ASKEP Jiwa Pada Gangguan Konsep Diri
ASKEP Jiwa Pada Gangguan Konsep Diri
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah
Keperawatan Jiwa 1
Disusun Oleh:
Alfian 132141031
Imkani Husna 132141035
Irani Suri Hasanah 132141005
Oktavia Fitriyani 132141010
Tri Ayu Laksana 132141013
Valentina Indah Fitriani 132141021
JUDUL
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mikropar ini
dengan baik dan benar. Kami banyak mengalami kesulitan dalam penyusunan
makalah ini, namun berkat pengarahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak terutama dari dosen pembimbing mata kuliah, kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, materi,
maupun dari segi lainnya. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah Mikropar demi
terciptanya kesempurnaan dan untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan yang lebih luas bagi
para pembaca khususnya para mahasiswa Universitas MH. Thamrin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Individu dengan konsep diri yang positif mampu lebih baik membentuk,
mengembangkan dan mempertahankan hubungan dengan diri sendiri
(interpersonal), melawan penyakit psikologis dan fisik. Individu yang memiliki
konsep diri yang kuat mempunyai kemampuan sangat baik untuk menerima
sesuatu atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi selama hidupnya baik itu
menyangkut dirinya sendiri atau dengan orang lain. Namun apabila terjadi
ketidakseimbangan diantara hal tersebut maka akan terjadi gangguan konsep diri.
Gangguan konsep diri merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami atau
berisiko mengalami kondisi perubahan perasaan pikiran atau pandangan dirinya
sendiri yang negatif (Carpenito, 2001). Gangguan konsep diri merupakan salah
satu bentuk masalah kejiwaan yang sering terjadi. Gangguan konsep diri meliputi
gangguan pada: gambaran diri, ideal diri, penampilan peran, identitas diri dan
harga diri.
1
2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (mis; “Saya kuat dalam
matematika”). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep
diri memerikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005)
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. (Stuart and Sudeen, 1998).
5
6
2. Dimensi Pengharapan
Dimensi pengharapan yakni pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini
merupakan self-ideal atau diri yang dicita-citakan. Cita-cita diri meliputi
dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti
apa yang kita inginkan.
3. Dimensi Penilaian
Dimensi ketiga yakni penilaian kita terhadap diri sendiri. Penilaian diri sendiri
merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi.
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah
kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan.
Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai
konsep diri yang positif.
8
Ciri-ciri konsep diri pada anak dan remaja yang memiliki konsep diri negatif
adalah:
1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan
mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang
mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya,
sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi
sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam
berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari
dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan
berbagai logika yang keliru.
1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak
lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam
melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan
berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman
atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan
interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau
masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari
hubungan individu dan sosial yang terganggu.
1. Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
melatarbelakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan
citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang
positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan
interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas.
3. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri yang adaptif
dengan konsep diri yang maladaptif. Tanda dan gejala yang ditunjukkan sperti
perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang lain dari
harga diri rendah diantaranya rasa bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri
sendiri atau orang lain, menarik diri dari realitas, pandangan diri yang pesimis,
perasaan tidak mampu, perasaan negative pada dirinya sendiri, percaya diri
kurang, mudah tersinggung dan marah berlebihan.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu
dengan tidak adanya rasa percaya diri, ketergantungan, sukar membuat keputusan,
masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan proyeksi. Jika seseorang
memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut telah mengalami
gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan depersonalisasi
mengalami persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup mereka
yang membuat mereka tidan nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara atau
lama atau berulang untuk beberapa tahun. Orang dengan gangguan tersebut
seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk menggambarkan gejala-
gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila.
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan
dijamin hanya jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan
gangguan. Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif
untuk beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan membantu seseorang
dengan gangguan tersebut.
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali akan menimbulkan pertanyaan
kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebab
terletak pada kelemahan diri sendiri. Kegagalan sering membuat seseorang merasa
dirinya tidak berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang
cenderung lebih negative dalam memandang dan merespon segala sesuatu
termasuk dalam menilai diri sendiri.
4. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan
seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik diri sendiri sering
berfungsi sebagai regulator atau rambu-rambu dalam bertindak atau berprilaku.
Agar keberadaan kita dapat diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi diri
dengan baik.
5. Merubah diri
Terkadang diri kita sendiri yang menyebabkan persoalan akan bertambah rumit
dengan berfikir yang tidak-tidak (negative) terhadap suatu keadaan atau terhadap
diri kita sendiri. Namun dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat
mengalami perubahan kearah yang lebih positif.
14
2. Ideal Diri.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and
Sundeen, 2006). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan di
inginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai. Ideal diri
akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan
mewujudkan cita– cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga
budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada
masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang
16
memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk
melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman (Keliat, 2005).
Menurut Ana Keliat (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri
yaitu :
a. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis,
keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
d. Kebutuhan yang realistis.
e. Keinginan untuk menghindari kegagalan.
f. Perasaan cemas dan rendah diri.
3. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 2005). Peran yang ditetapkan adalah
peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima
adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh
individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari
peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di
masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang
menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan
(Keliat, 2005). Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran
yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.
17
b. Transisi Situasi.
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang
yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi
berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran
yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas
atau peran berlebihan.
18
4. Identitas
Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai
satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai
perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan
orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri),
kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan
menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak
bersamaan dengan perkembangan konsep diri.
Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat, 2005). Identitas
jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-
laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat
terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.
Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat ditandai
dengan:
1) Memandang dirinya secara unik.
2) Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain.
3) Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima
diri dan dapat mengontrol diri.
4) Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri
19
5. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,
2006). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah
atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri
rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah
di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 2005). Biasanya
harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.
Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga
diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam
kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait
dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan
skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri
rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi
yang telah berlangsung lama) dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak
langsung (nyata atau tidak nyata).
20
Klien dengan gangguan citra tubuh mempresepsikan saat ini dia mengalami
sesuatu kekurangan dalam menjaga integritas tubuhnya dimana dia merasa ada
yang kurang dalam hal integritas tubuhnya sehingga ketika berhubungan dengan
lingkungan sosial merasa ada yang kurang dalam struktur tubuhnya. Persepsi yang
negatif akan struktur tubuhnya ini menjadikan dia malu berhubungan dengan
orang lain. (Muhith, 2015)
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi.
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
d. Persepsi negatif pada tubuh.
21
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misal saya pasti bisa sembuh
pada hal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi
padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah. (Muhith, 2015)
3. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus seklah, putus hubungan kerja.
Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan
dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok sosial. (Potter & Perry,
2005) & (Muhith, 2015)
b. Transisi sehat-sakit adalah gerakan dari keadaan yang sehat atau sejahtera kea
rah sakit atau sebaliknya.
Perubahan fungsi peran atau bahkan berhentinya fungsi peran yang biasa
dilakukan tersebut menyebabkan seseorang harus menyesuaikan dengan suasana
baru sesuai dengan peran pengganti yang didapatkan atau seseorang harus mampu
menyesuaikan dengan kondisi yang dialami setelah kehilangan fungsi peran yang
biasa dilakukan.
Masing-masing dari transisi ini dapat mengancam konsep diri yang mengakbatkan
konflik peran, ambiguitas peran, atau ketegangan peran. (Potter & Perry, 2005) &
(Muhith, 2015)
a) Konflik Peran
Konflik peran adalah tidak adanya kesesuaian harapan peran. Jika seseorang
diharuskan untuk secara bersamaan menerima dua peran atau lebih yang tidak
konsisten, berlawanan, atau sangat eksklusif, maka dapat terjadi konflik peran.
Terdapat tiga jenis dasar konflik peran yaitu interpersonal, antar-peran, dan peran
personal. Konflik interpersonal terjadi ketika satu orang atau lebih mempunyai
harapan yang berlawanan atau tidak cocok secara individu dalam peran tertentu.
Konflik antar-peran terjadi ketika tekanan atau harapan yang berkaitan dengan
satu peran melawan tekanan atau harapan yang saling berkaitan. Konflik personal
terjadi ketika tuntutan peran melanggar nilai personal individu. (Potter & Perry,
2005)
23
b) Ambiguitas Peran
Ambiguitas peran mencakup harapan peran yang tidak jelas. Ketika terdapat
ketidakjelasan harapan, maka orang menjadi tidak pasti apa yang harus dilakukan,
bagaimana harus melakukannya, atau keduanya. Ambiguitas peran sering terjadi
pada masa remaja. Remaja mendapat tekanan dari orang tua, teman sebaya, dan
media untuk menerima peran seperti orang dewasa, namun tetap dalam peran
sebagai anak yang tergantung. (Potter & Perry, 2005)
c) Ketegangan Peran
Ketegangan peran merupakan gabungan dari konflik peran dan ambiguitas.
Ketegangan peran dapat diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika seseorang
merasakan tidak adekuat atau tidak sesuai dengan peran. Kelebihan beban peran
terjadi ketika individu tidak dapat memutuskan tekanan mana yang harus dipatuhi
karena jumlah tuntutan yang banyak dan konflik prioritas. Jika individu tidak
mampu beradaptasi dengan stresor tersebut, kesehatan mereka juga akan beresiko
terganggu. (Potter & Perry, 2005)
4. Gangguan Identitas
Gangguan identitas adalah kekaburan atau ketidakpastian memandang diri sendiri,
penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan. (Muhith, 2015)
24
Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang hidup. Masa remaja adalah waktu
banyak terjadi prubahan, yang menyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja
mencoba menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat
peningkatan kematangan. Seseorang yang lebih dewasa biasanya mempunyai
identitas yang lebih stabil dan karenanya konsep diri berkembang lebih kuat.
(Potter & Perry, 2005)
2. Persepsi sosial
a. Bagaimana orang lain memandang saya?
b. Apakah mereka menghargai saya bahagia atau sedih?
c. Apakah mereka membenci atau menyukai saya?
3. Persepsi fisik
a. Bagaimana pandangan saya terhadap penampilan saya?
b. Apakah saya orang yang cantik atau jelek?
c. Apakah tubuh saya kuat atau lemah?
25
Banyak stresor yang mempengaruhi harga diri seseorang (bayi, usia bermain,
prasekolah, dan remaja) seperti ketidakmampuan memenuhi harapan orangtua,
kritik yang tajam, hukuman yang tidak konsisten, persaingan antar saudara
sekandung, dan kekalahan berulang dapat menurunkan nilai diri. Stresor yang
mempengaruhi harga diri orang dewasa mencakup ketidakberhasilan dalam
pekerjaan dan kegagalan dalam berhubungan. (Potter & Perry, 2005)
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
a) Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba.
Contoh: harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban pemerkosaan, dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba).
27
b. Stresor pencetus
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
a) Transisi peran perkembangan
b) Transisi peran situasi
c) Transisi peran sehat /sakit
c. Sumber-sumber koping
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi :
1. Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah
2. Hobby dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekspresif
4. Kesehatan dan perawan diri
5. Pekerjaan atau posisi
28
29
6. Bakat tertentu
7. Kecerdasan
8. Imajinasi dan kreativitas
9. Hubungan interpersonal
d. Mekanisme koping
1. Pertahanan koping dalam jangka pendek
2. Pertahanan koping jangka panjang
3. Mekanisme pertahanan ego
Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka orang tersebut wajib
bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Persepsi psikologi:
1. Bagaimana watak saya sebenarnya?
2. Apa yang membuat saya bahagia atau sedih?
3. Apakah yang sangat mencemaskan saya?
b. Persepsi sosial:
1. Bagaimana orang lain memandang saya?
2. Apakah mereka menghargai saya bahagia atau sedih?
3. Apakah mereka membenci atau menyukai saya?
c. Persepsi fisik:
1. Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya?
2. Apakah saya orang yang cantik atau jelek?
3. Apakah tubuh saya kuat atau lemah?
30
Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai dengan faktor yang dikaji:
1. Identitas: dapatkah anda menjelaskan siapa diri anda pada orang lain:
karakteristik dan kekuatan?
a. Body image:
1. Dapatkah anda menjelaskan keadaan tubuh anda kepada saya?
2. Apa yang paling anda sukai dari tubuh anda?
3. Apakah ada bagian dari tubuh anda yang ingin anda ubah?
b. Self esteem:
1. Dapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas?
2. Ingin jadi siapakah anda?
3. Siapa dan apa yang menjadi harapan anda?
4. Apakah harapan itu realistis?
5. Signifikan apa respon anda, saat anda tidak merasa dicintai dan tidak dihargai?
6. Siapakah yang paling penting bagi anda?
7. Kompetensi: apa perasaan anda mengenai kemampuan dalam mengerjakan
sesuatu untuk kepentingan hidup anda?
8. Virtue: pada tingkatan mana anda merasa nyaman terhadap jalan hidup bila
dihubungkan dengan standar moral yang dianut?
9. Power: pada tingkatan mana anda perlu harus mengontrol apa yang terjadi
dalam hidup anda? Apa yang anda rasakan?
c. Role performance:
1. Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda untuk melakukan segala
sesuatu sesuai peran anda? Apakah peran saat ini membuat anda puas?
2. Gangguan konsep diri.
3. Mekanisme koping jangka pendek (krisis identitas).
4. Kesempatan lari sementara dari krisis.
5. Kesempatan mengganti identitas.
6. Kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri (identitas yang
kabur).
31
2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian seluruh konsep diri, dapat disimpulkan masalah keperawatan
yaitu:
1. Gangguan harga diri : harga diri rendah situasional atau kronik
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
3. Keputusasaan berhubungan dengan harga diri rendah
4. Gangguan harga diri ; harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak
realistis
5. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Intervensi keperawatan
Fokus tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif pada kehidupan yang terdiri
dari persepsi, keyakinan, dan kepribadian. Kesadaran klien akan emosi dan
perasaan nya juga hal yang penting. Setelah mengevaluasi penilaian kognitif dan
kesadaran perasaan, lainnya dari masalah dan kemudian merubah perilaku.
Prinsip asuhan yang diberikan adalah pemecahan masalah yang terlihat dari
kemajuan klien meningkatkan tingkat berikutnya, meningkatkan keterbukaan dan
hubungan saling percaya, meluruh ancaman dari sikap perawat terhadap klien, dan
membantu klien memperluas dan menerima semua aspek kepribadiannya.
1. Tindakan penerimaan yang tidak kaku dengarkan klien
2. Dorong klien mendiskusikan pikiran dan perasaannya
3. Beri respon yang tidak menghakimi
4. Tunjukkan bahwa kalian adalah individu yang berharga yang bertanggung
jawab terhadap dirinya dan dapat membantu dirinya sendiri.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom dan
Acocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut yakni dimensi
pengetahuan, dimensi pengharapan dan dimensi penilaian.
Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons
konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan
identitas, dan depersonalisasi.
Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan
gangguan konsep diri yaitu pola asuh orang tua, kegagalan, depresi, kritik internal
dan merubah diri
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi
pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang
32
33
negatif. Gangguan konsep diri dapat juga disebabkan adanya stresor. (Muhith,
2015) & (Potter & Perry, 2005)
Masalah keperawatan gangguan konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
gangguan citra tubuh, gangguan ideal diri, gangguan peran, gangguan identitas
dan gangguan harga diri
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi
lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C. 2005. Proses keperawatan
kesehatan jiwa,Edisi 2. Jakarta : EGC
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta:
ANDI
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 ed.7. Jakarta: Salemba
Stuart & Sundeen. (2006). Keperwatan psikiatrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Edisi 5. Jakarta : EGC
34