Belajar

Hubungan antara status gizi dan prestasi belajar perlu dilakukan tabel silang

(crosstabulation) untuk mengetahui jumlah masing – masing antara status gizi

dengan prestasi belajar. Berikut tabel silang dari kelompok status gizi dan

prestasi belajar.

Tabel 5.6 Tabel Silang Status Gizi Berdasarka IMT/U dengan Prestasi

Belajar
Status Gizi Prestasi Persentase Prestasi Persentase Total Total P
Kurang (%) Baik (%) (%) Value
Kurus 7 41 10 59 17 100
Normal 12 19 50 81 62 100 0,172
Gemuk 6 29 15 71 21 100
Sumber : Uji Anova

Tabel 5.7 Uji Anova


ANOVA
Nilai
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,669 2 ,335 1,795 ,172
Within Groups 18,081 97 ,186
Total 18,750 99

Sumber : Data Primer

Selanjutnya pada penelitian ini dilakukan Uji Anova dan diperoleh hasil
p = 0,172 ini menunjukkan bahwa nilai p lebih besar dari nilai 0,05 dan dengan
demikian H1 ditolak dan H0 diterima.

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Sampel


Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, dan VI di Sekolah

Dasar Negeri Inpres Tamalanrea VI Makassar Tahun Pelajaran 2016/2017.

Siswa kelas IV, V dan VI sekolah dasar pada umumnya berada pada umur antara

10-12 tahun. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar

daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan lebih cepat, terutama

penambahan tinggi badan. (Cipto Mangunkusumo, 1990)

Sehingga dalam penelitian ini hanya memilih siswa kelas IV, V dan VI saja,

yang umurnya antara 10-12 tahun. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada

siswa kelas IV, V dan Vi di Sekolah Dasar Negeri Inpres Tamalanrea VI

Makassar Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat diketahui bahwa jenis kelamin

antara siswa laki-laki dengan perempuan yang menjadi sampel dalam penelitian

ini, yaitu 54 siswa laki-laki dan 46 siswa perempuan. Jenis kelamin dapat

mempengaruhi status gizi seseorang, sehingga konsumsi zat gizi yang

diperlukan antara laki-laki dan perempuan berbeda pula. Mulai umur 10-12

tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak laki-

laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih

banyak. Sedangkan anak perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga

memerlukan protein dan zat besi yang lebih banyak. (Cipto Mangunkusumo,

1990)

Untuk itu orangtua siswa sangat perlu memperhatikan kebutuhan gizi putra-

putrinya, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun yang berjenis kelamin

perempuan. Orang tua juga perlu untuk mengetahui keadaan putra-putrinya,

aktivitas putra-putrinya, sehingga dapat memberikan asupan zat gizi yang sesuai

untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar
proses belajar yang sedang dijalani putra-putrinya tidak mengalami gangguan

maupun hambatan.

6.2 Analisis Univariat

Dalam penelitian ini indeks yang digunakan adalah berat badan menurut

tinggi badan, yang diperoleh dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan,

kemudian disesuaikan dengan baku rujukan WHO-NCHS. Indeksi berat badan

menurut tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi

saat kini atau sekarang. (I Dewa Nyoman Supariasa, dkk, 2001)

Berdasakan hasil penelitian status gizi siswa kelas IV, V dan VI di

Sekolah Dasar Negeri Inpres Tamalanrea VI Makassar Tahun Pelajaran

2016/2017 dapat diketahui bahwa mayoritas sampel berada pada kategori status

gizi baik, yaitu sebanyak 62 siswa. Dalam keadaan normal, perkembangan berat

badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

Status gizi baik atau ada juga yang menyebutnya gizi normal, merupakan tingkat

kesehatan yang amat diidamkan, karena pada keadaan ini seseorang dapat

merasakan kenikmatan hidup jasmani dan rohani yang dimulai dari usia yang

semuda-mudanya dan berakhir pada usia yang tinggi.

Hasil analisis univariat pada prestasi belajar responden dapat diketahui

bahwa sebagian besar sampel memiliki prestasi belajar baik, yaitu sebanyak 75

siswa (75%) dari total sampel dan sisanya sebesar 25 (25%) memiliki hasil

belajar kurang. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Penilian hasil belajar


berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar

siswa. (Nana Sudjana, 2005)

Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah penilaian dari

sekolah yangdilakukan oleh guru yang mengajar, penilaian diberikan pada siswa

yang mengikuti kegiatan belajar disekolah. Tamatan Sekolah Dasar diharapkan

memiliki kompetensi: Mengenali dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama

yang diyakini, Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja

dan peduli terhadap lingkungan, berpikir secara logis, kritis dan kreatif, serta

berkomunikasi melaui berbagia media, menyenangi keindahan, membiasakan

hidup bersih, bugar dan sehat, memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa

dan tanah air. (E. Mulyasa, 2004)

6.3 Analisis Bivariat


Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square (program SPSS

versi 20.00) untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan tingkat

prestasi belajar berdasarkan IMT/U dengan nilai rata – rata rapor diperoleh nilai

p > 0,05 yaitu sebesar 0,168. Pada anak yang memiliki prestasi baik dengan

status gizi yang normal sebanyak 50 orang, lalu diikuti dengan status gizi gemuk

sebanyak 15 orang, dan yang berstatus gizi kurus sebanyak 10 orang. Sedangkan

anak yang memiliki prestasi kurang namun dengan status gizi yang normal yaitu

sebanyak 12 orang, lalu diikuti dengan status gizi kurus sebanyak 7 orang, dan

yang berstatus gizi gemuk sebanyak 6 orang.

Berdasarkan data tersebut, peneliti menyimpulkan tidak didapatkan adanya

hubungan antara status gizi dengan tingkat prestasi anak kelas 4,5, dan 6 SD
Inpres VI Tamalanrea Makassar karena berdasarkan hasil uji chi square

didapatkan hasil nilai signifikan (p) > 0,005. Tidak adanya hubungan antara

kedua variabel ini dikarenakan banyaknya faktor lain yang ikut turut

mempengaruhi seperti pemenuhan zat gizi, fisiologi (kesehatan jasmani),

genetik, psikologi anak, perkembangan otak anak, lingkungan keluarga, sekolah,

dan masyarakat di sekitar anak tersebut tinggal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rani

Kartikasari dari Universitas Negeri Semarang yang meneliti status gizi dengan

menggunakan indikator TB/U dan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara status gizi dengan tingkat prestasi belajar. Sedangkan pada penelitian di

SDN 79 Sawakung Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar yang

meneliti status gizi dengan menggunakan indikator BB/TB dan LLA

menunjukkan pula bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan dikarenakan

banyaknya faktor yang turut mempengaruhi baik dari faktor internal maupun

faktor eksternalnya. (Anik Pamilu, 2008)

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi


secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ –
organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa, I Dewa Nyoman,2002)
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh

kembang anak. Selama berada dalam kandungan, anak tergantung pada zat gizi

yang

terdapat dalam darah ibu, sedangkan setelah lahir kebutuhan gizi anak

tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna.


Selain penyakit infeksi, keadaan gizi ibu yang kurang baik selama hamil dan

pola makan bayi yang salah merupakan penyebab kegagalan pertumbuhan anak

di Indonesia. (Anik Pamilu,2008)

Pemenuhan gizi yang baik sangat berperan dalam pencapaian pertumbuhan

badan yang optimal, termasuk di dalamnya pertumbuhan otak anak.

Perkembangan

otak anak paling cepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai bayi

berusia

delapan belas bulan. Setelah masa tersebut otak masih tumbuh, tetapi dengan

kecepatan yang semakin berkurang hingga usia 5 tahun. Oleh karena itu, orang

tua

harus memastikan bahwa pada masa tersebut kebutuhan gizi anak harus

terpenuhi

dengan lengkap. Kekurangan salah satu nutrisi dapat mengakibatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Terkait dengan kinerja otak,

kekurangan gizi dapat mengurangi tingkat kerja neurotransmitter tertentu dan

mempengaruhi perkembangan perilaku anak. Makanan yang disediakan untuk

anak sebaiknya memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang meliputi

karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak. Susunan hidangan disesuaikan

dengan selera dan pola makan anak sehingga dapat meningkatkan nafsu

makannya. Porsi makanan diberikan sesuai kebutuhan dan makanan dihidangkan

dalam keadaan higienis. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang

dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu

ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul
konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari

kalau hal tersebut karena faktor gizi. (Budianto A K,2009)

Kualitas seorang anak juga dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses

tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor

lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan

gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi

lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial. (Djamarah Syaiful Bahri,2002)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan

ke dalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan

faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal terdiri dari

kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat ,minat, motivasi, kematangan,

kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Contoh dari faktor

internal sendiri yaitu karena sakit, anak yang kurang sehat dapat mengalami

kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya

konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Karena hal-

hal tersebut penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak

tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola,

menginterprestasi, dan mengorganisasi materi pelajaran melalui inderanya

sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya. Sedangkan

untuk faktor eksternal contohnya lingkungan keluarga, keluarga merupakan

pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang termasuk faktor ini antara lain :

perhatian orang tua, keadaan ekonomi orang tua, hubungan antara anggota

keluarga. (Zainul A. Dan Nasution A, 1994)


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan mengenai hubungan status

gizi dengan tingkat prestasi belajar siswa kelas 4,5, dan 6 SD Inpres VI

Tamalanrea Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan yakni sebagai berikut :

1. Status gizi di atas, yang paling banyak adalah status gizi normal yaitu

sebesar 62 orang (62%), lalu diikuti status gizi gemuk sebesar 21 orang

(21%), dan status gizi kurus sebesar 17 orang (17%). Rata – rata status

gizi anak SD kelas 4,5, dan 6 adalah normal.

2. Untuk prestasi belajar yang paling banyak adalah prestasi belajar baik

yaitu sebesar 75 orang (75%) dan prestasi belajar kurang sebesar 25

orang (25%).

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan

tingkat prestasi belajar siswa kelas 4,5, dan 6 SD Inpres VI Tamalanrea

Makassar, karena dengan melihat hasil dari uji anova nilai p = 0,172

dimana nilai p > 0,05

4. Tidak ada Hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar. Prestasi

tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi melainkan masih banyak faktor

lain yang ikut mempengaruhi contohnya faktor fisiologi (kesehatan

jasmani), genetik, psikologi anak, perkembangan otak anak, lingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat di sekitar anak tersebut tinggal.

6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran –

saran antara lain :

1) Bagi Orangtua

Orang tua diharapkan memberikan perhatian terhadap gizi anak. Berilah

makanan dengan menu gizi yang seimbang dan beragam. Makan makanan yang

beraneka ragam merupakan makanan yang mengandung unsur zat gizi yang

diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. Biasakan anak sarapan

pagi karena sarapan merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik

agar dapat berkonsentrasi di sekolah.

2) Bagi Pihak Sekolah

Sekolah diharapkan dapat membantu orang tua dalam memantau

pertumbuhan dan perkembangan anak di sekolah serta dapat memberikan solusi

untuk seperti pemberian makanan tambahan agar dapat meningkatkan prestasi

anak.

3) Bagi Penulis

Penulis diharapkan dapat terus melakukan penelitian – penelitian dengan

menggunakan variabel – variabel lain seperti kesehatan jasmani, psikologi,

genetic, pola asuh orang tua dan lain sebagainya sehingga dapat saling

menunjang dan agar kita dapat mengetahui status gizi di seluruh wilayah

Indonesia khususnya Makassar.


DAFTAR PUSTAKA

1. Devi N. Gizi Anak Sekolah. Jakarta : Kompas. 2012. Hal: 47-127.


2. Veugelers P.J. Children Lifestyle and School-performance Study, Journal
of School Health (Online), (www.nsclass.ca, diakses 02 Agustus 2017).
3. Supariasa, I Dewa Nyoman. Metode penelitian status gizi. Dalam:
Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. 2002. Hal 27-62.
4. Budianto A K. Pangan, Gizi, dan Pembangunan Manusia Indonesia:
Dasar – Dasar Ilmu Gizi, Malang: 2009.
5. Sediaoetama A D. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: PT.
Dian Rakyat. 2008.
6. Ali Khomsa. Pola Makan Sehat. Dalam: Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Dalam: Pola Makan Sehat. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada. 2003. Hal: 103-167.
7. Depkes RI. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa
Datang. Jakarta: 2004
8. Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grapindo
Persada. 2004.
9. Djamarah Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.2002
10. Zainul A. Dan Nasution A. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud. 1994
11. Anik Pamilu. Mengoptimalkan Keajaiban Otak Kanan dan Otak Kiri Anak.
Magelang: Pustaka Horizona. 2008
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Andra Pratama Putra

Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 26 April 1996

Alamat : Jl. Tun Abd. Razak, Citraland Fawn

Garden

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Kuncup Pertiwi Tahun 2001 s/d Tahun2002

2. SDN 12 Baruga Tahun 2002 s/d Tahun 2007

3. SMPN 9 Kendari Tahun 2007 s/d Tahun 2010

4. SMAN 4 Kendari Tahun 2010 s/d Tahun 2013

5. FK UNHAS Tahun 2014 s/d sekarang


Rata-
rata
No. Nama JK TB BB IMT kategori nilai
1 Aidil L 121 20 13.7 kurus 79.4 Baik
2 Hafidz L 130 29 17.2 normal 83 Baik
3 Zaenal L 126 27 17.0 normal 81.9 Baik
4 Ibnu L 132 35 20.1 gemuk 79.2 Baik
5 Fathir L 119 20 14.1 normal 79 Baik
6 Sofyan L 129 24 14.4 normal 78 Baik
7 Alif L 119 20 14.1 normal 80.7 Baik
8 Aso L 115 23 17.4 normal 70.6 Baik
9 Fachri L 140 40 20.4 gemuk 82.6 Baik
10 Fauzan L 132 37 21.2 gemuk 77.8 Baik
11 Nabil L 112 21 16.7 normal 82.6 Baik
12 Rasya L 122 30 20.2 gemuk 80.1 Baik
13 Alif L 131 22 12.8 kurus 73.7 Baik
14 Ryan L 120 25 17.4 normal 82.1 Baik
15 Rayhan L 117 18 13.1 kurus 74.7 Baik
16 Jassend L 118 26 18.7 normal 70.6 Baik
17 Aida P 132 35 20.1 gemuk 84.9 Baik
18 Billah P 119 20 14.1 normal 86.5 Baik
19 Amelia P 129 24 14.4 normal 85.5 Baik
20 Mawahda P 119 20 14.1 normal 82.8 Baik
21 Patappari P 115 23 17.4 normal 84.8 Baik
22 Anindya P 132 37 21.2 gemuk 84.9 Baik
23 Annisa P 112 21 16.7 normal 78.4 Baik
24 Brigitha P 122 30 20.2 gemuk 86.7 Baik
25 hayatun P 131 22 12.8 kurus 85.1 Baik
26 lulu P 120 25 17.4 normal 88.7 Baik
27 nurul P 117 18 13.1 kurus 83.3 Baik
28 nur hikma P 118 26 18.7 normal 80.3 Baik
29 ayu P 132 35 20.1 gemuk 83.6 Baik
30 putri P 129 24 14.4 normal 81.6 Baik
31 shireen P 119 18 12.7 kurus 85.1 Baik
32 zakiah P 111 18 14.6 normal 84.2 Baik
33 adzkia P 126 23 14.5 normal 80.3 Baik
34 kesia P 114 36 27.7 gemuk 83.6 Baik
35 nur qalbi P 125 26 16.6 normal 81.7 Baik
36 liyana P 131 34 19.8 gemuk 77.2 Baik
37 ananda P 120 21 14.6 normal 86.7 Baik
Rata-rata
No. Nama JK TB BB IMT Kategori nilai
1 Jaelani L 119 20 14.1 normal 78.2 baik
2 helmi L 115 23 17.4 normal 76.7 baik
3 rifki L 140 40 20.4 gemuk 87.5 baik
4 saputra L 132 37 21.2 gemuk 76.8 baik
5 andi L 112 21 16.7 normal 79.3 baik
6 fathir L 122 30 20.2 gemuk 66.2 kurang
7 fachry L 131 22 12.8 kurus 60 kurang
8 antonius L 120 25 17.4 normal 84.8 baik
9 arjun L 117 18 13.1 kurus 60 kurang
10 damai L 118 26 18.7 normal 81.8 baik
11 fu'ad L 132 35 20.1 gemuk 60.6 kurang
12 gustian L 119 20 14.1 normal 78.9 baik
13 alqisyahbani L 129 24 14.4 normal 83.4 baik
14 arifin L 119 20 14.1 normal 84.3 baik
15 fathir faturahman L 115 23 17.4 normal 65.6 kurang
16 rafly L 132 37 21.2 gemuk 79.7 baik
17 Ezra L 112 21 16.7 normal 80.9 baik
18 Rahul L 119 20 14.1 normal 60.1 kurang
19 Riski L 115 23 17.4 normal 60 kurang
20 Shinclair L 140 40 20.4 gemuk 84.3 baik
21 Rangga L 132 37 21.2 gemuk 66.3 kurang
22 Andini P 112 21 16.7 normal 82.9 baik
23 Harnia P 122 30 20.2 gemuk 60 kurang
24 Kurnia P 120 23 16.0 normal 82.3 baik
25 Nur hikma P 116 20 14.9 normal 76.3 baik
26 nurul wahidiah P 126 25 15.7 normal 63.2 kurang
25 putri ayu P 120 22 15.3 normal 71 baik
26 Rizqin P 135 28 15.4 normal 81.7 baik
27 Sintia P 126 31 19.5 normal 86 baik
28 Fatimah P 114 18 13.9 kurus 86.1 baik
29 Uli P 117 19 13.9 kurus 83.7 baik
30 Vebyana P 121 22 15.0 normal 86.8 baik
31 Aurel P 115 23 17.4 normal 77.9 baik
32 Cynthia P 132 39 22.4 gemuk 62.6 kurang
33 Amanda P 112 24 19.1 normal 66.5 kurang
No. Nama JK TB BB IMT Kategori Rata-rata nilai
1 akbar ratu L 129 31 18.6 normal 79.7 baik
ambo
2 hasma L 126 32 20.2 normal 80.9 baik
3 faizal L 114 18 13.9 kurus 60.1 kurang
4 gilang L 117 19 13.9 kurus 60 kurang
5 holidin L 121 22 15 normal 77.9 baik
6 iqra L 125 24 15.4 normal 62.6 kurang
7 khalim L 132 28 16.1 normal 66.2 kurang
8 aldi L 119 20 14.1 kurus 60 kurang
9 M. Dara L 129 50 30.0 gemuk 84.8 baik
10 Hasbi L 128 38 23.2 normal 60 kurang
11 reza L 119 28 19.8 normal 86.8 baik
12 abishar L 127 35 21.7 normal 77.9 baik
13 akbar L 127 38 23.6 normal 62.6 kurang
14 fahrezy L 140 49 25 gemuk 66.5 kurang
15 risal L 132 32 18.4 normal 74.7 Baik
16 Sulfahmi L 114 20 15.4 normal 70.6 Baik
17 hidayat L 130 28 16.6 normal 64.9 kurang
18 zaenal L 121 20 13.7 kurus 86.5 Baik
19 wiwik P 126 24 15.1 normal 85.5 Baik
20 cantika P 121 22 15 normal 82.8 Baik
21 keyzha P 111 18 14.6 kurus 84.8 Baik
22 kurnia P 117 20 14.6 kurus 63.5 kurang
23 mutiara P 119 22 15.5 normal 60 kurang
24 nuraisyah P 126 27 17 normal 81.8 baik
25 nurpratima P 128 25 15.3 normal 60.6 kurang
26 nurhafiza P 116 20 14.9 kurus 81.7 Baik
27 putri P 126 25 15.7 normal 77.2 Baik
28 risma P 120 23 16 normal 66.7 kurang
29 surianti P 120 22 15.3 normal 67.3 kurang
30 nurul P 135 28 15.4 normal 83.7 baik
Frequencies

Statistics
imt Nilai JK
N Valid 100 100 100
Missing 0 0 0

Frequency Table

Imt
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurus 17 17,0 17,0 17,0
normal 62 62,0 62,0 79,0
gemuk 21 21,0 21,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

Nilai
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 25 25,0 25,0 25,0
baik 75 75,0 75,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 54 54,0 54,0 54,0
perempuan 46 46,0 46,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

CROSSTABS
/TABLES=IMT BY JK
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai * imt 100 100,0% 0 0,0% 100 100,0%

Nilai * imt Crosstabulation


Count
imt
kurus normal gemuk Total
Nilai kurang 7 12 6 25
baik 10 50 15 75
Total 17 62 21 100

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 3,569 2 ,168
Likelihood Ratio 3,380 2 ,184
Linear-by-Linear Association ,558 1 ,455
N of Valid Cases 100
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 4,25.

ANOVA
Nilai
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,669 2 ,335 1,795 ,172
Within Groups 18,081 97 ,186
Total 18,750 99
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai