Anda di halaman 1dari 20

RESUME KEPERAWATANMEDIKAL BEDAH

DI RUANGAN POLI BEDAH

RSUD KOTA KENDARI

DI SUSUN OLEH

RAJIF SASTRO

NIM . P 2019 01188

ROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES MANDALA WALUYA KENDARI

2020
REESUME KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN. M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP TUMOR JINAK
DIRUANGAN POLI BEDAH
RSUD KOTA KENDARI

Nama Mahasiswa : Rajif Sastro


Waktu Praktek : 09.00
Ruangan : Poli Bedah

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. M
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin :L
Alamat : Lapulu
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Pekerjaan : Wirasuasta
DX. Medis : Post Op Tumuor Jinak
Tgl. MSR : 26-06-2020
Tgl. Pengkajian : 26-02-2020
No. RM : 17 86 49
Jam Pengkajian : 11.49

B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Riwayat penyakit sekarang
 Klien melakukan konsultasi perawatan luka post op
2. Riwayat kesehatan dahulu
 Klien perna di operasi pada tanggal 22-02-2020
3. Riwayat kesehatan keluarga
 Klien mengatakan orang tuanya mempunyai riwayat penyakit hipertensi
4. Riwayat alergi
 Klien tidak memiliki alergi

C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Presepsi dan pemeliharaan keperawatan
 Klien menerima keadaan penyakitnya
 Klien mengatakan selalu menjaga luka Post Op nya agar tetap keringa dan
tidak basah
2. Pola nutrisi dan metabolic
 Intake makanan
 Klien makan 3 x / hari
 Tidak ada keluhan saat makan
 Intake cairan
 Klien minum ± 2300 ml / hari
 Tidak ada keluhan saat minum
3. Pola eliminasi
 Buang air besar
 Klien mengatakan tidak ada keluhan sat BAB
 Klien BAB 2 x / hari
 Buang air kecil
 Klien mengatakan tidak ada keluhan saat BAK
 Klien BAK 3-4 x / hari
4. Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan / Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas Di Tempat Tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Di bantu orang lain
3 : Dibangtu orang lain dan alat bantu
4 : Ketergantungan
5 : mandiri
5. Pola Tidur dan Istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perasaan saat bangun
tidur):
 Klien tidur siang mulai dari jam 13.00 – 15.00 (3 jam )
 Klien tidur di malah hari dari jam 22.00 – 04.30 (7 jam )
 Klien menatakan tidak ada kesulitan saat tidur
 Klien mengatakan perasaan saat bangun tidur cukur nyaman
6. Pola Perceptual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):
 Penglihatan, pendengaran, pengecap dan sensasi klien normal

7. Pola Persepsi Diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep


diri):
 KLien menatakan menerima keadaan penyakitnya
 Klien tampak tidak cemas
8. Pola Seksualitas dan Reproduksi (fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi,
dll):
 Tidak terkaji
9. Pola Peran-Hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain,
kemampuan keuangan)
 Komunikasi Klien dengan tenaga medis cukup baik
10. Pola Managemen Koping-Stress (perubahan terbesar dalam hidup akhir-
akhir ini, dll)
 Klien menatakan perubahan saat habis di opersai yaitu klien tidak bisa
beribadah
11. Sistem Nilai dan Keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan, dll)
 Klien mengatakan aktifitas terutama beribahdah tertanggu akibat luka di
lehernya
 Sebelum operasi klien rajin beribadah

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Cephalocaudal
a. Keluhan yang dirasakan saat ini:
 Klien datang ke poli bedah untuk konsultasi luka post op nya
b. TD: 120/80 /mmHg P: 21 x/menit N: 87 x/menit S: 36, 6 oC
c. BB / TB : - Kg /- cm
d. Kepala
 Inspeksi
Tampak kepala simetris, rambut warna hitam, rambut tampak panjang,
tidak ada ketombe dan minyak.
e. Leher
 Inspeksi
Tampak luka jahitan sebanyak 8 jahitan di leher kiri klien, tampak luka
mongering dan tidak ada tanda – tanda infeksi
 Palpasi
Arteri radialis teraba jelas, tidak ada nyeri tekan pada luka.
f. Thoraks
 Inspeksi
Pengembangan dada simetris kiri dan kanan
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada dada
 Auskultasi
Bunyi jantung lup dup, tidak terdapat bunyi jantung tambahan, bunyi
pernafasan fesikuler, tidak terdapat bunyi nafas tambahan.
g. Ingunal
 Inspeksi
Tidak terdpat inguinal pada perut dan lipatan paha
h. Ekstremitas (termasuk keadaan kulit, kakuatan
 Inspeksi
Kekuatan otot , tangan dan kaki ntampak bersi, kuku tanmpak
bersih, kulit tampak bersih, tidak ada nyeri tekan pada ekstermitas.

E. PENANGANAN KASUS
 Perawatan Luka Post Op

F. TERAPI
 Terapi Obat :
Iremax 2 x 1
Ceftriaxon 2 x 1
KLASIFIKADI DATA

DS :
 Klien mengatakan tidak bisa berwuduh akibat luka di lehernya
 Klien mengatakan aktifitas terutama beribahdah tertanggu akibat luka di
lehernya

DO :
 Tampak luka jahitan sebanyak 8 jahitan di leher klien
 Tampak luka jahitan kering dan tidak ada tanda tanda infeksi
 Klien tidak merasakan nyeri pada luka
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. M Dx. Medis : Post Op Tumor Jinak

No. RM : 17 86 49

Data
No Tgl/jam Etiologi Problem Prioritas
(Subyektif dan Obyektif)
1 RESIKO DISTRESS Resiko distress spiritual b.d 1
DS : SPRITUAL konflik spritual
 Klien mengatakan tidak
bisa berwuduh akibat luka
di lehernya
 Klien mengatakan aktifitas
terutama beribahdah
tertanggu akibat luka di
lehernya

DO :
 Tampak luka jahitan
sebanyak 8 jahitan di leher
klien
 Tampak luka jahitan
kering dan tidak ada tanda
tanda infeksi
 Klien tidak merasakan
nyeri pada luka
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. M Dx. Medis : Post Op Tumor Jinak

No. RM : 17 86 49

No Dx. Kep Tujuan Dan Kriteria hasil Nursing Intervention Implementasi


Resiko distress Setelah dilakukan tindakan  Dukungan penatalaksanaan ibadah Observasi :
1 spiritual b.d keperawatan selama 1 x 17 jam ( Hal. 30 ) 1) Mengidentifikasi kebutuhan
konflik di harapkan klien tidak terjadi pelaksanaan ibadah klien
Observasi : Hasil :
spritual distress spiritual dengan criteria
1) Identifikasi kebutuhan  Klien mengatakan tidak
hasil : pelaksanaan ibadah klien bisa beribadah, sebab
N Kriteria IR ER Kolaborasi : kalau berwuduh klien
o
1 Kemampuan 3 4 2) Konsultasi medis terkait takut lukanya basah
modifikasi gaya pelaksanaan ibadah ( terutama Kolaborasi :
hidup saat berwuduh agar luka tidak 2) Konsultasi medis terkait
2 Kemampuan 3 4 basah ) pelaksanaan ibadah ( terutama
mencari 3) Anjurkan bertanya pada saat berwuduh agar luka tidak
informasi tentang
factor resiko
kelompok pendukung spiritual basah )
seperti (Imam) Hasil :
 Dokter dan Perawat
Menjelaskan Bahwah
lukanya sudh sembuh
dan kering dan tidak apa
– apa Bila terkena air
asalkan segera di
keringkan.
3) Anjurkan bertanya pada
kelompok pendukung spiritual
seperti (Imam)
Hasil :
 Klien mengatakan akan
bertanya ke pada imam
masjid untuk alternative
lainnya saat beribadah
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR COLLI JINAK
1. PENGERTIAN
Pengertian tumor secara umum adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkendali
dari suatu organ tubuh.
Tumor Colli adalah benjolan atau pembengkakan dalam tubuh pada bagian leher.
Tumor Colli adalah adanya massa dalam tubuh pada bagian leher.
Tumor colli adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma pada bagian leher.

2. KLASIFIKASI TUMOR
Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena
timbuldan berkembang biaknya sel-sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh
terusmerusak bentuk dan organ tempat tumbuh kanker. Neoplasma jinak tumbuh dengan
batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi membesar dan menekan jaringan
sekitarnya (ekspansif) dan umumnya tidak bermetastase. Klasifikasi patologik tumor dibuat
berdasarkanhasil pemeriksaan mikroskopis pada jaringan dan tumor

3. ETIOLOGI
1) Karsinogen kimiawi dapat alami atau sintetik, misalnya aflatoksin B1 pada
kacang, vinylklorida pada industri plastik, benzoapiran pada asap kendaraan bermotor,
kemoterapi dalam kesehatan.
2) Karsinogen fisik, misalnya sinoar ionisasi pada nuklir, sinar radioaktif, sinar ultraviolet.
3) Hormon, misalnya estrogen.
4) Viral, misalnya TBL-I, HBV, HPV, EBV
5) Gaya hidup, misalnya diet, merokok, alcohol
6) Parasit, misalnya schistoma hematobium
7) Genetik
8) Penurunan imunitas
4. MANIFESTASI KLINIS
1) Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2) Pertumbuhan amat lambat
3) Tidak memberikan keluhan
4) Paralisis fasial unilateral

5. GEJALA TUMOR COLLI / TUMOR LEHER


Tumor leher yang disebabkan oleh karsinoma nasopharynx terletak diujung
processus mastoideus, di depan m. Sternocleidomastoideus dan dibelakang
angulus mandibullae. Pembesaran tumor leher ini merupakan penyebaran terdekat
secara limfogen, sedang penyebaran jauh dapat ke hati, paru-paru, tulang pinggul,
os sacrum dan lain-lain. Pembesaran tumor di leher inilah yang sering mendorong
penderita pergi ke dokter.

6. PATOFISIOLOGI
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas
darikendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk
danstrukturnya. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam
bentuk danfungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, kemampuan dalam berinfiltrasi dan
menyebabkanmetastasePada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu tempat
(unisentrik), tetapi kadangtumor berasal dari beberapa sel dalam satu organ (multisentrik) atau
dari beberapa organ(multiokuler) pada waktu bersamaan (sinkron) atau berbeda (metakron).  
Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ tempat asalnya maka tumor
dikatakanmencapai tahap local, namum bilatelah infiltrasi ke organ sekitarnya dikatakan
mencapai tahapinvasive atau infiltratif .Sel tumor bersifat tumbuh terus sehingga makin lama
makin besar dan mendesak jaringansekitarnya. Pada neoplasma sel tumbuh sambil menyusup
dan merembes ke jaringan sekitarnyadan dapat meninggalkan sel induk masuk ke pembuluh
darah atau pembuluh limfe, sehinggaterjadi penyebaran hematogen dan limfatogen.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan rontgen
Foto– foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya
tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan
metastasis hematogen.Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan
bahan kontras (sialografi)dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu
berasal dari atau berhubungandengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini
penting untuk membedakan antarasuatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat
ditambah dengan temografi. Metode inikurang berguna untuk membedakan antara tumor
jinak dan ganas.

2) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap, urin.
b. Laboratorium patologi anatomi
3) Pemeriksaan CT-ScanDiagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor
dan hasil biobsi dari lesi.Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di
biobsi. Informasi daripemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu
mendiagnosis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan ,
alamat,pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan
diagnosa medis.
2. Persiapan penunjang
Meliputi laboratorium, GDS, urine.
3. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Integumen :
a. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
b. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
c. Perhatikan pigmentasi kulit4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
2) Sistem Gastrointestinalis
a. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
b. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
c. Kaji diare & konstipasi
d. Kaji anoreksia
e. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
3) Sistem Hematopoetik
a. Kaji Netropenia
- Kaji tanda infeksi
- Auskultasi paru
- Perhatikan batuk produktif dan napas dispnoe
- Kaji suhu
b. Kaji trombositopenia : <50.000/m3 – menengah, <20.000/m3
c. Kaji anemia
- Warna kulit, capilarry refil time
- Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
4) Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
a. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk
nonproduktif  – terutama bleomisin
b. Kaji tanda CHF
c. Lakukan pemeriksaan EKG
5) Sistem Neuromuskular
a. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik 
b. Perhatikan adanya parestesia
c. Evaluasi refleks
d. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
e. Kaji gangguan pendengaran
f. Diskusikan ADL
6) Sistem genitourinari
a. Kaji frekwensi BAK
b. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
c. Kaji : hematuria, oliguria, anuria
d. Monitor BUN, kreatinin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : klien tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
1) Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
3) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk melaksanakan teknik
mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik 
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regener
8) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
1) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala
aktifitassehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
3) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
4) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawat
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan :
- Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
1) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3) Kaji respon anak terhadap anti emetik
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise,mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual
dan muntahserta kemoterapi
2) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk
memperbaikikualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau
suplemen yangdijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
5) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkanproduk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kaloridan protein yang adekuat
7) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya
bila BB danpengukuran antropometri kurang dari normal
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi,imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2) Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasipada beberapa agen kemoterapi
5) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
6) Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
Dorong masukan kalori protein yang adekuatRasional : untuk mencegah
keseimbangan nitrogen yang negative
7) Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan benjolan di leher
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif 
Intervensi :
1) Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna
rambut anak sebelum rambut mulai rontok 
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut
2) Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin
atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
halusRasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna
atauteksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan
rambut baru
4) Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya
wig, skarf,topi, tata rias, dan pakaian yang menarik 
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
7. Cemas berhubungan dengan persiapan operasi
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria hasil :
- Klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yangmembuat
stress.
- Klien mampu mempertahankan penampilan peran.
- Klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
- Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- Tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
Intervensi :
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
2) Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasiansietas di masa
lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif,meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas.
3) Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien
untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
4) Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saatini, harapan-
harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yangdibutuhkan untuk
mengurangi kecemasan.
5) Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-harimeskipun
dalam keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinyamampu
mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada dirisendri yang dibuktikan
dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
6) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
7) Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada pasien dankeluarga
menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
8) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPN (2019). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diaknositik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Dongoes, Marilynn E,1999, Rencana asuhan Keperawatan, EGC: jakarta
Long, B, C, 2000, Perawatan Medikal bedah edisi VII, Yayasan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pelajaran: Bandung
Mansjoer, A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II, media Aesculapius:
jakarta
Smeltzer, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddath, EGC:jakarta

Anda mungkin juga menyukai